Nahasiswa UI dengan jaket kuningnya (foto: net) |
Hari ini, 2 Februari, Universitas Indonesia (UI) genap berusia 71 tahun. Sidang Guru Besar dipimpin Menteri P & K RIS (Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia Serikat), Abu Hanifah membahas peleburan Universiteit Indonesia dengan Balai Perguruan Tinggi RI, yang diiringi protes keluar sidang guru-besar Belanda ketika Menteri ketuk palu dan lahirlah Universiteit Indonesia 2/2/1950. Hari lahirnya UI ini diambil dari hari pertama perkuliahan di Jalan Salemba Raya 4.
Bermula pada 1849, pemerintah kolonial Belanda membangun sebuah sekolah tinggi ilmu kesehatan. Kemudian, sekolah tersebut secara resmi dinamakan sebagai Dokter-Djawa School, sekolah tinggi yang ingin mendalami ilmu kedokteran, tepatnya pendidikan tenaga mantri. Pada 1898, sekolah tinggi tersebut berubah nama menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen (School of Mediciene for Indigenous Doctors) atau dikenal juga sebagai STOVIA.
Setelah 75 tahun menjadi tempat pendikan dokter terbaik, pemerintah Belanda membangun Sekolah Kedokteran dengan empat sekolah tinggi lain di beberapa kota di Pulau Jawa. Sekolah tinggi tersebut antara lain, Technische Hoogeschool te Bandoeng (Fakultas Teknik) yang berdiri di Bandung pada 1920, Recht Hoogeschool (Fakultas Hukum) di Batavia pada 1924, Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte (Fakultas Sastra dan Kemanusiaan) di Batavia pada 1940. Selanjutnya, Faculteit van Landbouwweteschap (Fakultas Pertanian) di Bogor yang dibangun setahun kemudian.
Lima sekolah tinggi tersebut merupakan pilar dalam menciptakan the Nood-universiteit (Universitas Darurat), yang dibangun pada tahun 1946. Setelah mengalami pergantian nama, Nood-univeesiteit kemudian menjadi Universitas Indonesia pada 1950. Universitas Indonesia secara resmi memulai kegiatan perkuliahannya pada 2 Februari 1950 atau tepat 71 tahun silam. Saat itu, presiden (sekarang rektor) pertamanya yakni, Ir. R.M Pandji Soerachman Tjokroadisoerio.
Selama 171 tahun UI telah mengabdi pada bangsa dan 70 tahun dengan penuh kehormatan menyandang nama bangsa, diharapkan UI dapat turut berkiprah menyelenggarakan pendidikan berkualitas melalui pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi : Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat, terus berkomitmen untuk menjawab tantangan dan permasalahan bangsa.
Pada tahun 2020, Dies Natalis UI mengusung tema ”UI Sebagai Pilar Daya Saing Bangsa”, UI meyakini bahwa pendidikan berkualitas merupakan pilar penopang daya saing bangsa. Untuk itu, UI berkomitmen menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berkualitas untuk membangun SDM yang unggul, kompetitif dan turut mampu berkontribusi pada Negara.
Kampus UI yang mentereng di Depok (foto: dok. UI) |
Tema Dies Natalis UI tahun 2021 ini adalah ”UI Tangguh Untuk Indonesia Bangkit”. Tema tersebut dipilih karena pada masa pandemi Covid-19, sivitas akademika UI telah berupaya memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa, seperti pembuatan rekomendasi kebijakan, inovasi, dan upaya pengabdian masyarakat, yang semuanya bertujuan membantu bangsa melewati masa sulit ini.
Serangkaian kegiatan Dies Natalis, akan diselenggarakan pada 2 Februari 2021 dan 23 Februari 2021 di Kampus UI, Depok. Rektor UI Prof. Ari Kuncoro menuturkan, ”Di era revolusi industri 4.0 saat ini, untuk bergerak maju dan cepat di dalam menyiapkan SDM yang unggul dan kompeten, Perguruan Tinggi perlu memperoleh dukungan serta sinergi dan kolaborasi triple helix, salah satunya dunia industri.
Untuk menangani Covid-19, tentu saja UI ambil bagian seperti halnya perguruan tinggi lainnya. Di antaranya melakukan riset untuk menemukan dan menciptakan alat penanganan Covid-19. Ada lima kelompok program konsorsium riset dan produk inovasi, pertama pencegahan (tanaman obat, vaksin dan suplemen, APD, hand sanitizer, disinfectant, mobile hand washer, ozone chamber, public education).
Kedua, skrining dan diagnosis (rapid test – early and late detection berbasis antibodi dan antigen, test kit RT-PCR, mobile laboratory BSL-2). Ketiga, obat-obatan dan terapi (avigan, chloroquine phosphate, pil kina, tamiflu, ivemercifin, serum dari pasien yang sembuh, produksi serum yang mengandung antibodi, mesenchymal stem cell yang dikembangkan oleh Universitas Indonesia).
Keempat, sosial dan humaniora (public response towards Covid-19, government readiness to face Covid-19, employment impact). Kelima, alat kesehatan dan pendukung (ventilator, salah satunya Covent-20 buatan UI, software data movement, peta geospasial, robot pemberian obat). Hasil riset dan penciptaan penanganan Covid-19 tersebut cukup memberi arti di masa pandemi ini.
Pada 23/2/2021,
mata acara yang akan berlangsung di antaranya adalah kegiatan talk show oleh Prof. Dr. rer. nat. Abdul
Haris (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan) dan Saefudin Noer
(Direktur Pelindo III), dan Dian Sastro (Seniman), pengumuman penerima
penghargaan ”Warga UI Yang Berkontribusi Dalam Penanggulangan Wabah Covid-19”,
pengumuman pemenang berbagai lomba, pemberian penghargaan pengelolaan kelas
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terbaik, dan hiburan musik. (ZY/dbs)