Ada hal yang mungkin jadi misteri
yang seolah tak butuh dipecahkan. Ini menyangkut perempuan dan lelaki. Dua kaum
yang ditahbiskan untuk hidup berpasang-pasangan dengan membawa karakternya
masing-masing untuk dicocok-padupadankan. Di mana kelebihan yang ada pada satu
pihak dibutuhkan untuk menutupi kekurangan pihak lainnya, sehingga mendekati
kesempurnaan.
Penahbisan untuk hidup berpasang-pasangan
itu memang sudah digariskan sebagai Sunnatullah. Hal itu sebagaimana telah difirmankan
Alloh Subhanahuwata’ala dalam kitab suci Al-Quranul Kariim. Ada beberapa Surah dalam
Al-Quran yang menerangkan bahwa Alloh menciptakan semua hal berpasang-pasangan.
Seperti, Surah Adz-Dzaariyaat
(Angin yang Menerbangkan) : 49. “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat akan kebesaran Alloh.” Pada Surah Yaasiin : 36,
disebutkan “Maha suci Alloh yang telah menciptakan berpasang-pasangan semuanya,
baik dari yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui." Serta Surah An-Naba’ : 8, “Dan Kami jadikan kamu
berpasang-pasangan.”
Awal mula Alloh Subhanahuwata’ala
hanya menciptakan manusia Adam alaihissalam. Dalam menjalani kehidupannya
sehari-hari, Adam alaihissalam kemudian dihadapkan pada persoalan rasa sepi
yang merundungnya. Lalu Adam alaihissalam memohon kepada Alloh
Subhanahuwata’ala untuk diberi pendamping hidup agar tidak lagi kesepian.
Alloh Subhanahuwata’ala lalu
menciptakan Siti Hawa, manusia berjenis perempuan, dari satu ruas tulang rusuk Adam
alaihissalam. Keduanya lalu hidup berdampingan di dalam Surga setelah melakukan
pernikahan. Keduanya dianugerahi nafsu dan syahwat. Perasaan inilah yang
menjadikan keduanya memiliki rasa cinta dan kasih sayang, jadi pembuka hasrat
melakukan hubungan biologis sehingga terciptalah manusia-manusia lainnya
sebagai anak cucu (keturunan) mereka.
Di samping nafsu, manusia juga
dianugerahi akal. Akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya
seperti hewan. Untuk membentuk ikatan dalam berpasang-pasangan, manusia harus
mengikuti aturan khusus, yaitu melalui pernikahan yang sah sesuai syari’at agama
Islam bagi yang muslim, sebagaimana yang telah diperbuat Adam alaihissalam dan
Siti Hawa. Dan/atau menurut tata cara agama lain bagi pemeluknya.
Persekongkolan Nafsu dan Akal
Pada kenyataannya, antara
perempuan dan lelaki terdapat perbedaan mendasar dalam hal porsi nafsu dan
akal. Di mana perempuan memiliki nafsu lebih besar daripada akalnya, sedang
lelaki kebalikannya. Sehingga perempuan sering lebih mengedepankan nafsu
dibanding akal, sementara lelaki lebih mengedepankan akal daripada nafsu.
Karena itu, dalam memutuskan sesuatu, perempuan sering terburu nafsu. Sedangkan
lelaki penuh pertimbangan sehingga terkesan ragu-ragu.
Sahdan perbandingan antara nafsu
dan akal yang dimiliki perempuan adalah 9:1. Pengertiannya, nafsunya 9 dan
akalnya hanya 1. Sebaliknya lelaki, akalnya yang 9 dan nafsunya hanya 1.
Faktanya, perempuan bila ada maunya langsung dipenuhi tanpa berpikir panjang.
Itulah sebab kebanyakan kaum perempuan memiliki sifat konsumtif. Apa yang
dinilai bagus terlepas penting tidak peruntukannya pkoknya dibeli. Sehingga,
dalam hal koleksi busana kaum perempuan mengalahkan lelaki.
Lalu, apa yang terjadi dengan
lelaki yang memiliki 9 akal dan 1 nafsu? Dalam hal belanja bisa jadi lelaki tak
asal beli melainkan penuh pertimbangan barang itu penting atau tidak. Bukan tak
punya hasrat untuk membelinya tapi dilihat dari segi manfaatnya terlebih
dahulu. Sehingga dalam hal penampilan acapkali lelaki terkesan kurang modis.
