Pergantian tahun
bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa
yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat setahun ke
depan. Dengan datangnya bulan Muharam, kita perlu menelaah ulang apa yang
terkandung di dalamnya. Muharam dinamakan Syahrullah
Al Asham (bulan yang sunyi) karena itu tidak boleh ada sedikitpun friksi dan konflik di bulan
ini. Lalu apa yang seharusnya kita lakukan dalam menyambut datangnya bulan
Muharam tahun 1434 H ini. Di bawah ini saya coba paparkan 3 hal yang patut
dilakukan, yaitu:
1. Syukur atas umur yang diberikan Allah SWT.
Diberikan umur panjang oleh Allah SWT
merupakan nikmat yang patut disyukuri. Tapi banyak orang lalai melakukannya.
Ini merupakan kesalahan besar yang jarang disadari. Namun demikian, Allah SWT
membuka peluang seluas-luasnya kepada hamba-Nya untuk bertobat memperbaiki
kesalahan yang diperbuatnya, lalu menambah amal saleh sebagai bekal menghadap
Allah SWT.
2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.
Introspeksi dan istighfar atas kesalahan yang
diperbuat penting dilakukan oleh setiap muslim. Telah jadi ketetapan Allah SWT
bahwa waktu yang telah terlewat tidak mungkin akan kembali lagi, sementara
seiring berjalannya waktu tersebut usia bertambah tua mendekat ke akhir masa
kehidupan (kematian akan datang sewaktu-waktu), karena itu amal saleh lah yang paling bermanfaat bila kematian
datang menjelang.
3. Mengenang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan
Muharam:
– Tanggal 10 Muharam Allah SWT mengabulkan
permohonan ampun dan tobatnya Nabi Adam as. Ampunan ini baru diberikan Allah
SWT setelah Nabi Adam as menunggu beratus-ratus tahun dengan memanjatkan doa
dan istighfar terus menerus tanpa henti, tanpa jemu, dan tanpa putus asa.
– Tanggal
10 Muharam Nabi Idris as dibawa ke langit sebagai tanda bahwa Allah SWT
menaikkan derajatnya.
– Tanggal
10 Muharam perahu Nabi Nuh as mendarat setelah diselamatkan Allah SWT dari
hantaman air bah. Perahu fenomenal ini hanya dinaiki 40 keluarga saja. Putra
Nabi Nuh pun ada yang tenggelam karena ingkar pada ajaran ayahnya dan menolak
ketika diajak ikut menaiki perahu agar selamat. 40 keluarga yang selamat itulah
cikal bakal seluruh umat penghuni dunia fana ini.
– Tanggal
10 Muharam Nabi Ibrahim as diselamatkan Malaikat Jibril saat dibakar oleh Raja
Namrud dan para pengikutnya.
– Tanggal 10 Muharam Nabi Musa as bersama Bani
Israil meraih kemenangan atas pertempurannya dengan Fir’aun dan bala tentaranya
berkat mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa as, yaitu dengan
tongkatnya bisa membelah Laut Merah menjadi jalan yang bisa dilalui untuk
menyelamatkan diri. Hari kemenangan Nabi Musa as ini kemudian oleh kaum Bani
Israil diperingati sebagai Hari Asyura’ dan dirayakan dengan menunaikan puasa.
– Tanggal
10 Muharam Nabi Daud as diterima tobatnya oleh Allah SWT. Diriwayatkan Nabi
Daud as meski sudah memiliki 99 istri tapi suatu hari dia keblinger hendak merebut istri orang lain. Datang malaikat yang
menyamar dalam wujud manusia biasa dan menyindir Nabi Daud agar sadar dan
segera bertobat.
– Tanggal
10 Muharam Nabi Sulaiman as dipulihkan kerajaannya. Sebagai bentuk syukurnya
maka pada tanggal 10 Muharam Nabi Sulaiman berpuasa.
– Tanggal
10 Muharam Nabi Yunus as dikeluarkan Allah SWT dari dalam perut ikan Nun/Khuut
(paus) setelah berada dalam perut ikan selama 40 hari.
– Tanggal
10 Muharam Nabi Isa as dibawa naik ke langit untuk diselamatkan dari rencana
penyaliban yang akan dilakukan oleh kaum Bani Israil yang kejam, dan digantikan
dengan Yahuza. Jadi, yang disalib sebenarnya bukanlah Isa as melainkan Yahuza,
salah seorang murid (pengikunya).
– Tanggal
10 Muharam Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah (perpindahan) dari kota Mekah ke
kota Madinah. Sesampainya di Madinah Nabi melihat orang-orang Yahudi sedang
melakukan puasa Asyura’. Nabi bertanya “hari apa ini sehingga kalian berpuasa?”
