Minggu, 27 Januari 2013

Umbi Dahlia jadi alternatif pengganti gula diabetes

Umbi Dahlia sebagai pengganti gula diabetes
foto: ANTARA (net)
.....Fruktosa umbi dahlia ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti gula dan aman dikonsumsi bagi penderita diabetes mellitus," 
kata Djumali Mangunwidjaya.....

Bogor (ANTARA Jambi) - Para peneliti di Institut Pertanian Bogor dalam risetnya menemukan teknologi biokonversi Umbi Dahlia menjadi gula fruktosa dan frukto-oligosakarida (FOS) yang dapat menjadi pengganti gula bagi penderita penyakit diabetes mellitus (DM).
Kepala Humas IPB Ir Henny Windarti MS.i, dalam penjelasannya kepada ANTARA di Bogor, Minggu, mengemukakan, peneliti tersebut adalah Prof Djumali Mangunwidjaya, Dr Mulyorini Rahayuningsih serta Drs Purwoko, M.Sc, dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta).
"Penderita  diabetes mellitus atau kecing manis, selama ini memakai gula pengganti dari jagung, dengan temuan ini mereka bisa mengkonsumsi gula dari umbi dahlia," kata Djumali Mangunwidjaya.
Bila inulin dahlia dipecah secara hidrolisis sempurna dengan enzim inulinase, akan dihasilkan fruktosa. "Fruktosa umbi dahlia ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti gula dan aman dikonsumsi bagi penderita diabetes mellitus," katanya.
Inulin adalah polisakarida yang tersusun atas satuan-satuan (monomer)  fruktosa.
Menurut dia, bila inulin diurai secara hidrolisis parsial (sebagian) dengan enzim inulinase tertentu akan diperoleh FOS  yang harga jualnya jauh lebih mahal dari inulin maupun fruktosa.
Djumali menjelaskan, penelitian yang dilakukan sejak tahun 1991 hingga sekarang ini terinspirasi kala ia sedang menyelesaikan  studi S2 dan S3 di Institut National Polytechnique de Lorraine dan Universitas Nancy I, Prancis.
"Di Eropa saya melihat umbi chicory (Chicoryum intybus) dan Jerusalem artichoke (Helianthus tuberosus) dibudidayakan dalam skala besar-besaran dan menjadi bahan baku  pembuatan FOS. Chicory adalah  tanaman sayuran yang berara manis.  Bila kita memakannya maka kita harus mengupasnya selapis demi selapis. Chicory dan artichoke hanya bisa  tumbuh di daerah  beriklim sedang atau subtropis," katanya.
Saat di Indonesia, berdasarkan riset pustaka, Djumali menggali informasi bahwa tanaman dahlia  mempunyai kesamaan dengan chicory  dalam hal menghasilkan umbi dan rasanya manis.
Berdasarkan informasi awal itu selanjutnya dilakukan penelitian mengenai ekstraksi inulin. Tanaman  tropis yang juga ditengarai mengandung inulin adalah pandan, pisang, bawang merah, bawang putih, dan asparagus.
Namun, kata dia, diduga kandungannya lebih rendah dibanding umbi dahlia.

Teknologi konversi
Dari situlah Djumali bersama rekannya  tersebut  mulai  melakukan penelitian tentang dahlia dan mengembangkan teknologi untuk mengkonversi (mengubah) inulin umbi dahlia menjadi gula fruktosa dan FOS.
Dengan melihat potensi umbi dahlia  sebagai bahan baku pembuatan fruktosa dan FOS ini, Djumali dan tim telah membuat teknologi biokonversinya.
"Teknologi biokonversi yang dikembangkan ini dapat memproduksi fruktosa dan FOS sekaligus. Prosesnya ramah lingkungan, hemat energi dan berkinerja tinggi. Teknologi ini mampu mengkonversi secara sempurna (97 persen) inulin menjadi fruktosa  dan FOS," katanya mengungkapkan.
Menurut dia, yang terpenting dari penelitian itu, teknologi ini bisa diintegrasikan dengan  industri bunga potong dahlia dan dapat dikembangkan di wilayah perdesaan, sehingga mampu meningkatkan pendapatan para petani.
Secara teknis, ia menjelaskan bahwa untuk memperoleh inulin caranya cukup sederhana.
"Pertama-tama umbi dahlia kita kupas, kemudian diiris kecil-kecil, lalu  dijemur. Setelah itu irisan kering umbi dahlia dibuat tepung dan  dilarutkan dalam air hangat, dan diendapkan," katanya.
Umbi dahlia tidak bisa larut dalam air dingin, oleh karenanya harus memakai air hangat. "Selanjutnya kita endapkan dengan alkohol  dan dipisahkan. Endapan ini dikeringkan, maka diperolehlah  inulin. Umbi dahlia kering mengandung  51,5 - 82 persen inulin," katanya.
Inulin, khususnya FOS, meningkatkan kualitas pangan, seperti susu instan, yoghurt, es krim, dan biskuit  bayi.
Inulin dan FOS di dalam kolon (usus besar) akan difermentasi  menjadi asam lemak rantai pendek dan mikroflora yang menghasilkan asam laktat.
Asam laktat menghambat pertumbuhan bakteri merugikan, mencegah konstipasi (sembelit), dan meningkatkan penyerapan kalsium  untuk mencegah osteoporosis.
Ditambahkan bahwa inulin dan FOS seringkali dijadikan pangan  fungsional (prebiotik) dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. | Editor: Edy Supriyadi |
Antara.news.com | Jambi | Minggu, 27 Januari 2013 |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.