Kamis, 09 Juli 2015

Pesan Berharga Seorang Anak

Banyak hal bisa dipetik dari ritual menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Selain mendapat rahmat (rahmah) di sepuluh hari pertama, ampunan (maghfiroh) di sepuluh hari kedua, dan pembebasan dari api neraka (itkum minannaar) di sepuluh hari terahir, secara lahiriah fisik pun menjadi lebih sehat. Karena puasa dapat mengistirahatkan organ pencernaan dari kegiatan rutin mencerna makanan sepanjang 24 jam terus menerus. Maka, kalau ada orang yang merasa tersiksa menjalankan puasa karena terbiasa makan tiga kali (sarapan pagi, makan siang dan makan malam), berarti orang itu tidak pandai mensyukuri nikmat.

Hari ini, sudah sampai pada hari ke-22 puasa Ramadhan, berarti hari-hari puasa di sepuluh hari terakhir akan segera berakhir dan sampai pada hari yang ditunggu-tunggu, yaitu hari kemenangan. Suatu hari yang begitu dibanggakan umat muslim dunia sehabis menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Sesungguhnya apa yang patut dibanggakan ketika Idul Fitri tiba? Ustadz Othman Omar Shihab mengatakan, tetap melekatnya tekad berbuat baik dan ketaatan kepada Alloh Swt, yang selama Ramadhan dilatih adalah bekal penting menyongsong Idul Fitri.

Bila telah digembleng selama satu bulan penuh, seyogianya tak ada lagi sifat tercela yang tersisa pada diri dan ini dapat dikatakan sebagai kemenangan yang diraih setelah Ramadhan berlalu. Maka, keberhasilan seseorang di bulan Ramadhan terlihat dari tingkahnya setelah Ramadhan. Ibarat orang yang menunaikan ibadah haji, bila Setelah menyandang predikat haji itu ada perubahan signifikan dalam hal ketaatan beribadah dan tingkah laku, maka tak salah bila kepadanya disematkan istilah mendapat haji yang mabrur. Begitu juga dalam hal ibadah puasa, bila setelah Ramadhan berlalu tetap senantiasa menunjukkan keshalehan, mungkin juga bisa dikatakan ibadah puasanya ’mabrur.’

I’tibar

Sepanjang Ramadhan, semua televisi seketika mengubah format acara yang ditayangkan. Semuanya bernuansa Islami. Ada acara TABUR (Tabuh Ramadhan), ada Hafiz Qur’an, ada Aksi (Akademi Sahur Indosiar), dan banyak macam lainnya. Demikian juga sinetron yang ditayangkan baik di waktu Sahur maupun jelang Maghrib, dikemas dengan konsep sangat religius. Termasuk iklan pun disisipi pesan Seolah-olah demi kenyamanan berpuasa, misalnya larutan penyegar napas agar napas tidak mengeluarkan aroma tidak sedap karena kurangnya konsumsi air bagi tubuh.

Adzan Subuh atau Maghrib juga disisipi ilustrasi yang menggugah rasa keberagamaan dan keimanan seseorang. Di sepanjang adzan dikumandangkan, ada tayangan ilustrasi berupa gambar anak kecil membantu seorang tua yang susah payah menginsutkan kursi rodanya di pelataran masjid. Ilustrasi seperti itu untuk menunjukkan bahwa puasa Ramadhan sarana memenjarakan nafsu tapi memerdekakan pikiran. Anak-anak yang diajari berpuasa menahan diri tapi melepasakan semua keakuan, akan tercipta kesalehan sosial dalam diri mereka. Sehingga tanpa disuruh pun akan tergerak hatinya untuk membantu orang lain.  


hatinyalah yang menggerakkan anak kecil ini sudi membantu si bapak menginsutkan kursi rodanya
Ada juga ilustrasi seorang anak yang membangunkan ayahnya untuk salat Subuh. Tapi si ayah bergeming dan mengabaikan imbauan anaknya untuk salat. Lalu si anak berinisiatif untuk mengingatkan ayahnya salat Dzuhur nanti di kantor dengan menyelipkan tulisan ”Ayah, jangan lupa salat” yang ditulisnya di secarik kertas dan disisipkan di tumpukan kertas berkas kerja ayahnya yang akan dibawa ke kantor, saat si ayah berangkat ke kantor sambil mengantar anaknya ke sekolah TK.

Sahdan, singkat cerita, sampai di kantor sang ayah tadi menggelar briefing dengan stafnya, tampak begitu emosi dan marah-marah sehingga penyakit jantungnya kumat dan tersungkur jatuh. Para karyawannya sibuk berbagai tugas, ada yang memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit, ada yang mengabari istrinya di rumah tentang kondisi suaminya. Sampai di rumah sakit tim dokter dan paramedis mengupayakan segala tindakan penyelamatan di ruang ICU. Apadaya, usaha maksimal sudah dilakukan, untung tak bisa diraih malang tak bisa ditolak. Sang BOS mengembuskan napas terakhir.

Istrinya yang sebelum ke rumah sakit terlebih dahulu menghampiri anaknya di sekolah TK untuk diajak ke rumah sakit melihat kondisi ayahnya. Sampai di rumah sakit, suami tercinta dan sosok ayah yang sangat didambakan anak itu untuk jadi idola dan membimbingnya tumbuh menjadi besar, ternyata terlalu dini berangkat ke alam baka meninggalkan mereka berdua. Sembari pulang ke rumah, di dalam mobil ayahnya si anak menemukan secarik kertas bertuliskan ”Ayah, jangan lupa salat” yang tadi pagi dibuatnya tergeletak di jok mobil. Mungkin, di benak si anak berkelindan tanya, apakah pesannya itu sempat dibaca ayahnya atau tidak. Sungguh sya terharu dan bergegas ke masjid untuk salat Subuh berjamaah.

Semoga pesan berharga dari seorang anak TK kepada ayah yang dibanggakannya ini bisa dijadikan ’abara, ibrah atau ta’bir ibrah i’tibar (’itabara), yaitu pelajaran berharga dari suatu kisah. Dan, kisah seperti di atas ada di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.