Rabu, 10 Agustus 2011

Betapa Berharganya Waktu

Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Q.S Al-Ashr (103), ayat 1-3].

Sebuah peristiwa biasanya membawa makna atau pesan. Makna akan tersingkap bila ada upaya untuk mengungkapnya. Dan apa pun peristiwa yang dialami sesungguhnya wujud dari adanya gerak kehidupan, adanya hubungan horizontal yang berdimensi sosial antarmanusia. Juga penanda bagi kemahakuasaan Allah Subhanahuwata’ala atas tiap sesuatu. Kun kata Allah, maka Fayakun. Terjadi kata Allah, maka muncullah suatu peristiwa. Maka, apapun peristiwa menimpa manusia, adalah bagian dari skenario Allah, bagian dari takdir yang digariskan, bagian dari catatan yang telah diguratkan di lauhul mahfuz.
Karena itu, terjadinya suatu peristiwa, acapkali dihubung-hubungkan dengan ungkapan: ”di balik rezeki ada cobaan, di balik cobaan ada hikmah.”
Demikianlah, ketika ayahanda saya tercinta yang meski usianya 86 tahun masih kuat bekerja dan beribadah, tiba-tiba saja menderita stroke dan hanya mampu terduduk dan tergolek di tempat tidur. Semula hati ini serasa menyesalkan mengapa harus terjadi. Tapi, mengingat usianya yang sudah uzur, mengingat masa bekerjanya memang sudah saatnya istirah, mengingat ketekunannya beribadah sejak masa muda hingga menjelang stroke. Juga mengingat ah ini mungkin memang sudah jalan beliau untuk ’menutup’ dan ’menyudahi’ catatan amal yang akan mengisi lembar-lembar akhir hayatnya. Dan, mengingat skenario dan takdir yang tak akan bisa dielakkan manusia manapun, siapapun dia.
Dari situ, tentang apa yang terjadi, kemudian jadi bahan perenungan bagiku, bahwa betul di balik rezeki ada musibah, dan di balik musibah ada hikmah. Dan hikmah yang dapat dipetik bahwa betapa berharganya waktu.  
Apa yang tergambar dalam Surat Al-Ashr di atas, kalau dicerna dengan seksama jelas akan bermakna rambu-rambu atau peringatan agar dalam hidup ini hendaknya kita menghargai waktu. Hendaklah ada keseimbangan antara pemanfaatan waktu untuk mencari nafkah dengan cara melakukan aktivitas tertentu yang harus dipenuhi oleh manusia sebagai makhluk hidup, dan aktivitas beribadah untuk menyembah Allah Subhanahuwata’ala, sebagai wujud dari rasa syukur dan terimakasih atas karunia-Nya berupa perolehan yang didapat dengan jalan bekerja.
Allah Subhanahuwata’ala telah menegaskan dalam firman-Nya: ”Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Ayat ini memaklumkan kepada kita ummat manusia, bahwa tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya semata. Tapi, manusia yang diberi akal untuk pembeda bahwa dia lebih tinggi derajatnya dibanding makhluk lain, sering mengalami kebuntuan akal dalam menerjemahkan sesuatu.
Dalam hal menerjemahkan ayat ini, akal hanya terpaku pada kata-kata ”beribadah” sehingga ada pikiran negatif seolah-olah Allah Subhanahuwata’ala akan mengungkung pada kegiatan ritual ibadah, dan tak ada kesempatan untuk mengaktualisasi diri pada kegiatan di luar ibadah. Kebuntuan akal ini membuat manusia tidak bisa membedakan antara tujuan hidup dengan keperluan hidup. Tujuan hidup adalah beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala, sedangkan keperluan hidup adalah yang berhubungan dengan pemenuhan hasrat bagi hajat hidupnya. Keduanya, tujuan hidup dan keperluan hidup, hendaknya diseimbangkan agar tidak sampai terfokus pada satu hal saja sedang yang lainnya cenderung terabaikan.
Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam telah berpesan kepada ummatnya, agar ummatnya selalu memanfaatkan waktu seoptimal mungkin, sehingga kita akan menggapai kebahagiaan dunia sekaligus kebahagiaan di akhirat. Islam adalah agama yang tidak menafikan persoalan dunia, tetapi juga sangat memperhatikan urusan akhirat.
“Bekerjalah untuk duniamu, seolah-olah kamu hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu mati besok hari.
Jelas, dalam hadits di atas, Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam mengarahkan agar ummatnya memanfaatkan waktu dengan menyeimbangkan antara bekerja dan beribadah. Antara menggapai tujuan hidup dan keperluan hidup.
Tapi, kebanyakan di antara kita lupa diri. Memahami hadits di atas hanya sepenggal, jadinya hanya asyik bekerja seolah-olah akan hidup selamanya, tak akan pernah mati. Padahal, semestinya asyik bekerja ya, tekun beribadah juga ya.
Dalam hal pemanfaatan waktu, sebuah hadits Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam, yang bila kita amalkan Insya Allah akan membawa kemaslahatan dan juga menyelamatkan. Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Hakim dalam kitab Al-Mustadrak;

