Selasa (19/5) sore, kami berdua nyonya bezuk kerabat yang opname
di sebuah RS. Menurut ceritanya, sebelumnya sudah pernah diopname namun baru keluar
semiggu kembali masuk RS. Semua ”isi dalam” tubuhnya digeneral chek-up, tak
tanggung-tanggung di Prodia, yang kecanggihan alat dan tingkat validitasnya
teruji. Hasilnya bagus. Hanya asam lambungnya sering naik akibat pola makan dan
pola hidup yang salah. Dipicu pikiran sehingga timbul stres dan membuat sakit
mag. Kesimpulan dokter dia mengidap mag kronis.
hati yang dipenuhi rasa syukur akan tenang, setenang laut tanpa riak tanpa gelombang |
Tanpa dikorek semua cerita itu nyerocos sendiri dari mulutnya.
Memang, selama ini dia biang dalam hal bercerita (baik atau aib). Buktinya, tak
hanya mengisahkan dirinya, adiknya pun diceritakannya mengenai hasil ”berterawang
ria” dengan sang kiyai. Diceritakannya, adiknya dikatakan kiyai tamak, gila
harta, tak puas pada apa yang sudah dimiliki, rakus, dan yang paling mengerikan
adalah kualat sama suaminya. Sehingga oleh kiyai disuruh minta maaf dan sujud
di bawah kaki suaminya.
Karena ini masih kerabat dekat, sehingga saya paham riwayat keluarganya. Jadi ingat peribahasa atau perumpamaan ”tak jauh rebung
dari rumpun bambu” atau ”air cucuran hujan jatuhnya ke pelimbahan juga”. Persis. Demikianlah
bila memperhatikan tabiat kedua orang kakak beradik ini, mencerminkan watak
bapaknya yang rakus, menguasai harta peninggalan leluhur. Watak ibunya yang
bermulut manis, jago menghasut dan melebih-lebihkan atau mengurang-kurangi.
10 Akhlak Tercela
Dalam bukunya Kitabul Arba’iin Fii Ushuliddin, yang
disadur oleh Mohammad Syamsi Hasan dan Abu Shofia menjadi Membersihkan Hati
dari Akhlak Tercela, Imam Al-Ghazali mengupas 10 besar ragam akhlak
tercela. Dari 10 ragam itulah kemudian timbul berbagai jenis akhlak tercela
yang berpotensi merusak atau membinasakan, baik bagi diri pribadi orang yang
terkena maupun orang lain di sekitarnya yang terimbas dampak buruknya.
Menghindari atau membersihkan bila sudah telanjur kena,
adalah suatu keniscayaan bagi sesiapa pun. Bagaimana cara agar terhindar? Tunduk
pada ketentuan Ilahi Rabbi dengan cara takwa dan tawakkal. Kalau menurut bahasa
agama qona’ah dan tawadlu’ atau bahasa sederhananya syukur nikmat. Namun bila
sudah telanjur kena, hendaknya mencari pencerahan dan penyucian kalbu. Kedua cara
ini (menghindari atau membersihkan) adalah jalan lurus menuju kebahagiaan hidup
di dunia maupun di akhirat. Intinya, hiasilah diri dengan akhlak terpuji, dan
hindarilah akhlak tercela.
Kesepuluh ragam akhlak tercela dimaksud adalah:
1.
Rakus terhadap Makanan;
Nafsu dikategorikan menjadi dua,
nafsu makan dan nafsu seksual. Bila nafsu makan dan seks mendominasi, maka dari
sana muncul sikap rakus terhadap harta benda. Adanya harta benda, kedua nafsu
itu akan mudah terpenuhi.
Itu sebabnya, Rasululloh Saw
membudayakan menahan lapar dengan berpuasa Senin-Kamis atau puasa Daud. Beliau bersabda:
”Tiada amal yang lebih Disukai Alloh Ta’ala daripada lapar dan dahaga.”
2. Berkata Kotor;
Setiap amal perbuatan yang dilakukan
oleh seluruh anggota tubuh dapat berpengaruh di dalam hati. Khususnya pengaruh
lisan, karena apa yang diungkapkan lisan itu merupakan proyektor bagi hati. Setiap
kata akan menorehkan goresan yang membekas di dalam hati.
Nabi Muhammad Saw bersabda: ”Barangsiapa
menjaminkan padaku apa yang ada di antara dua bibir (lisan) dan apa yang ada di
antara kedua kaki (kemaluan), maka aku menjamin surga baginya.”
