BAHASA LAMPUNG LAMPUT - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Jabar bekerjasama dengan Bandung TV menggelar Lomba Presenter Bahasa Sunda
dalam rangka memperingari Hari Bahasa Ibu yang jatuh pada 21 Februari
2012.
Acara ini ditaja oleh Disbudpar Jabar sebagai bentuk apresiasi pada usaha pelestarian budaya dalam hal ini bahasa Sunda sebagai bahasa ibu yang dominan dituturkan di Jabar, agar tidak semakin ditinggalkan yang akhirnya akan punah.
Dalam Summer Institute of Linguistics 2006 disebutkan tentang peringkat bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia. Dalam laporannya disebutkan bahwa bahasa Lampung, hanya dipakai oleh kurang dari 1,5 juta orang penutur.
Dalam Summer Institute of Linguistics 2006 disebutkan tentang peringkat bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia. Dalam laporannya disebutkan bahwa bahasa Lampung, hanya dipakai oleh kurang dari 1,5 juta orang penutur.
Itu kenyataan pada tahun 2006, Fakta yang terjadi saat ini bisa jadi kurang dari 1 juta orang penutur, karena semakin sulit menemukan orang lampung saling sapa dengan bahasa ibunya ini, mengingat bahasa gaul yang dipakai adalah bahasa Betawi (lo, gue/gua).
Pernah ada kejadian yang membuat saya tercengang. Di suatu mal seorang ibu berbisik kepada temannya, agar jangan menggunakan bahasa ibu mereka tersebut dalam obrolan mereka di sela-sela memilih busana yang hendak dibeli.
Demikian yang saya dengar: "dang cawa lampung, meliom ditengis ulun" terjemahannya: "ojo ngomong lampung, isin kerungu wong."
Saya tekanjat (terkaget) sekaligus terkesima mendengarnya dan merasa masygul mendapati kenyataan demikian.
Kejadian di atas semakin mempertegas bahwa bahasa Lampung semakin mendekati “ajal” atau dengan kata lain lambat laun akan punah karena ditinggalkan oleh "para pemiliknya" sendiri.
Pernah ada kejadian yang membuat saya tercengang. Di suatu mal seorang ibu berbisik kepada temannya, agar jangan menggunakan bahasa ibu mereka tersebut dalam obrolan mereka di sela-sela memilih busana yang hendak dibeli.
Demikian yang saya dengar: "dang cawa lampung, meliom ditengis ulun" terjemahannya: "ojo ngomong lampung, isin kerungu wong."
Saya tekanjat (terkaget) sekaligus terkesima mendengarnya dan merasa masygul mendapati kenyataan demikian.
Kejadian di atas semakin mempertegas bahwa bahasa Lampung semakin mendekati “ajal” atau dengan kata lain lambat laun akan punah karena ditinggalkan oleh "para pemiliknya" sendiri.
Kegiatan lomba presenter berbahasa
Sunda itu digelar 22-25 Februari 2012 lalu di Bandung Indah Plaza Jalan Merdeka
Kota Bandung.
Peserta lomba adalah remaja putra
maupun putri dengan kategori remaja 16-18 tahun dan kategori dewasa 19-21
tahun. Setiap peserta wajib fasih berbahasa Sunda, memiliki pengetahuan dan
wawasan luas serta lainnya.
Kegiatan yang bertema "Basa
Sunda Basa Urang Sarerea" itu digelar dalam rangka menyalurkan bakat dan
kemampuan remaja Jawa Barat untuk menjadi presenter dengan menggunakan Bahasa
Ibu di daerahnya yakni Bahasa Sunda.
Sementara itu Kepala Bidang
Kebudayaan Disbudpar Jabar, Ny Wiana Sondari, Selasa (21/2/2012), menyebutkan peringatan Bahasa Ibu tidak
semata ditujukan untuk mengukur kemampuan anak-anak dalam berbahasa ibu dalam
hal ini Bahasa Sunda, namun juga akan menggambarkan kearifan seorang ibu yang
menuturkan pertama kepada anaknya.
Menurut Wiana, Bahasa Ibu di Jawa
Barat adalah Bahasa Sunda memiliki tingkatan berucap yang disesuaikan dengan
tiga tingkatan.
"Tingkatan bahasa dalam
Bahasa Sunda ini bukan membeda-bedakan, namun anak-anak diajarkan untuk
memiliki sopan santun dan tatakrama dalam berinteraksi," katanya.
Peringatan Hari Bahasa Ibu
Internasional ditetapkan oleh UNESCO (badan PBB tentang pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan) pada 21 Februari 1999 sebagai upaya pelestarian
bahasa daerah yang terancam punah karena ditinggalkan penuturnya.
Bahasa daerah ditinggalkan
penuturnya akibat globalisasi dan perkembangan teknologi. Pada 2008 jumlah
bahasa di dunia 6.912.
Dari sejumlah itu, Indonesia
menduduki peringkat kedua (741 bahasa) setelah Papua New Guinea (820 bahasa).
Sebagian besar dari 741 bahasa itu
adalah bahasa daerah dan yang paling banyak penuturnya adalah bahasa Jawa.
Dalam Summer Institute of Linguistics 2006
disebutkan tentang peringkat bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di
Indonesia. Peringkat tersebut menunjukkan Bahasa Jawa 75,6 juta penutur, Bahasa
Sunda 27 juta penutur, Bahasa Madura 13,7 juta penutur, Bahasa Minangkabau 6,5
juta penutur, Bahasa Batak 6,2 juta penutur, Bahasa Bali 3,8 juta penutur, Bahasa
Bugis kurang dari 4 juta penutur, Bahasa Aceh 3 juta penutur, Bahasa
Betawi/Kreol 2,7 juta penutur, Bahasa Sasak 2,1 juta penutur, Bahasa Makassar 2
juta penutur, Bahasa Lampung kurang dari 1,5 juta penutur dan Bahasa Rejang
kurang dari 1 juta penutur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.