Belum lama terik melanda sebagai gejala bergantinya musim
penghujan ke musim kemarau. Yang ditandai meningkatnya suhu udara, membuat
warga merasa gerah tak terhingga. Tapi, tiba-tiba hujan kembali mengguyur
sekujur Kota Bandarlampung. Hujan tercurah begitu deras sampai-sampai daerah
langganan banjir, seperti daerah Gelora (Rajabasa Raya), Kelurahan Keteguhan, Kecamatan
Kedamaian dan Kecamatan Telukbetung, harus kembali nelangsa karena terendam
banjir bah dari drainase yang tak terawat dan penuh sampah.
Persoalan banjir selalu jadi momok menakutkan masyarakat. Tak
hanya bagi warga yang memang bermukim di bantaran kali (sungai), bahkan warga
perkotaan seperti di sekitar perumahan Citra Garden, Kelurahan Kotakarang,
Telukbetung pun selalu dilanda banjir bila musim penghujan tiba.
Daerah hulu sungai, seperti Desa Bagelen 2, Kecamatan
Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, sejak beberapa tahun belakangan aman dari
banjir, namun akibat guyuran hujan yang luar biasa deras dan memakan waktu
berjam-jam sejak Senin (20/2) siang hingga Selasa (21/2) dini hari, akhirnya
mengakibatkan daerah itu dilanda banjir besar yang ketinggiannya hingga genting
rumah (yang posisinya di sepanjang bantaran sungai). Padi di sawah yang siap
panen rebah disapu air, hewan ternak bahkan mobil ada yang hanyut dan
tersangkut di batang pohon.
Hari Air yang selalu diperingati tiap tanggal 22 Maret, pada
tahun ini mengusung tema Wastewater (air
limbah). Air limbah seharusnya tidak dipandang sebagai sesuatu yang harus
dibuang, melainkan sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi manusia dan
lingkungan.
Peringatan Hari Air merupakan upaya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya air tawar dan pengelolaannya. Data WHO dan
UNICEF tahun 2014 menyebutkan, ada 1,8 miliar penduduk dunia yang mendapatkan
air minum dari sumber terkontaminasi tinja, sehingga menempatkan mereka pada
risiko tinggi tertular kolera, disentri, tifus dan polio.
Tak hanya air yang tercemar, sanitasi buruk dan lingkungan
kumuh juga menjadi penyebab sekitar 842 ribu kematian setiap tahun. Tercemarnya
air minum dikarenakan 80 persen air limbah dari rumah tangga, kota, industri
dan pertanian mengalir kembali ke alam tanpa diolah atau digunakan kembali, dan
pada akhirnya mencemari lingkungan (air sumur).
Melimpah Tercurah
Bahkan, tak hanya air limbah yang terbuang percuma tanpa
diolah. Air dari bak penampungan PDAM yang ada di Perumahan Bukit Kemiling
Permai, Kota bandarlampung, ini pun melimpah tercurah karena over kapasitas
(lihat foto di bawah). Ini terjadi karena bak penampungan yang dibangun
pengembang Perum Perumnas sudah penuh, sedang kiriman air dari bendungan di
hulu (daerah Way Langka, Kabupaten Pesawaran) terus mengalir akibat melimpahnya
sumber air dari Gunung Betung, Tanggamus.
Air Tercurah Melimpah |
Air terbuang percuma mengalir melalui drainase di tepi jalan
dua jalur Perum BKP. Alangkah baiknya ada bak penampung lain untuk menampung
limpahan air tersebut, yang bisa dijadikan tabungan untuk cadangan air bagi
kebutuhan warga perumahan bila kelak musim kemarau melanda dan terjadi krisis
air bersih.
Data dari www.worldwaterday.org hingga hari ini, 663 juta orang
masih kekurangan sumber air minum yang memadai. Kelak di tahun 2050, hampir 70
persen dari populasi dunia akan tinggal di kota. Saat ini, sebagian besar kota
di negara-negara berkembang tidak memiliki infrastruktur dan sumber daya yang
memadai untuk mengatasi pengelolaan air limbah dengan cara yang efisien dan
berkelanjutan.
Sayangi Bumi
Baru saja, tepatnya di Sabtu terakhir bulan Maret, kita
memperingati Earth Hour. Tahun ini
jatuh pada Sabtu (25 Maret 2017). Ada 35 kota di Indonesia berpartisipasi
merayakannya. Partisipasi itu ditunjukkan dengan Switch Off, yaitu mematikan lampu-lampu penerangan di ikon-ikon
kota, seperti Masjid, Monumen, Benteng, Candi, dan lainnya terutama gedung
perkantoran dengan mematikan lampu selama satu jam, mulai pukul 20.30-21.30
waktu setempat.
Sementara bagi warga (yang peduli akan masa depan Bumi dan
punya pemahaman serta kesadaran arti pentingnya peringatan Earth Hour) seyogianya ambil peran juga dengan mematikan lampu-lampu
yang tidak vital, juga berhenti barang satu jam (di waktu tersebut) untuk berasyik
masyuk menonton televisi, meski ada acara yang begitu disayangkan bila terlewat.
Bahkan, begitu pentingnya peringatan Earth Hour, di Kota Bandung dihelat EARTH HOUR NIGHT RUN (EHNR) yaitu berlari 60 menit untuk Bumi,
dimulai sekitar pukul 19.30 WIB. Namun para peserta boleh datang sejak pukul
15.00 WIB untuk menikmati rangkaian acara lainnya. Acara EHNR ini ditaja oleh
National Geographic Indonesia bekerjasama dengan Eiger Shop. Sehingga titik start lari dimulai dari halaman Eiger
Shop Jalan Sumatra menuju Balai Kota Bandung, Gedung Sate, kemudian kembali dan
finish di tempat semula start.
Petisi
Change.org
Sejak lama saya aktif menandatangan petisi para aktivis di
Change.org. Yang barusan saya ikut tandatangan adalah #JagaHutan Sebagai
Identitas bangsa Indonesia pada tanggal 22 April. Setelah sehari sebelumnya
mengisi survei dari Astrid Basjar via Change.org melalui www.change.org/hutandankita sungguh
menyenangkan bisa berbagi meski hanya sekadar membubuhkan tandatangan di
petisi.
Kalau bukan kita yang peduli akan kelestarian hutan dan flora
fauna serta primata di dalamnya, lalu siapa? Di Kalimantan, Orang Utan dibantai
karena dianggap hama pengganggu kebun kelapa sawit. Berpikirlah sejenak,
sebelum hutan dieksploitasi menjadi kebun kelapa sawit, bukankah itu adalah ’rumah’
(habitat) tempat Orang Utan tinggal, mereka hidup dan tumbuh berkembang biak
tanpa ada yang mengganggu. Tapi, setelah datang para cukong mengubah hutan
menjadi kebun kelapa sawit, mereka para Orang utan itu jadi terusir dari
rumahnya sendiri.
Karena dieksploitasi, luas hutan kita terus berkurang. Selama
2009 hingga 2013, 1,13 juta hektar hutan hilang setiap tahun. Penyebabnya, alih
fungsi lahan untuk industri, pembalakan liar, kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dampak besar yang ditimbulkannya adalah bencana banjir dan longsor semakin
sering terjadi menimpa penduduk dengan beban kerugian material dan jiwa.
Itulah kenapa Aksi #JagaHutan digerakkan melalui petisi dan
bila semua orang peduli dengan mau membubuhkan tandatangan, gerakan ini menjadi
masif dan besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.