Mark Zukerberg,
seperti dikutip Kompas Minggu (15/3/2009) memperkenalkan The FB (namanya
saat itu), pada 4 Februari 2004, dari kamarnya di asrama Harvard University.
Dengan dibantu beberapa teman, Zukerberg membuat jejaring mahasiswa melalui
internet agar dapat saling kenal. Dalam 24 jam, 1.200 mahasiswa Harvard
bergabung dan segera jejaring ini menyebar ke kampus lain.
FB kemudian
diterjemahkan ke dalam 30-an bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Arab, dan
dalam proses penerjemahan ke dalam 60 bahasa lain. Dengan pengguna begitu
besar, pada tahun 2007 Microsoft rela membayar 240 juta dollar AS untuk
mendapat 1,6 persen saham FB. Ini berarti FB ini bernilai 15 miliar dollar.
”Bila kita
ingin berhasil pada abad ini, kita butuh lebih saling berhubungan dan kita
butuh lebih mengetahui dari mana orang-orang datang dan kita butuh untuk lebih
merasa saling terhubung,” kata Zukerberg (Grown Up Digital, 2009).
Prof BJ Fogg,
penyelenggara mata kuliah Psychology of Facebook di Stanford
University, menggambarkan bahwa ”Facebook saat ini menang karena
menempatkan teman pada posisi terpenting. Cara kita berteman membentuk
pengalaman kita di internet. Tidak ada teknologi lebih baik daripada pertemanan
kita.”
Keberadaan Facebook
(FB) selain membantu orang terhubung kembali dengan teman-teman lamanya satu
kelas semasa di sekolah lanjutan atau satu kampus semasa kuliah, atau
katakanlah satu sekolah dan satu kampus. Juga membuat orang memiliki banyak
teman baru yang, baik strata kelas, status sosial, usia, dan profesi
berbeda-beda. Serta membuat orang tergabung dalam sebuah grup (komunitas) yang sengaja
diciptakan untuk menghimpun orang-orang dengan kegemaran dan peminatan yang
sama.
Namun demikian,
tak selamanya FB memberikan semua yang terurai di atas. Contohnya penulis, sejak
bergabung pertama di FB pada 3 Juni 2011, sama sekali belum menemukan teman satu
kelas di SMA atau di kampus. Penulis seperti kehilangan jejak ke mana mereka saat
ini. Agak nelangsa sebenarnya, mengapa teman-teman masa SMA dan kuliah
tidak (belum) terlacak satu pun.
Atau sebenarnya mereka ada di jejaring sosial FB ini. Namun, menggunakan nama yang disamarkan sehingga tidak penulis kenali. Pertanyaannya mengapa mereka harus menggunakan nama samaran? Banyak alasan tentunya. Mungkin demi privasi atau bisa jadi karena ada hal lain yang harus dijaga kerahasiaannya. Tidak ada larangan memang tapi alangkah baiknya pakai nama asli.
Walaupun begitu
tak mengapa, toh dengan bergabung ke FB ada nilai tambahnya. Setidaknya memberi
kemudahan dalam mengakses informasi seluas-luasnya. Para teman yang membagi
sebuah informasi melalui tautan yang mereka share menjadikan sesiapa pun
melek akan sesuatu hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Sehingga jadi tahu dan paham, mungkin juga memberi manfaat.
Pendek kata,
apa pun yang teman FB kita atau teman mereka share, kita juga akan tahu dan dapat
mengaksesnya. Di sinilah kekuatan FB sebagai sebuah jejaring sosial. Sehingga, baik
hal yang positif maupun negatif, dalam bentuk tulisan atau gambar akan mudah
diakses karena akan muncul di dinding (linimasa) penggunanya. Kekuatan itu membuat FB menjadi media sosial yang paling banyak penggunanya.
Kalau ada
kekuatan, tentu sebaliknya pasti ada kelemahannya. Kalau memperlakukan FB tidak
dengan bijak dan akal sehat, alamat akan menjerumuskan ke dalam jurang
malapetaka. Banyak kasus orang tersangkut masalah hukum karena dilaporkan ke
aparat berwajib oleh pihak yang dirugikan, setelah mengunggah gambar berbau SARA
atau melecehkan individu atau institusi tertentu.
Ya, banyak
orang melakukan kebodohan melalui laman FB. Mengunggah status atau gambar yang
berpotensi melanggar norma sosial atau hukum positif yang berlaku di masyarakat
dan negara. Di antara orang bodoh itu, mungkin penulis sendiri, Anda, mereka,
dan siapa pun. Baiklah, kalau kita pernah melakukan kebodohan yang
sama, anggap saja sebuah kekhilafan besar yang tak boleh diulang lagi di
kemudian hari.
Ketika hari ini FB menjadi berkah bagi banyak orang, mungkin pada awalnya sama sekali tak terlintas di benak Zukerberg apa yang semula hanya diperuntukkannya bagi teman satu kampusnya, berubah menjadi jembatan penghubung umat manusia sedunia. Ya, ketika FB menjadi berkah, berkah itu di antaranya FB bisa mempertemukan orang-orang yang lama terpisahkan ruang dan waktu. Berterima kasih kepada FB, patut dihaturkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.