Mendidik calon pendidik
tidaklah mudah. Perlu sistem pendidikan yang tepat agar para calon pencetak
generasi muda bangsa menjadi manusia cerdas dan berkepribadian.
Rektor Universitas Negeri
Jakarta (UNJ) Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd, berpendapat guru tidak harus
pandai dan terus menerus mengembangkan diri. Yang lebih utama adalah guru harus
berkepribadian sesuai nilai-nilai Indonesia. Karena itulah, perlu diciptakan
iklim akademis di antara para guru.
“Guru adalah manusia
pembelajar. Dengan kata lain, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga terus
belajar dan mengembangkan dirinya, menambah ilmu, menambah keterampilan, dan
pengalaman dari waktu ke waktu,” kata bedjo.
Bedjo memulai karier sebagai
pendidik selepas Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1970-an. Karenanya dia
memiliki pandangan sendiri tentang pendidikan guru ideal. “Pada 1950 hingga
1960-an, Indonesia menggunakan sistem pendidikan guru terintegrasi. Sistem ini
mengasramakan semua calon guru,” katanya.
Pada 1950 hingga 1960-an semua
calon guru diasramakan. Siang hari mereka belajar pengetahuan akademik,
sedangkan malam hari para calon pendidik itu belajar etika; mulai dari etika
berpakaian, berbicara hingga makan dengan orang banyak.
“Pelajaran etika penting agar
guru dapat menjadi contoh bagi murid dan lingkungannya,” tambah Bedjo.
Kemudian setelah periode itu,
pendidikan guru berubah. Kini, Bedjo berusaha mengembalikan sistem pendidikan
guru Indonesia ke sistem pendidikan guru terintegrasi.
Untuk mewujudkan usaha itu, Bedjo
bersama 12 Rektor Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Negeri mencoba
mengajukan konsep tersebut ke pemerintah. “Setelah dihitung, biaya yang
dibutuhkan tidak terlalu banyak,” ungkap Bedjo.
“Untuk sekira 4.000 guru, kita
hanya butuh 2 hingga 3 asrama saja. Kira-kira butuh Rp1,5 triliun,” ujarnya.
UNJU, kata Bedjo, telah
menggabungkan pendidikan akademis guru dengan pelatihan kemampuan lainnya. Misalnya,
pendidikan karakter disinergikan dengan pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ). UNJ juga kerap mengundang
berbagai motivator untuk melatih para mahasiswanya.
“Konsep pendidikan guru dulu
bisa diterapkan, yang harus disesuaikan hanya tata pergaulan yang lebih modern.
Saya sangat optimis sistem pendidikan terintegrasi ini mampu kita terapkan,
hanya butuh political will dari
pemerintah,” ujarnya.
Jika pendidikan guru
terintegrasi ini kembali diterapkan, Bedjo optimis, Indonesia akan memiliki
guru-guru yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkepribadian sesuai
nilai-nilai Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.