Manfaatkanlah kesempatan yang lima, sebelum (datang) lima yang lainnya, yaitu: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Masa sehatmu sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang fakirmu. Masa hidupmu sebelum matimu. Dan masa senggangmu sebelum datang kesibukanmu."

Hadits di atas mengandung pengertian, bahwa kita harus dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya lima kesempatan yang ada dan baik sebelum datang lima perkara yang menyakitkan. Lima kesempatan itu adalah:
1.    Masa muda sebelum datang masa tua;
Dengan kondisi usia masih muda, fisik masih kuat. Disaat inilah kekuatan bekerja masih sangat prima. Maksudnya adalah selagi masih muda kita harus banyak bekerja dan juga taat beribadah karena kondisi kita masih kuat, sebelum datang masa tua kita. Bayangkan apabila kita sudah tua, tentu akan lebih berat untuk berbuat ketaatan karena faktor fisik yang lemah dan kurang mendukung.
2.    Masa sehat sebelum sakit;
Kesehatan memang bukan segalanya tapi tanpa kesehatan semuanya menjadi tidak berarti. Seperti itulah ungkapan yang banyak disebutkan tentang bagaimana menjadi sehat adalah sebuah rezeki dan kenikmatan yang tiada tara sehingga Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam berpesan agar selagi kita masih diberikan kesehatan maka giatlah bekerja dan perbanyaklah amal saleh yang nantinya itu akan berguna bagi diri kita sendiri, sebelum datang sakit.
3.    Masa kaya sebelum datang fakir;
Kaya di sini berarti adalah kelapangan harta dan Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam berpesan selagi punya kemampuan untuk bersedekah, berinfaq atau berjihad dengan harta maka kita harus banyak memberikan sebagian apa yang kita miliki untuk orang-orang yang membutuhkan, sebelum datangnya musibah yang akan merenggut harta kita. Seandainya kita tidak memanfaatkan hal itu dengan banyak bersedekah, berinfaq atau berjihad dengan harta, maka kita akan menjadi orang yang fakir baik itu di dunia maupun di akhirat. Ini ada kaitannya juga dengan ungkapan hendaknya kita membelanjakan harta di Jalan Allah..
4.    Masa hidup sebelum mati;
Penyesalan akan datang belakangan dan itu adalah tipikal dari kebanyakan manusia, yaitu menyesal sedangkan itu sudah terlambat. Namun jangan sampai kita menyesal setelah kita hidup di akhirat kelak karena tak akan ada kesempatan dua kali untuk memperbaiki apa yang telah kita lakukan di dunia. Untuk itu Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam berpesan agar kita memanfaatkan dengan sebaik-baiknya masa hidup kita sebelum datang kematian, karena kesempatan hanya datang sekali, yaitu di masa hidup kita sekarang ini.
5.    Waktu senggang sebelum datang kesibukan;
Hari kiamat itu pasti dan waktunya pun bisa terjadi sewaktu-waktu. Di saat itu tiap-tiap manusia akan disibukkan dengan ketakutannya masing-masing dan untuk itu Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam berpesan agar kita memanfaatkan waktu senggang kita sekarang ini dengan sebaik-baiknya sebelum datangnya kesibukan saat hari kiamat nanti.

