Sabtu, 29 April 2017

Tatakelola Air dan Lingkungan

Belum lama terik melanda sebagai gejala bergantinya musim penghujan ke musim kemarau. Yang ditandai meningkatnya suhu udara, membuat warga merasa gerah tak terhingga. Tapi, tiba-tiba hujan kembali mengguyur sekujur Kota Bandarlampung. Hujan tercurah begitu deras sampai-sampai daerah langganan banjir, seperti daerah Gelora (Rajabasa Raya), Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Kedamaian dan Kecamatan Telukbetung, harus kembali nelangsa karena terendam banjir bah dari drainase yang tak terawat dan penuh sampah.

Persoalan banjir selalu jadi momok menakutkan masyarakat. Tak hanya bagi warga yang memang bermukim di bantaran kali (sungai), bahkan warga perkotaan seperti di sekitar perumahan Citra Garden, Kelurahan Kotakarang, Telukbetung pun selalu dilanda banjir bila musim penghujan tiba.

Daerah hulu sungai, seperti Desa Bagelen 2, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, sejak beberapa tahun belakangan aman dari banjir, namun akibat guyuran hujan yang luar biasa deras dan memakan waktu berjam-jam sejak Senin (20/2) siang hingga Selasa (21/2) dini hari, akhirnya mengakibatkan daerah itu dilanda banjir besar yang ketinggiannya hingga genting rumah (yang posisinya di sepanjang bantaran sungai). Padi di sawah yang siap panen rebah disapu air, hewan ternak bahkan mobil ada yang hanyut dan tersangkut di batang pohon.

Hari Air yang selalu diperingati tiap tanggal 22 Maret, pada tahun ini mengusung tema Wastewater (air limbah). Air limbah seharusnya tidak dipandang sebagai sesuatu yang harus dibuang, melainkan sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan.

Peringatan Hari Air merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya air tawar dan pengelolaannya. Data WHO dan UNICEF tahun 2014 menyebutkan, ada 1,8 miliar penduduk dunia yang mendapatkan air minum dari sumber terkontaminasi tinja, sehingga menempatkan mereka pada risiko tinggi tertular kolera, disentri, tifus dan polio.

Tak hanya air yang tercemar, sanitasi buruk dan lingkungan kumuh juga menjadi penyebab sekitar 842 ribu kematian setiap tahun. Tercemarnya air minum dikarenakan 80 persen air limbah dari rumah tangga, kota, industri dan pertanian mengalir kembali ke alam tanpa diolah atau digunakan kembali, dan pada akhirnya mencemari lingkungan (air sumur).

Melimpah Tercurah  

Bahkan, tak hanya air limbah yang terbuang percuma tanpa diolah. Air dari bak penampungan PDAM yang ada di Perumahan Bukit Kemiling Permai, Kota bandarlampung, ini pun melimpah tercurah karena over kapasitas (lihat foto di bawah). Ini terjadi karena bak penampungan yang dibangun pengembang Perum Perumnas sudah penuh, sedang kiriman air dari bendungan di hulu (daerah Way Langka, Kabupaten Pesawaran) terus mengalir akibat melimpahnya sumber air dari Gunung Betung, Tanggamus.
Air Tercurah Melimpah

Air terbuang percuma mengalir melalui drainase di tepi jalan dua jalur Perum BKP. Alangkah baiknya ada bak penampung lain untuk menampung limpahan air tersebut, yang bisa dijadikan tabungan untuk cadangan air bagi kebutuhan warga perumahan bila kelak musim kemarau melanda dan terjadi krisis air bersih.

Data dari www.worldwaterday.org hingga hari ini, 663 juta orang masih kekurangan sumber air minum yang memadai. Kelak di tahun 2050, hampir 70 persen dari populasi dunia akan tinggal di kota. Saat ini, sebagian besar kota di negara-negara berkembang tidak memiliki infrastruktur dan sumber daya yang memadai untuk mengatasi pengelolaan air limbah dengan cara yang efisien dan berkelanjutan.     
Sayangi Bumi

Baru saja, tepatnya di Sabtu terakhir bulan Maret, kita memperingati Earth Hour. Tahun ini jatuh pada Sabtu (25 Maret 2017). Ada 35 kota di Indonesia berpartisipasi merayakannya. Partisipasi itu ditunjukkan dengan Switch Off, yaitu mematikan lampu-lampu penerangan di ikon-ikon kota, seperti Masjid, Monumen, Benteng, Candi, dan lainnya terutama gedung perkantoran dengan mematikan lampu selama satu jam, mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat.

Sementara bagi warga (yang peduli akan masa depan Bumi dan punya pemahaman serta kesadaran arti pentingnya peringatan Earth Hour) seyogianya ambil peran juga dengan mematikan lampu-lampu yang tidak vital, juga berhenti barang satu jam (di waktu tersebut) untuk berasyik masyuk menonton televisi, meski ada acara yang begitu disayangkan bila terlewat.

Bahkan, begitu pentingnya peringatan Earth Hour, di Kota Bandung dihelat EARTH HOUR NIGHT RUN (EHNR) yaitu berlari 60 menit untuk Bumi, dimulai sekitar pukul 19.30 WIB. Namun para peserta boleh datang sejak pukul 15.00 WIB untuk menikmati rangkaian acara lainnya. Acara EHNR ini ditaja oleh National Geographic Indonesia bekerjasama dengan Eiger Shop. Sehingga titik start lari dimulai dari halaman Eiger Shop Jalan Sumatra menuju Balai Kota Bandung, Gedung Sate, kemudian kembali dan finish di tempat semula start.

Petisi Change.org 

Sejak lama saya aktif menandatangan petisi para aktivis di Change.org. Yang barusan saya ikut tandatangan adalah #JagaHutan Sebagai Identitas bangsa Indonesia pada tanggal 22 April. Setelah sehari sebelumnya mengisi survei dari Astrid Basjar via Change.org melalui www.change.org/hutandankita sungguh menyenangkan bisa berbagi meski hanya sekadar membubuhkan tandatangan di petisi.

Kalau bukan kita yang peduli akan kelestarian hutan dan flora fauna serta primata di dalamnya, lalu siapa? Di Kalimantan, Orang Utan dibantai karena dianggap hama pengganggu kebun kelapa sawit. Berpikirlah sejenak, sebelum hutan dieksploitasi menjadi kebun kelapa sawit, bukankah itu adalah ’rumah’ (habitat) tempat Orang Utan tinggal, mereka hidup dan tumbuh berkembang biak tanpa ada yang mengganggu. Tapi, setelah datang para cukong mengubah hutan menjadi kebun kelapa sawit, mereka para Orang utan itu jadi terusir dari rumahnya sendiri.

Karena dieksploitasi, luas hutan kita terus berkurang. Selama 2009 hingga 2013, 1,13 juta hektar hutan hilang setiap tahun. Penyebabnya, alih fungsi lahan untuk industri, pembalakan liar, kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dampak besar yang ditimbulkannya adalah bencana banjir dan longsor semakin sering terjadi menimpa penduduk dengan beban kerugian material dan jiwa.

Itulah kenapa Aksi #JagaHutan digerakkan melalui petisi dan bila semua orang peduli dengan mau membubuhkan tandatangan, gerakan ini menjadi masif dan besar.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.