Selasa, 15 Januari 2013

1000 Fenomena edisi 6


Dalam posting di bawah judul “jangan pernah berhenti” saya kisahkan perihal Ludwig Van Beethoven, komposer terkenal dengan lagu-lagu klasiknya. Stevie Wonder, komposer tunanetra yang menelurkan banyak lagu hits dan ngetop seantero jagad hiburan. Habibie Afsyah, penyandang penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker, yang merusak syaraf motorik di otak kecilnya sehingga membuat massa tubuhnya tidak bisa tumbuh sempurna, dan sebagian anggota badannya tidak bisa digerakkan. Tapi, siapa menyana dengan kekurangan yang ada dalam dirinya, mencuat sebuah kelebihan yang tentu saja itu berkat kekuasaan Alloh SWT, yang Maha Kuasa atas tiap sesuatu. Habibie Afsyah ngetop sebagai pakar internet marketing. Dari website yang dikelolanya sebagai affiliate Amazon.com dan AdSense.com dia berhasil meraup komisi ribuan dollar perbulan.
Juga, Ferrasta Subardi alias Pepeng. Penyandang penyakit langka Multiple Sclerosis ini begitu gigih berjuang dalam keterbatasan gerak fisiknya, namun bisa menyelesaikan studi S-2 di Program Pasca Sarjana Psikologi UI jurusan Psikolgi Intervensi Sosial dengan predikat Summa Cumlaude. Dalam keterbatasan gerak Pepeng punya hasrat menggebu untuk menyelesaikan S-3, tapi belum ada institusi yang menyelenggarakan perkuliahan jarak jauh selain UT, kudu hadir. Tapi, akhirnya Pepeng dapatkan kesempatan menempuh studi S-3 atas beasiswa.
Di pengujung tahun lalu, PPPA Daarul Qur’an kedatangan tujuh Syeikh, yaitu Syeikh Ammar Haitsam Bugis (Saudi), Syeikh Ahmad Assyahari, Syeikh Ali Sinan, Syeikh Abdullah As Sajarah, Syeikh Ghamdan Syuroh, Syeikh Miftah Al Wasobi, Syeikh Muhammad Al Hasyidi, dan Syeikh Ahmad Al Kannas.
Di antara Syeikh tersebut, yang paling menggetarkan kalbu akan Kebesaran Alloh SWT adalah profil Syeikh Ammar Haitsam Bugis. Embel-embel Bugis di belakang namanya diambil dari nama kakek buyutnya Syeikh Abdul Muthalib Bugis yang berasal dari Sulawesi yang hijrah ke Mekkah dan mengajar Tafsir di Masjidil Haram.
Syeikh Ammar lahir di Amerika Serikat, 22 Oktober 1986. Syeikh Ammar menderita lumpuh sejak berusia 2 bulan. Hanya mata dan mulutnya saja yang bisa digerakkan, walau nada bicaranya kurang jelas tapi tak mengurangi terjalinnya komunikasi dengan berbagai pihak.
Syeikh Ammar sempat mengecap pendidikan di sekolah formal ketika di AS, namun ketika ayahnya kembali ke Jeddah setelah menyelesaikan studinya, Syeikh Ammar mengalami penolakan dari sekolah di Jeddah. Akhirnya Syeikh Ammar menempuh pendidikan Homeschooling, dengan menghafal Al-Qur’an sejak usia 11 tahun dan selesai 30 juz pada usia 13 tahun. Lalu Syeikh Ammar menempuh pendidikan di jurusan jurnalistik King Abdul Aziz University. Menjadi wartawan olahraga Harian Al Madina yang terbit di Jeddah, dan kolumnis Harian Ukaz terbitan Riyadh.
Syeikh Ammar menjadi dosen di Universitas Dubai sambil menyelesaikan pendidikan S-2 yang difasilitasi bea siswa Pangeran Uni Emirat Arab, Hamdan bin Muhammad bin Rasyid Al Makmur Al Fazza. Syeikh Ammar punya kakak lelaki Hasan Bugis yang jadi pilot di Saudi Airline. Sedang adik perempuannya juga lumpuh seperti Syeikh Ammar, tapi mampu menyelesaikan pendidikan di Kedokter sehingga bisa menjadi seorang dokter.   
Yang membuat kalbu bergetar, di hadapan ribuan jamaah yang hadir pada Selasa, 25 Desember 2012, Syeikh Ammar mohon jamah berkenan mendoakannya agar diberi kesempatan oleh Alloh SWT bisa menggerakkan tubuhnya barang 10 detik saja, tak lain untuk dimanfaatkannya bersujud kepada Alloh dan membuka sendiri mushaf Al Qur’an yang belum pernah dilakukannya sendiri.  
Permintaan Syeikh Ammar ini tak pelak membuat ratusan jamaah menangis terharu, termasuk ustadz Yusuf Mansyur yang berada di sebelahnya menitikkan air mata haru. Dalam keterbatasan gerak tubuh, meski hanya mata dan mulut yang bisa digerakkan, siapa sangka Syeikh Ammar mampu menghasilkan karya fenomenal berupa kisah perjuangan hidupnya menjadi buku berjudul Qohir Al Mustahil (Penakluk Kemustahilan).
Dalam taushiyahnya Ustadz Yusuf Mansyur menegaskan, fenomena Syeikh Ammar Bugis menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Alloh SWT. ”Namun pikiran dan perasaan kita yang suka memustahilkan diri kita. Akhirnya itu jadi doa buat kita sendiri,” katanya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Alloh SWT menyatakan bahwa “Aku ini sebagaimana persangkaan hamba-Ku.” Artinya, Alloh akan “menuruti” persangkaan pikiran dan perasaan manusia akan takdirnya sendiri. Ustadz Yusuf Mansyur memberi contoh, banyak orang merasa mustahil bisa naik haji karena kondisinya miskin atau banyak utang. Akibatnya, ya mustahil beneran. Padahal, dengan bersandar pada Alloh Yang Maha Kuasa, kemiskinan dan utang bukan hambatan untuk ke Tanah Suci.
Kata, Baca
Dengan ”kata” Alloh SWT menciptakan dunia dan seisinya ini. Kun kata Alloh, maka jadilah ia. Firman-firman Alloh yang absolut, mutlak benar, bukan asumsi apalagi spekulasi, tidak ada keraguan atasnya, itu semua adalah kata. Lalu para hamba-Nya dianjurkan membaca (iqraa’) untuk menyelami kedalaman makna yang tersembunyi agar mengerti esensi penciptaan dirinya. Keterbatasan orang-orang yang disebut di awal tulisan ini, semua bermula dari kata. Alloh berfirman untuk menakdirkan mereka jadi terbatas, untuk “dibaca” orang lain sehingga menjadikan mata hatinya terbelalak sesungguhnya bila Alloh Maha Berkehendak, apa yang Dia inginkan terjadi maka terjadilah.
    Semua keterbatasan yang dialami nama-nama yang disebut di awal tulisan ini adalah ”kata-kata” yang patut kita ”baca” agar kita menyadari bahwa sesungguhnya Alloh Maha Berkehendak menjadikan seseorang terbatas, tapi juga sekaligus menjadikannya memiliki kelebihan yang tak sesiapapun menyana dan menyangka. Subhanallah. Maha Besar Alloh dengan segala firman-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.