Rabu, 07 Januari 2015

Nafsu dan Akal

Ada hal yang mungkin jadi misteri yang seolah tak butuh dipecahkan. Ini menyangkut perempuan dan lelaki. Dua kaum yang ditahbiskan untuk hidup berpasang-pasangan dengan membawa karakternya masing-masing untuk dicocok-padupadankan. Di mana kelebihan yang ada pada satu pihak dibutuhkan untuk menutupi kekurangan pihak lainnya, sehingga mendekati kesempurnaan.  
Penahbisan untuk hidup berpasang-pasangan itu memang sudah digariskan sebagai Sunnatullah. Hal itu sebagaimana telah difirmankan Alloh Subhanahuwata’ala dalam kitab suci Al-Quranul Kariim. Ada beberapa Surah dalam Al-Quran yang menerangkan bahwa Alloh menciptakan semua hal berpasang-pasangan.
Seperti, Surah Adz-Dzaariyaat (Angin yang Menerbangkan) : 49. “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Alloh.” Pada Surah Yaasiin : 36, disebutkan “Maha suci Alloh yang telah menciptakan berpasang-pasangan semuanya, baik dari yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." Serta Surah An-Naba’ : 8, “Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan.”
Awal mula Alloh Subhanahuwata’ala hanya menciptakan manusia Adam alaihissalam. Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, Adam alaihissalam kemudian dihadapkan pada persoalan rasa sepi yang merundungnya. Lalu Adam alaihissalam memohon kepada Alloh Subhanahuwata’ala untuk diberi pendamping hidup agar tidak lagi kesepian.
Alloh Subhanahuwata’ala lalu menciptakan Siti Hawa, manusia berjenis perempuan, dari satu ruas tulang rusuk Adam alaihissalam. Keduanya lalu hidup berdampingan di dalam Surga setelah melakukan pernikahan. Keduanya dianugerahi nafsu dan syahwat. Perasaan inilah yang menjadikan keduanya memiliki rasa cinta dan kasih sayang, jadi pembuka hasrat melakukan hubungan biologis sehingga terciptalah manusia-manusia lainnya sebagai anak cucu (keturunan) mereka.
Di samping nafsu, manusia juga dianugerahi akal. Akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti hewan. Untuk membentuk ikatan dalam berpasang-pasangan, manusia harus mengikuti aturan khusus, yaitu melalui pernikahan yang sah sesuai syari’at agama Islam bagi yang muslim, sebagaimana yang telah diperbuat Adam alaihissalam dan Siti Hawa. Dan/atau menurut tata cara agama lain bagi pemeluknya.
Persekongkolan Nafsu dan Akal
Pada kenyataannya, antara perempuan dan lelaki terdapat perbedaan mendasar dalam hal porsi nafsu dan akal. Di mana perempuan memiliki nafsu lebih besar daripada akalnya, sedang lelaki kebalikannya. Sehingga perempuan sering lebih mengedepankan nafsu dibanding akal, sementara lelaki lebih mengedepankan akal daripada nafsu. Karena itu, dalam memutuskan sesuatu, perempuan sering terburu nafsu. Sedangkan lelaki penuh pertimbangan sehingga terkesan ragu-ragu.
Sahdan perbandingan antara nafsu dan akal yang dimiliki perempuan adalah 9:1. Pengertiannya, nafsunya 9 dan akalnya hanya 1. Sebaliknya lelaki, akalnya yang 9 dan nafsunya hanya 1. Faktanya, perempuan bila ada maunya langsung dipenuhi tanpa berpikir panjang. Itulah sebab kebanyakan kaum perempuan memiliki sifat konsumtif. Apa yang dinilai bagus terlepas penting tidak peruntukannya pkoknya dibeli. Sehingga, dalam hal koleksi busana kaum perempuan mengalahkan lelaki.
Lalu, apa yang terjadi dengan lelaki yang memiliki 9 akal dan 1 nafsu? