Cinta adalah kecocokan dua hati
atau dua pihak. Ia tidak dapat diperintahkan atau dipaksakan. Ia hadir sebagai
buah kecenderungan dan kecocokan nilai-nilai. Cinta tidak dapat diobral dengan
kata-kata. Ia harus merupakan bukti yang didasari niat baik, hati mendalam dan
jiwa mulia.
Allah SWT mencintai beberapa
karakter dari kepribadian seorang Muslim. Sesuai dengan dzat-Nya yang Agung,
Baik, Mulia, Istimewa, dan sederat sifat baik lainnya, maka unsur-unsur
kebaikan itu menjadi inti dari karakter yang dicintai Allah SWT.
Rasulullah SAW menunjukkan
jalan kepada kita bahwa untuk memiliki karakter yang dicintai Allah SWT, kita
harus memenuhi ketentuan berikut ini: "Katakanlah: ‘Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu’." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).
Iman kepada rasul, mengikuti
risalahnya, menaati perintahnya, dan menjauhi larangannya merupakan kunci
menjadi pribadi yang dicintai Allah. Hal itu karena kegiatan tersebut menjadi
bukti nyata kecintaan dan keberpihakan kita pada sifat-sifat keagungan,
kebaikan, kemuliaan, keistimewaan dan sifat baik lainnya yang menjadi karakter
asli Allah SWT.
Dalam menjawab seorang sahabat
yang ingin menjadi bagian dari orang yang dicintai Allah SWT, Rasulullah SAW
menyatakan, "Cintailah Apa yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya, dan
bencilah apa yang dibenci oleh Allah dan rasul-Nya." (HR. Ahmad).
Umumnya, mereka yang memiliki
karakter tersebut adalah orang-orang yang gemar berbuat baik (muhsinin),
bertaubat (tawwabin), bertakwa (muttaqin) dan berserah diri (mutawakkilin)
kepada Allah SWT sebagaimana tersebut dalam fiman-Nya sebagai berikut:
Pertama,
"Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al
Baqarah: 195; QS. Ali Imran:134 dan 148; QS. Al Maidah: 13 dan 93). Muhsinin di
sini adalah orang-orang yang memperbaiki terus amal salehnya, melebihi
persyaratan normalnya, dan meningkatkan nilai dan substansi kebaikannya.
Kebaikan mereka melebihi kebaikan rata-rata manusia dan di luar batas
kemanusiaannya.
Kedua,
"Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan
diri." (QS. Al Baqarah: 222). Mereka ini dicintai Allah karena senantiasa
berhasrat merubah masa lalu yang buruk menjadi baik, tidak mengulang kesalahan
(dosa) dan menyegerakan diri dalam garis ketuhanan semata-mata karena takut
kepada Allah dan berharap ridha-Nya.
Ketiga, "Sungguh Allah
mencintai orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali imran: 76; QS. At Taubah: 4
dan 7). Takwa adalah perisai, perhiasan dan bekal paling baik di dunia.
Ketakwaan mencerminkan keimanan dan amal saleh. Iman dan amal saleh
mengantarkan pelakunya ke surga.
Keempat, "Sungguh Allah
mencintai orang-orang yang berserah diri." (QS. Ali Imran: 159). Berserah
diri merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh seorang mukmin setelah
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memenuhi semua kriteria yang diperlukan
sesuai dengan kapasitasnya sebagai manusia.
Berserah diri tersebut menjadi
prasyarat dihasilkannya tujuan sesuai yang diharapkan. Selanjutnya adalah kuasa
Allah SWT, Dzat yang mengetahui secara pasti kegaiban yang terdapat dalam
proses menuju hasil dan tujuan.
Sumber:
REPUBLIKA, Kamis, 26 Juli 2012; by: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.