Orang-orang Yahudi menjawab, “ini adalah hari baik, pada hari ini Allah
selamatkan Musa dan umatnya serta meneggelamkan Fir’aun dan pengikutnya. Karenanya,
Musa as berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami juga berpuasa. Nabi
SAW pun bersabda “Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada
kalian (kaum Yahudi).” Untuk menghormati Musa as, Rasulullah Muhammad SAW pun
berpuasa pada hari itu dan menganjurkan agar para sahabat untuk berpuasa pada 10
Muharam. Akan tetapi, agar berbeda dengan puasa yang dilakukan orang Yahudi,
Rasulullah menganjurkan agar umatnya melakukan puasa tanggal 9 dan 10 Muharam. Peristiwa hijrah
sebaiknya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita.
Betapa berat perjuangan Rasulullah SAW menegakkan agam Allah SWT, sampai-sampai
dalam menyebarkan ajaran-Nya Muhammad SAW harus rela meninggalkan kota
kelahirannya Mekah demi berlangsungnya penyebaran siar Islam.
– Tanggal
10 Muharam 61H terjadi peristiwa terbunuhnya Husain (cucu Rasulullah SAW) oleh
Yazid bin Mu’awiyah di sebuah tempat bernama Karbala.
Terkait Hari Asyura, ada dua kelompok yang sesat:
– Pertama, kelompok Syiah. Mereka jadikan hari Asyura sebagai
hari berkabung dan bela sungkawa, mengenang kematian sahabat Husain. Mereka
lampiaskan kesedihan di hari itu dengan memukul-mukul dan melukai badan
sendiri.
– Kedua, rival
dari kelompok Syiah, merekalah An-Nashibah, kelompok ini sangat membenci ahli
bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah orang
Khawarij, dan kelompok menyimpang dari Bani Umayah, yang memberontak pada
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, memproklamirkan menjadi musuh Syi’ah Rafidhah.
Mereka memiliki prinsip mengambil sikap yang
bertolak belakang dengan Syi’ah.
Syaikhul
Islam Ibn Taimiyah mengatakan, dulu di Kufah terdapat kelompok Syiah, ya mengkultuskan Husain. Pemimpin mereka adalah Al-Mukhtar bin Ubaid Ats-Tsaqafi
Al-Kadzab (Sang pendusta). Ada juga kelompok An-Nashibah (penentang), yang
membenci Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Salah satu pemuka kelompok
An-nashibah adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Dan terdapat hadis yang
shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau
bersabda,
من وسع على
نفسه وأهله يوم عاشوراء وسع الله عليه سائر سنته
“Siapa yang
memberi kelonggaran kepada dirinya dan keluarganya pada hari Asyura, maka Allah
akan memberi kelonggaran rizki kepadanya sepanjang tahun.”
Hadits ini
diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar.
Hadis ini diperselisihkan keabsahannya oleh para ulama. Sebagian menilai hasan
li ghairih (berderajat hasan karena beberapa jalur sanad yang saling
menguatkan). Ini sebagaimana keterangan As-Sakhawi, di mana beliau menyatakan, “Sanad-sanad hadits ini, meskipun
semuanya dhaif, hanya saja jika semuanya digabungkan maka akan menjadi kuat.” (Al-Maqasidul
Hasanah, 225)
Keterangan
As-Sakhawi ini dikomentari Al-Albani sebagai kesalahpahaman. Al-Albani
mengatakan, “Ini adalah pendapat Sakhawi, dan saya tidak menganggapnya benar.
Karena syarat menguatkan hadits dengan menggunakan banyak jalur adalah tidak
adanya perawi yang matruk (ditinggalkan) atau perawi tertuduh. Sementara hal
itu tidak ada dalam hadits ini.” (Tamam Al-Minnah, 410)
Itulah
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tanggal 10 Muharam. Adapun faedah
berpuasa Asyura’ adalah dapat menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam
Abu Daud meriwayatkan dari Abu Qatadah ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda; ”Puasa di hari Asyura sungguh saya mengharap kepada Allah Swt bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu.” (HR. Abu Daud)
Pusa Muharam juga akan mendapat pahala 10 ribu Malaikat, 10 ribu orang berhaji dan berumrah, serta 10 ribu orang mati syahid bagi yang melaksanakannya.
Begitu besar paedah dan hikmah yang terkandung pada puasa Muharam. bahkan sebagian ulama salaf menganggap puasa Asyura hukumnya wajib. Namun, berdasarkan hadits Aisyah, kalaupun puasa ini dihukumi wajib, maka kewajibannya telah dihapus dan menjadi ibadah yang sunnah.
