Kita mengenal guru sebagai orang yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Mulai dari mengenal huruf, hingga kita terampil merangkai kata dan berlogika.
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd. |
Tetapi di luar tugasnya mengajar, guru juga punya misi mulia yakni mendidik dan menyiapkan generasi muda Indonesia menjadi generasi yang cerdas dan berkepribadian. Bagi Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Bedjo Sujanto, inilah esensi dari menjadi guru.
“Guru tidak cukup hanya pandai,
tapi juga berkepribadian sesuai nilai-nilai Indonesia,” kata Bedjo.
Sayangnya, dunia pendidikan
Indonesia belum sepenuhnya disokong tenaga pendidik yang mumpuni. Penyebabnya,
belum terciptanya iklim akademis di antara para guru. Dan kultur inilah yang
harus dibangun di tataran guru Indonesia.
Sebab, guru sangatlah bersifat
akademis. Guru, kata Bedjo, adalah manusia pembelajar. Dengan kata lain, guru
tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar dan mengembangkan diri.
“Guru senantiasa mengembangkan
dirinya, menambah ilmu, menambah keterampilan dan pengalaman dari waktu ke waktu,”
imbuh Bedjo.
Pria yang mengajar sejak 1971
ini meyakini, meski sempat turun pamor, profesi guru masih sangat menjanjikan
dan cukup populer di kalangan anak muda. Menurutnya, orang-orang yang sanggup
mengembangkan dirinyalah yang paling tepat menjadi guru. Selain itu, di mata
Bedjo, guru seharusnya tidak pernah berhenti belajar karena dia punya kesempatan
belajar yang sangat luas.
“Kalau guru tidak belajar, maka
dia akan ketinggalan dari murid-muridnya,” tutur Bedjo.
Ayah tiga anak itu meyakini,
profesi guru masih akan populer di kalangan anak muda. Bahkan, Bedjo bercerita,
dulu guru merupakan profesi yang sangat populer. Tetapi popularitasnya sempat
turun seiring kian berkembangnya banyak
profesi lain. Kebanggaan menjadi guru pun lambat laun memudar; apalagi jika
mengingat kecilnya gaji dan minimnya kesejahteraan.
Sekarang, profesi guru mulai
dilirik lagi oleh anak muda. Salah satu faktor pendorongnya adalah janji
pemerintah untuk memberikan tunjangan sertifikasi guru untuk guru negeri maupun
swasta. Bedjo mengilustrasikan, ada lebih dari 35 ribu pemilih UNJ pada SNMPTN
dan SBMPTN lalu. Padahal, yang diterima hanya 5.500 orang, 4.000 orang di
antaranya adalah para mahasiswa calon guru.
“Ke depan, profesi ini masih
menjanjikan. Layak mungkin tidak, tapi cukup,” ujarnya.
Malang melintang di dunia
pendidikan Tanah Air membuat Prof. Bedjo Sujanto memiliki pandangan yang luas
tentang pendidikan Indonesia.
| Okezone | Jumat, 22-11-2013 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.