Mengapa
mengisi acara pergantian tahun harus ada ritual doa? Untuk memberi nilai lebih
pada kegiatan menyambut kedatangan tahun baru ke hal yang lebih positif dan
penuh manfaat dibanding hura-hura yang tak berguna apalagi disemarakkan dengan
pesta miras dan narkoba.
Doa
atau lebih afdol lagi mewiridkan zikir, tentu lebih bermanfaat bagi diri
sendiri apalagi orang-orang sekitar lingkungan. “Orang yang berzikir seperti
orang yang hidup. Sedangkan, yang tidak pernah berzikir seperti orang mati.”
Itulah perumpamaan yang disampaikan Rasulullah SAW buat orang yang berzikir,
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari.
Orang
yang berzikir bagaikan ikan di laut, seumur hidupnya di air asin tapi tidak
berubah menjadi asin. Ikan yang sudah mati, beberapa jam saja ditaruh di air
garam, rasanya akan menjadi asin. Dengan analogi ini, orang yang lisannya
senantiasa melantunkan kalimah tauhid dan dalam kalbunya selalu tersambung pada
“tali” Allah, niscaya tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk.
Sebaliknya, orang yang lisannya tak biasa melantunkan asma-asma Allah dan
hatinya renggang jauh dari sandaran pada Rabb-nya, bila mendapat godaan dari
lingkungannya dalam sekejap bisa terjerumus pada perbuatan dosa.
Jadi,
efek zikir luar biasa bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Orang yang biasa berzikir akan merasakan dampak positif. Pikiran terasa tenang,
hati tenteram, gerak-gerik langkah dan perbuatan terkontrol tidak grusa-grusu. Semua itu tak lain karena apa yang dilakukan senantiasa
dalam tuntunan dan lindungan Allah. Seseorang yang perilakunya baik tentu akan
membuat orang lain tenang dan terbawa suasana kebaikan. Jadi, seseorang yang
sikap, perbuatan dan perkataannya tidak menyimpang dari ajaran Al-Quran dan
Hadits memberi pengaruh positif bagi orang lain di sekitarnya (lingkungannya).
Lain
halnya orang yang tak biasa berzikir. Hatinya akan selalu diliputi perasaan
galau, resah gelisah, pikiran tidak tenang. Dengan begitu sikapnya akan
menyimpang dari tata aturan (etika) kehidupan, dan akan melanggar rambu-rambu
petunjuk dan larangan Allah seperti yang
telah termaktub dalam Kitab-Nya.
Melakukan
zikir tidak asal lisan melantunkan asma-asma Allah, tapi harus diresapkan ke
dalam hati sanubari. Karena itu, perlu menguasai ilmunya. Benar-benar memahami
ajaran agama Islam terutama ilmu tauhid (ketuhanan). Sehingga dalam berzikir,
akan merasakan nikmatnya ketika bibir melantunkan asma-asma Allah, hati ikut
bergetar, pikiran menjadi tenang dan sejuk. Lebih-lebih bila saat berzikir itu
sampai meneteskan air mata karena betul-betul memahami arti asma-asma Allah
yang berjumlah 99 itu. Apalagi bila disertai membayangkan semua kesalahan dan
dosa yang pernah diperbuat selama kurun waktu satu tahun yang lewat.
Sehingga
zikir yang dilakukan di penghujung malam pergantian tahun akan menjadi energi
untuk melakukan perubahan dibidang iman, zikir hendaknya berimbas pada
kesalihan spiritual dan sosial pada tahun yang akan dimasuki (tahun baru). Zikir
yang membawa efek positif bagi perubahan diri dan lingkungan ini, tak ubahnya
bagai letupan mercon yang mengeluarkan pendar cahaya kembang api yang beraneka
warna. Memberi keriangan dan keceriaan bagi orang yang melihatnya. Demikian pula
dengan zikir yang dilakukan, apalagi kalau secara berjamaah, irama suara yang
membahana bergetar membuat kalbu ‘meletupkan energi’ untuk berubah dan lahirlah
cahaya iman yang kian berseri terpancar di wajah. Memberi ketenangan dan
kemantapan hati untuk menapaki kehidupan di tahun baru nantinya.
Orang
yang melakukan zikir di penghujung malam pergantian tahun, dengan penuh kekhusyukan
dan meresap ke dalam kalbunya. Bila itu memberi efek berupa terjadinya
perubahan pada sikap, perbuatan dan perkataannya menjadi lebih terjaga sesuai
dengan ajaran Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW, maka mustahil bila dia masih akan
melakukan tindakan-tindakan yang zalim, manipulatif, koruptif, dan perbuatan
tercela lainnya. Karena dia sadar bahwa Allah melihat dan mengawasinya. Artinya,
zikir yang dilakukan harus memicu rasa takut, menambah keimanan dan kecintaan serta
ketakwaan kepada Allah.
Zikir
merupakan amalan satu-satunya yang diperintahkan Allah untuk diperbanyak. “Hai orang-orang
yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41).
Syekh
Muhammad Shalih al-Munjid dalam artikelnya berjudul “Adab Dzikrillah”
mengatakan, bila keimanan seseorang diumpamakan sebuah pohon, akidah adalah
akar yang bercokol kuat, amal saleh diibaratkan ranting pohon, dan budi pekerti
mulia adalah buahnya. Maka, zikir adalah air jernih yang senantiasa mengaliri
dan membasahi tanaman itu.
Ini seperti riwayat dari ad-Dailami, yaitu membaca Al-Quran
dan berzikir akan menumbuhkan keimanan di kalbu, laksana air yang menghidupi
pohon. Karenanya, zikir jangan hanya dijadikan pengisi acara menyambut tahun
baru, tapi hendaknya jadi kebiasaan dalam keseharian sepanjang hidup di tahun
yang baru, bahkan selamanya sampai akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.