Dan kepemilikian koleksi busanapun kalah jauh dibanding perempuan. Walaupun ada
sih lelaki yang terlihat perlente dan dandy.
Dengan nafsu yang 9 itu, kira-kira
bagaimana cara kaum perempuan memuaskannya. Di era kesetaraan gender
kini, banyak kaum perempuan tak hanya jadi ibu rumah tangga tapi memiliki
pekerjaan dan karir yang baik bahkan jabatan yang hebat, atau menjalankan
bisnis sebagai pengusaha. Sehingga kebutuhan keuangannya bisa terpenuhi melalui
gaji atau hasil berusaha. Karena itu, tak aneh kiranya kalau ada perempuan yang
justru berpenghasilan lebih besar dibanding lelaki.
Akan halnya bagi ibu rumah tangga
yang hanya mengurus anak di rumah, ternyata bisa juga memenuhi keinginan
belanjanya dari uang gaji suaminya. Kalaupun sekadar mengandalkan gaji dirasa
tidak cukup, maka dia bujuk suaminya untuk korupsi. Jadi, kalau ada pertanyaan
mengapa banyak koruptor di negeri ini, jawabnya karena terbujuk nafsu istrinya
di rumah, atau mungkin juga istri simpanan di rumah lainnya. Sehingga,
perbuatan korupsi adalah hasil persekongkolan jahat antara nafsu perempuan dan
akal lelaki yang sama-sama besar.
Lantas, akal lelaki yang 9, kira-kira
dimanfaatkan buat apa. Dengan mempunyai pekerjaan mapan bahkan jabatan
mentereng, memberi peluang kepada lelaki untuk melakukan apa saja demi nafsunya
yang hanya 1 itu. Mungkin cukup hanya dengan nafsu sebanyak itu tapi akal yang
besar, seorang lelaki bisa beristri lebih dari satu. Faktanya banyak lelaki
memiliki istri simpanan atau sekadar pacar yang bisa dikencani kapanpun. Lalu,
bagaimana agar tidak ketahuan istri sahnya. Di sinilah letak fungsi akal yang 9
tadi.
Dengan akal yang 9 itu justru berbagai
alasan bisa dikemukakan. Ini juga bisa dikatakan hasil konspirasi jelek antara akal
yang 9 dan nafsu yang Cuma 1. Dengan porsi akal yang besar menjadikan lelaki
bisa mengarang berbagai alasan. Intinya, bisa ”ngakali”. Semua hal
diakal-akali. Jabatan diperoleh karena hasil “ngakali”, proyek diakali agar
menghasilkan fee yang banyak, dana anggaran diakali agar bisa dikorupsi
sebahagiannya. Pokoknya apapun diakali agar mendatangkan keuntungan.
Menciptakan Keseimbangan
Tapi harap dicamkan, persekongkolan
jahat antara nafsu perempuan dan akal lelaki yang sama-sama besar. Juga nafsu
yang kecil tapi akal yang besar atau sebaliknya, hanya berlaku bagi perempuan
dan lelaki yang nakal. Tidak berlaku bagi perempuan dan lelaki baik-baik, perempuan
dan lelaki yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Alloh Subhanahuwata’ala, perempuan
dan lelaki yang menjunjung tinggi kesetiaan pada pasangan masing-masing dan memiliki
kasih sayang pada anak-anaknya, perempuan dan lelaki yang menciptakan
keteladanan bagi anak-anaknya.
Karena terdapat perbedaan mendasar
antara kepemilikan nafsu dan akal itulah, sehingga Alloh Subhanahuwata’ala
menciptakan perempuan dan lelaki agar hidup berdampingan, untuk menciptakan
keseimbangan di antara keduanya. Keseimbangan itu akan tercapai sejauh ada
ruang bagi kelenturan. Yaitu tidak ada pemaksaan dari salah satu pihak. Dengan
demikian tidak ada ruang bagi kekerasan yang acapkali menjadi pemicu tidak
tercapainya kesepakatan. Perempuan dan lelaki yang menciptakan keseimbangan
antara nafsu dan akal serta keseimbangan antara dunia dan akhirat, akan selamat
dari melakukan tindakan koruptif atau manipulatif. Sebab nafsu cenderung
menyesatkan. Sebagaimana Firman Alloh Subhanahuwata’ala berikut ini:
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي
بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا
مَكِينٌ أَمِينٌ
“Karena sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”. (QS. Yusuf : 54)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.