Setelah lebih 30 tahun saya tak pernah menapak tebing landai yang menghubungkan pangkalan permukiman orang sunda di pesisir danau Ranau, yang lebih beken bagi masyarakat setempat sebagai "Gegahan Jawa" dan permukiman di atasnya yang lebih dikenal sebagai "Umbulan." Pada Selasa, 5 Juli 2011, saya kembali "melacak jejak" di lereng Teba Kelelakan itu, namun tentu saja tak akan terlacak jejak-jejak yang pernah tinggal di sana sekitar 30-an tahun silam. Kini jalan landai di lereng itu telah mulus disemen dan ada juga terap tangga di beberapa tempat yang demikian curam. Adalah PNPM (program nasional pemberdayaan masyarakat) Mandiri, yang memfasilitasi semeniasi jalan setapak itu. Ya, sebuah program andalan pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk menunjukkan bahwa ada perhatian terhadap masyarakat perdesaan. Tapi, sayangnya program ini juga dimanfaatkan oleh oknum-oknum aparat perdesaan untuk menyelewengkan dana segar yang terkucur. Jadinya acapkali programnya ada namun hasilnya tak ada, atau walaupun ada terkadang tak memberi manfaat berarti bagi masyarakat.
Danau Ranau dibidik dari Teba Kelelakan | 5 JULI 2011 |
Sayang sekali di hutan yang lebat di lereng itu tak sempat menemukan sosok primata seperti beruk, kera, dan lutung. Beruk (macaca nemestrina) warna bulunya merah kekuning-kuningan atau keemasan dan ekornya pendek. Kera warna bulunya coklat keputih-putihan berekor panjang. Lutung berbadan langsing dan berekor panjang, warna bulunya hitam. Jika dibandingkan dengan kakinya, tangan lutung terbilang pendek dan telapak tangannya tidak berbulu. Ukuran badan antara 40-80 cm dengan berat 5-15 kg. Dan ada satu lagi kalau bahasa Indonesianya apa ya namanya...? Kalau masyarakat di sana menamainya Cecah (warna bulunya putih keabu-abuan dan ekornya juga panjang).
Beruk dan kera tergolong buas. Pernah saya bersama ibu mengalami dikejar beruk, dulu saat saya SD hendak ke perkebunan kopi, di tengah jalan tiba-tiba seekor beruk yang begitu besar secara mendadak keluar dari balik pohon dadap. Spontan saya bersama ibu langsung balik badan dan lari terbirit-birit.
Tentang kera, pengalaman saat menunggu sawah yang tanaman padinya mulai mengeluarkan bulir-bulir padi. Rombongan kera menyerbu dari semak belukar, dengan berbekal ketapel saya coba untuk menghalau. Tapi apadaya karena saya sendiri sedang kera itu satu kompi, kewalahanlah saya mengusirnya. Apalagi tingkah kera itu seperti sengaja menggoda saya, diusir di sebelah sini, yang lain menyerbu di sebelah sana, dan mimik mukanya dibuat-buat sehingga menimbulkan kesan agar saya takut dan kalah pada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.