Begitu pentingnya hadits ini untuk diketahui oleh ummat Muhammad shallalla-hu ‘alaihi wasallam, sampai-sampai Raden Haji Oma Irama menggubahnya menjadi sebuah lagu, kebetulan memang Rhoma Irama menjadikan lagu sebagai sarana berdakwah. Berikut ini lirik lagu yang diberi judul Lima:

Para hadirin, di dalam kesempatan ini
Izinkanlah saya menyampaikan
Qa-la rasululla-hi shallalla-hu ‘alaihi wasallam
Ightanim khamsan qabla khamsin
Syaba-baka qabla haromika
Waghina-ka qabla faqrika
Wasyughlaka qabla fara-ghika
Washihhataka qabla suqmika
Wahaya-taka qabla mautik

Yang artinya

Pesan Nabi kepada semua um
matnya
Jaga lima sebelum datangnya lima
Pertama jaga muda sebelum tuamu
Kedua jaga kaya sebelum miskinmu
Ketiga jaga sempat sebelum sempitmu
Jaga sehat sebelum sakitmu
Jaga hidup sebelum matimu

Selagi kau sehat bekerja yang giat
Usia yang muda jangan kausia-sia
Selagi kau kaya jangan foya-foya
Gunakanlah harta di dalam bertaqwa
Agar dirimu tidak merugi
Dalam hidup yang singkat ini
Agar kau tidak menyesal nanti
Di saat menghadap Ilahi

Dari itu marilah kawan semua
Jaga lima sebelum datangnya lima
Pertama jaga muda sebelum tuamu
Kedua jaga kaya sebelum miskinmu
Ketiga jaga sempat sebelum sempitmu
Jaga sehat sebelum sakitmu
Jaga hidup sebelum matimu

Rhoma Irama menyanyikan lagu ini dengan warna vokalnya yang khas, irama menghentak namun menggugah perasaan, bahkan bila benar-benar dihayati akan membuat kita merinding, betapa kalau kita abai pada salah satunya akan membuat kita terpuruk dalam kerugian seperti diisyaratkan dalam Q.S Al-Ashr (103), ayat 1-3, yang telah dikutipkan di awal tulisan ini.
Kelompok Nasyid Raihan juga menyanyikan hadits ini dalam lagu mereka yang diberi judul Demi Masa Lirik lengkapnya seperti berikut:

Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan beramal sholeh
Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasehat kepada kebenaran dan kesabaran
a a a…..
Gunakan kesempatan yang masih diberi moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan kerna ia takkan kembali

Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

(Ingat lima perkara sebelum lima perkara)
(Ingat lima perkara sebelum lima perkara)

Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan beramal sholeh
Gunakan kesempatan yang masih diberi moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan kerna ia takkan kembali
Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

(Ingat lima perkara sebelum lima perkara)
(sihat sebelum sakit)
Muda sebelum tua

Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit

(Ingat lima perkara) Hidup sebelum mati
(sebelum lima perkara) Sihat sebelum sakit
(Ingat lima perkara sebelum lima perkara) Muda sebelum tua

(Ingat lima perkara) Kaya sebelum miskin

(sebelum lima perkara) Lapang sebelum sempit
(Ingat lima perkara sebelum lima perkara) Hidup sebelum mati
(Ingat lima perkara sebelum lima perkara) Hidup sebelum mati
(Ingat lima perkara sebelum lima perkara)

   Ya, demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Alangkah sia-sianya waktu terbuang percuma hanya diisi dengan duduk-duduk main catur, gapley, kartu remi, atau permainan lainnya yang mengasyikkan sehingga tak terasa azan zuhur lewat begitu saja hingga terdengar pula panggilan azan memberi tanda masuk waktu untuk menunaikan shalat ashar, tapi masih terus asyik ngocok kartu hingga maghrib tiba, terus tanpa jeda hingga terdengar lagi azan isya’ masih juga ngocok kartu dan baru tersadar ternyata sudah larut malam, baru memutuskan untuk bubar. Tinggalkan "markas" permainan, dan pulang ke rumah masing-masing lalu langsung menuju peraduan dan terlelap, baru bangun kembali manakala sorot matahari telah meninggi. Hilanglah ritual shalat lima waktu tak tertunai satu waktu pun. Hilanglah catatan amal ibadah satu hari diganti catatan dosa. Hilanglah pengertian bekerjalah untuk duniamu, seolah-olah kamu hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu mati besok hari” tanpa pernah merasa ada beban yang harus dipertanggungjawabkan kelak kemudian hari.