Sabda lainnya: ”Barangsiapa diam, ia
akan selamat.” Mu’adz bertanya kepada beliau: ”Amalan apakah yang paling utama?”
Nabi Saw mengeluarkan lidahnya dan meletakkan telunjuk di atasnya seraya
bersabda: ”Sesungguhnya sebagian besar dosa manusia bersumber pada lisannya.”
3. Amarah;
Amarah itu diibaratkan sebagai
percikan api neraka yang terlontar ke dalam hati. Karena Syetan diciptakan dari
api, maka orang yang dirasuki amarah tak ubahnya berperangai Syetan. Karena itu,
meredam amarah adalah perkara penting dan bijak menurut pandangan agama.
Nabi Saw bersabda: ”Orang kuat itu
bukanlah orang yang pandai bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah orang yang
mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
Sabda lainnya: ”Amarah itu dapat
merusak iman sebagaimana jadam (brotowali) dapat merusak manisnya madu.”
4. Dengki;
Rasululloh Saw bersabda: ”Kedengkian
itu akan memakan kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.”
Nabi Saw bersabda: ”Ada tiga perkara
yang tidak seorang pun dapat terhindar darinya, yaitu prasangka, percaya pada
pertanda buruk, dan kedengkian (iri hati).”
Jalan keluar untuk menghindarinya,
adalah bila Anda berprasangka, jangan Anda selidiki kepastiannya. Jika Anda
melihat pertanda buruk, teruskan saja langkah Anda, dan bila Anda iri hati,
maka janganlah Anda memperturutkannya.
Nabi Zakaria alaihissalam berkata,
Alloh Swt berfirman: ”Orang yang dengki adalah musuh bagi kenikmatan-Ku, kecewa
pada keputusan-Ku, dan tidak ikhlas dengan pembagian-Ku yang Aku bagikan di
antara hamba-hamba-Ku.”
5. Kikir dan
Cinta Harta;
Bakhil (kikir) merupakan penyakit
hati yang sangat gawat dan berbahaya. Alloh Swt berfirman: ”Dan barangsiapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S. Al-Hasyr [59] : 9)
Nabi Saw bersabda: ”Jagalah diri
kalian dari sifat kikir, karena sifat kikir itu telah membinasakan umat-umat
sebelum kalian.”
Sabda lainnya: ”Kedermawanan adalah
sebatang pohon yang tumbuh di surga. Maka tidaklah masuk surga, kecuali
orang-orang yang dermawan. Kekikiran adalah sebatang pohon yang tumbuh di
neraka. Maka tidaklah masuk neraka, kecuali orang-orang yang kikir.”
6. Ambisius dan
Cinta Kedudukan;
Alloh Swt berfirman: ”Negeri akhirat
itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan
berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (Q.S. Al-Qashash [28] : 83)
Nabi Saw bersabda: ”Cinta harta dan
kedudukan menumbuhkan sifat munafik di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan
sayur-mayur.”
Sabda lainnya: ”Dua ekor srigala buas
yang dilepas dalam kandang kambing tidak lebih berbahaya daripada cinta harta
dan kedudukan dalam kehidupan beragama bagi seorang muslim.”
7. Cinta Dunia;
Cinta dunia adalah pangkal dari
segala dosa. Dunia bukanlah hanya representasi dari harta dan tahta belaka. Tetapi
keduanya hanyalah merupakan dua bagian kecil atau dua cabang dari kehidupan
dunia yang amat luas don komplek.
Dunia Anda adalah ibarat kondisi
obyektif sebelum Anda mati. Sedangkan akhirat Anda ibarat kondisi obyektif Anda
sesudah mati. Segala sesuatu yang Anda alami sebelum mati, merupakan duniamu,
kecuali ilmu, ma’rifat, dan kebebasan.
Apa yang masih menyertaimu sesudah
mati, termasuk kenikmatan bagi yang memiliki mata hati. Akan tetapi hal itu,
bukan termasuk bagian dari dunia, meskipun tervisualisasi di dalam kehidupan
dunia.
Segemen-segmen keduniaan itu saling
menopang dan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Demikian pula dengan
berbagai aktivitas kesalehan Anda, realitas factual yang Anda wujudkan dan
kesibukan Anda dalam konteks perbaikannya.
Alloh Swt berfirman: ”Ketahuilah
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang
melenakan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak.” (Q.S. Al-Hadiid [57] : 20)
8. Takabur (Sombong);
Alloh Swt berfirman: ”Demikian Alloh
mengunci hati orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (Q.S. Al-Mu’min [40]
: 35)
Firman lainnya: ”Maka neraka jahannam
itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (Q.S.