Adapun pelaksanaan puasa Muharam adalah tanggal 9 dan 10 Muharam. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Ibnu Abbas. Rasulullah Saw bersabda, ”Jika saya masih ada tahun depan, saya akan berpuasa pada tanggal sembilannya (bersama tanggal sepuluh).”
Dan dari Ibnu Abbas juga, Rasulullah Saw bersabda, ”Pusalah kalian pada tanggal sembilan dan sepuluh, bedakanlah dari orang-orang Yahudi.” (HR. Muslim)
Jadi, sebenarnya selain umat Islam, orang-orang Yahudi juga melaksannakan puasa Muharam ini pada tanggal 10. Mereka juga mengenang kehebatan para nabi terdahulu sebelum Islam datang, bahkan ada tanya jawab juga antara seorang Yahudi dengan Rasulullah Saw mengenai puasa yang mereka kerjakan.
Pusa Muharam juga akan mendapat pahala 10 ribu Malaikat, 10 ribu orang berhaji dan berumrah, serta 10 ribu orang mati syahid bagi yang melaksanakannya.
Begitu besar paedah dan hikmah yang terkandung pada puasa Muharam. bahkan sebagian ulama salaf menganggap puasa Asyura hukumnya wajib. Namun, berdasarkan hadits Aisyah, kalaupun puasa ini dihukumi wajib, maka kewajibannya telah dihapus dan menjadi ibadah yang sunnah.
Adapun pelaksanaan puasa Muharam adalah tanggal 9 dan 10 Muharam. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Ibnu Abbas. Rasulullah Saw bersabda, ”Jika saya masih ada tahun depan, saya akan berpuasa pada tanggal sembilannya (bersama tanggal sepuluh).”
Dan dari Ibnu Abbas juga, Rasulullah Saw bersabda, ”Pusalah kalian pada tanggal sembilan dan sepuluh, bedakanlah dari orang-orang Yahudi.” (HR. Muslim)
Jadi, sebenarnya selain umat Islam, orang-orang Yahudi juga melaksannakan puasa Muharam ini pada tanggal 10. Mereka juga mengenang kehebatan para nabi terdahulu sebelum Islam datang, bahkan ada tanya jawab juga antara seorang Yahudi dengan Rasulullah Saw mengenai puasa yang mereka kerjakan.
Doa pada hari Asyura’
Mari
manfaatkan momen hari Asyura’, hari yang penuh keutamaan dan kemuliaan dengan
memanjatkan doa:
حَسْبُنَااللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
سُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَالْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَاوَزِنَةَالْعَرْشِ
لاَمَلْجَأَ وَلاَمَنْجَأَ مِنَ اللَّهِ اِلاَّ اِلَيْهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَالشَّفْعِ وَالْوِتْرِ
وَعَدَدَكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَانَسْأَلُكَ السَّلاَمَةَبِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَاِلاَّبِاللَّهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ
وَهُوَحَسْبُنَ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
”Hasbunallahu
wani’mal wakiilu ni’mal maulaa wani’man nashiiru. Subhanallahi mil-al miizaani
wa muntahal ’ilmi wa mablaghar ridhaa wazinatal ’arsyi. Laa malja-a walaa
manja-a minallahi illa ilaihi subhaanallahi ’adadasy syaf’ir wal witri. Wa ’adada
kalimaatillahittaammaati kulliha nas-alukas salaamata birahmatika yaa arhamar
raahimina. Walaa haula walaa quwwata illa billahil ’aliyyil 'azhiimi. Wa huwa
hasbuna wa ni’mal wakiilu ni’mal maulaa wa ni’man nashiiru. Wa shallalahu ’alaa
sayyidina muhammadin wa ’alaa aalihi washahbihii wasallam”
Artinya:
”Cukuplah
Allah menjadi sandaran kami, dan Dia sebaik-baik Pelindung, sebaik-baik
Kekasih, dan sebaik-baik Penolong. Maha Suci Allah sepenuh timbangan,
sesempurna ilmu, sepenuh keridhaan dan timbangan ’arsy. Tidak ada tempat
berlindung dan menyelamatkan diri dari Allah, kecuali hanya kepada-Nya. Maha
Suci Allah sebanyak bilangan genap dan ganjil, dan sebanyak kalimat Allah yang
sempurna, kami memohon keselamatan dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Paling
Penyayang diantara semua yang penyayang. Dan tiada daya upaya dan kekuatan,
kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan Dialah
yang mencukupi kami, sebaik-baik Pelindung, sebaik-baik kekasih, dan
sebaik-baik Penolong. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurah kepada
junjungan kami Nabi Muhammad, teriring keluarga dan sahabat beliau.”
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.