   Dan manakala satu kesempatan yang mestinya kita jaga, tapi kita luput menunaikannya, kerugianlah yang akan diderita dan penyesalan tak akan ada guna. Misal, kita luput menjaga sehat, manakala jatuh sakit baru terasa betapa berharganya waktu. Dalam keadaan sakit tak berdaya untuk bekerja hilanglah nafkah yang mestinya kita raih, beribadah juga tak bisa hilanglah catatan amal yang mestinya tertulis terus bila ritual ibadah masih bisa kita lakukan.
   Demikian juga bila luput menjaga kekayaan yang mestinya memberi kesempatan untuk berbuat amal sebanyak-banyaknya, tapi kekayaan digunakan untuk poya-poya dan dibelanjakan tidak di jalan Allah, ketika jatuh miskin baru tersadar betapa berharganya waktu dan kesempatan. Coba kalau mumpung kaya, dimanfaatkan untuk banyak bersedekah, berinfaq bagi pembangunan rumah ibadah, menyantuni anak yatim, niscaya akan berkah rezeki yang diperoleh dan bahkan akan bertambah berlipatganda.
   Luput menjaga waktu luang (kelapangan), begitu tak ada waktu lagi baru menyesal dan meratap alangkah sia-sianya waktu terbuang percuma. Hanya habis di meja permainan kartu remi, habis di petak-petak papan catur dan lompatan-lompata bidak menyesatkan, hanya habis dengan asyikannya main foker atau game lain yang membuat detak waktu tergadai percuma.
   Merasa masih muda lantas tenang-tenang dan seolah-olah belum perlu mengerjakan amal ibadah, nanti saja bila sudah agak tua baru insyaf dan rajin ibadah. Kalau begini, kesannya sombong banget, seolah-olah tahu persis catatan umur yang dijatahkan untuk kita hidup di dunia ini. Bahkan ada yang asyik pula menganggur, ke sana ke mari tanpa pekerjaan.
   Mestinya mumpung masih muda, masih sehat, masih lapang waktu, masih punya kekayaan, dan masih hidup, bekerja dan berbuat amal sebaik dan sebanyak mungkin.

   Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam sangat membenci orang-orang yang terlalu sibuk dengan urusan dunia di siang hari, dan tidur terlelap di malam hari. Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam mengibaratkan mereka: Siang hari ibarat keledai, malam hari ibarat bangkai. Maksudnya orang-orang yang dibenci Rasulullah shallalla-hu ‘alaihi wasallam adalah orang-orang yang di siang hari disibukkan dengan urusan dunia, sehingga mereka lupa dengan kewajiban utama sebagai hamba yaitu beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala. Mereka membiarkan siang berlalu tanpa shalat zuhur dan ashar. Di malam hari mereka juga terlelap di tempat tidur tak ubahnya seperti bangkai hingga matahari terbit di ufuk timur keesokan harinya. Mereka membiarkan malam berlalu tanpa ibadah apapun kepada Allah Subhanahuwata’ala.
   Suatu ketika Imam Ghazali Rahmatullah bertanya kepada beberapa muridnya. Salah satu pertanyaan Sang Imam adalah: Hai murid-muridku, tahukah kalian apakah yang paling jauh”. Para murid serentak menjawab: ”Bulan dan matahari ya tuan guru”. Imam Ghazali memberi komentar: Benar bulan dan matahari adalah benda yang jauh, tetapi ketahuilah oleh kalian, sebenarnya yang paling jauh itu adalah masa lalu. Kalian tidak akan pernah dapat mengejar lagi masa lalu yang telah meninggalkan kalian. Karena itu, sebelum kalian menyesal, maka pergunakanlah waktu luang sebaik-baiknya”.
   Demikianlah pandangan Islam tentang pentingnya menjaga waktu. Kita harus memanfaatkan waktu yang ada semaksimal mungkin. Karena waktu tidak pernah menunggu kita, kalau kita tidak memanfaatkan waktu maka waktulah yang akan menggilas kita. Kata Saidina Ali Radhiallahu anhu: Waktu adalah ibarat Pedang”. Artinya: Kalau kita tidak memanfaatkan waktu, maka waktu akan menebas kita.

Baik juga menyimak lagunya Opick yang berjudul ”Bila Waktu Telah Berakhir” berikut ini:

Bagaimanakah perasaannya
Akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua
Hilang dan pergi meninggalkan dirimu

Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari
Masihkah ada jalan bagimu
Untuk kembali menunaikan masa lalu

Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan kembali pada-Nya

Bila waktu telah memanggil teman sejati hanyalah amal
Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.