Az-Zumar [39] : 72)
Nabi Saw bersabda: ”Keagungan itu
sarung-Ku, kebesaran itu selendang-Ku. Maka siapa yang menariknya dari-Ku, Aku
akan menghancurkannya.”
Sabda lainnya: ”Tidak akan masuk surga
orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar biji sawi.”
9. ’Ujub
(Membanggakan Diri);
Alloh Swt berfirman: ”Dan (ingatlah)
peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlahmu.” (Q.S. At-Taubah [9] : 25)
Nabi Saw bersabda: ”Ada tiga perkara
yang dapat membinasakan yaitu: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti,
dan kebanggaan manusia akan dirinya.”
Ibnu Mas’ud radiallahu’anhu berkata: ”Kebinasaan
itu terdapat pada dua hal, yaitu putus asa dan kebanggan diri (’ujub).”
Dua hal itu selalu berkumpul, karena
orang yang berputus asa tidak mungkin mencari kebahagiaan sebab
keputusasaannya. Sedangkan orang yang membanggakan diri tidak mungkin mencari
kebahagiaan, karena ia mengira bahwa ia telah memperolehnya.
10. Riya’ (Pamer)
Alloh Swt berfirman: ”Maka celakalah
bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat riya’.” (Q.S. Al-Maa’un [107] : 4-6)
Firman lainnya: ”Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Alloh, Kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (Q.S.
Al-Insaan [76] : 9)
Nabi Saw bersabda: ”Alloh tidak
menerima suatu amal yang di dalamnya terdapat riya’ meski sebesar atom.”
Simpulan;
Akhlak tercela itu ragamnya banyak. Tapi
pada prinsipnya kembali kepada 10 persoalan yang telah diuraikan di atas. Anda tidak
cukup membersihkan jiwa dari sebagiannya, melainkan harus membersihkannya
secara keseluruhan. Jika Anda meninggalkan satu prinsip saja, maka yang lain
akan ikut tertinggal, menghunjam dan menyerang Anda. Karena akhlak tercela itu
saling berkaitan satu sama lain. Masing-masing akhlak tercela itu saling
mendukung dan melengkapi.
Nabi Muhammad Saw bersabda: ”Orang
mukmin yang terbaik imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” Ketika ditanyakan
kepada Nabi Saw,: ”Apakah hakikat agama itu?” Beliau Saw menjawab: ”Akhlak yang
baik.”
Tak seorang pun akan selamat, kecuali
bagi siapa yang mendatangi Alloh dengan hati yang bersih. Keselamatan mutlak
tidak bisa tercapai dengan menghilangkan sebagian penyakit, sementara penyakit
lain dibiarkan. Hanya dengan demikian kesehatan dan keselamatan secara
paripurna dapat diraih.
Mari kita jaga akhlak mulia dengan
menjauhkan akhlak tercela. Dengan demikian hati kita akan sehat. Sehatnya hati
dengan sendirinya akan menyehatkan jiwa dan pikiran. Kuncinya mensyukuri apa
yang kita peroleh, jangan sekali-kali mengingkarinya. Sebab Alloh Swt
berfirman: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim [14] : 7)
Jadi, syukur atau kufur, silahkan
pilih, Anda mau yang mana.
Astaghfirullah al-adziim, astaghfirullah al-adziim, astaghfirullah al-adziim, Innallahu wal-ghofurur-rohiim. Ya Alloh, Ya Rabb, Ya Ghoffar, Ya Ghofur, Ya Tawwab. Saya mohon ampunan-Mu Ya ’Allim, bila cerita di tulisan ini mengandung pergunjingan. Ini semata-mata untuk bahan introspeksi bagi saya pribadi dan keluarga, mudah-mudahan juga jadi I’tibar bagi pembaca lainnya. Semoga.
Astaghfirullah al-adziim, astaghfirullah al-adziim, astaghfirullah al-adziim, Innallahu wal-ghofurur-rohiim. Ya Alloh, Ya Rabb, Ya Ghoffar, Ya Ghofur, Ya Tawwab. Saya mohon ampunan-Mu Ya ’Allim, bila cerita di tulisan ini mengandung pergunjingan. Ini semata-mata untuk bahan introspeksi bagi saya pribadi dan keluarga, mudah-mudahan juga jadi I’tibar bagi pembaca lainnya. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.