Kamis, 04 Desember 2014

Ketika FB Menjadi Berkah

Mark Zukerberg, seperti dikutip Kompas Minggu (15/3/2009) memperkenalkan The FB (namanya saat itu), pada 4 Februari 2004, dari kamarnya di asrama Harvard University. Dengan dibantu beberapa teman, Zukerberg membuat jejaring mahasiswa melalui internet agar dapat saling kenal. Dalam 24 jam, 1.200 mahasiswa Harvard bergabung dan segera jejaring ini menyebar ke kampus lain.
FB kemudian diterjemahkan ke dalam 30-an bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Arab, dan dalam proses penerjemahan ke dalam 60 bahasa lain. Dengan pengguna begitu besar, pada tahun 2007 Microsoft rela membayar 240 juta dollar AS untuk mendapat 1,6 persen saham FB. Ini berarti FB ini bernilai 15 miliar dollar.
”Bila kita ingin berhasil pada abad ini, kita butuh lebih saling berhubungan dan kita butuh lebih mengetahui dari mana orang-orang datang dan kita butuh untuk lebih merasa saling terhubung,” kata Zukerberg (Grown Up Digital, 2009).
Prof BJ Fogg, penyelenggara mata kuliah Psychology of Facebook di Stanford University, menggambarkan bahwa ”Facebook saat ini menang karena menempatkan teman pada posisi terpenting. Cara kita berteman membentuk pengalaman kita di internet. Tidak ada teknologi lebih baik daripada pertemanan kita.”
Keberadaan Facebook (FB) selain membantu orang terhubung kembali dengan teman-teman lamanya satu kelas semasa di sekolah lanjutan atau satu kampus semasa kuliah, atau katakanlah satu sekolah dan satu kampus. Juga membuat orang memiliki banyak teman baru yang, baik strata kelas, status sosial, usia, dan profesi berbeda-beda. Serta membuat orang tergabung dalam sebuah grup (komunitas) yang sengaja diciptakan untuk menghimpun orang-orang dengan kegemaran dan peminatan yang sama.
Namun demikian, tak selamanya FB memberikan semua yang terurai di atas. Contohnya penulis, sejak bergabung pertama di FB pada 3 Juni 2011, sama sekali belum menemukan teman satu kelas di SMA atau di kampus. Penulis seperti kehilangan jejak ke mana mereka saat ini. Agak nelangsa sebenarnya, mengapa teman-teman masa SMA dan kuliah tidak (belum) terlacak satu pun. 
Atau sebenarnya mereka ada di jejaring sosial FB ini. Namun, menggunakan nama yang disamarkan sehingga tidak penulis kenali. Pertanyaannya mengapa mereka harus menggunakan nama samaran? Banyak alasan tentunya. Mungkin demi privasi atau bisa jadi karena ada hal lain yang harus dijaga kerahasiaannya. Tidak ada larangan memang tapi alangkah baiknya pakai nama asli.
Walaupun begitu tak mengapa, toh dengan bergabung ke FB ada nilai tambahnya. Setidaknya memberi kemudahan dalam mengakses informasi seluas-luasnya. Para teman yang membagi sebuah informasi melalui tautan yang mereka share menjadikan sesiapa pun melek akan sesuatu hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Sehingga jadi tahu dan paham, mungkin juga memberi manfaat.
Pendek kata, apa pun yang teman FB kita atau teman mereka share, kita juga akan tahu dan dapat mengaksesnya. Di sinilah kekuatan FB sebagai sebuah jejaring sosial. Sehingga, baik hal yang positif maupun negatif, dalam bentuk tulisan atau gambar akan mudah diakses karena akan muncul di dinding (linimasa) penggunanya. Kekuatan itu membuat FB menjadi media sosial yang paling banyak penggunanya. 
Kalau ada kekuatan, tentu sebaliknya pasti ada kelemahannya. Kalau memperlakukan FB tidak dengan bijak dan akal sehat, alamat akan menjerumuskan ke dalam jurang malapetaka. Banyak kasus orang tersangkut masalah hukum karena dilaporkan ke aparat berwajib oleh pihak yang dirugikan, setelah mengunggah gambar berbau SARA atau melecehkan individu atau institusi tertentu.
Ya, banyak orang melakukan kebodohan melalui laman FB. Mengunggah status atau gambar yang berpotensi melanggar norma sosial atau hukum positif yang berlaku di masyarakat dan negara. Di antara orang bodoh itu, mungkin penulis sendiri, Anda, mereka, dan siapa pun. Baiklah, kalau kita pernah melakukan kebodohan yang sama, anggap saja sebuah kekhilafan besar yang tak boleh diulang lagi di kemudian hari.

Ketika hari ini FB menjadi berkah bagi banyak orang, mungkin pada awalnya sama sekali tak terlintas di benak Zukerberg apa yang semula hanya diperuntukkannya bagi teman satu kampusnya, berubah menjadi jembatan penghubung umat manusia sedunia. Ya, ketika FB menjadi berkah, berkah itu di antaranya FB bisa mempertemukan orang-orang yang lama terpisahkan ruang dan waktu. Berterima kasih kepada FB, patut dihaturkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.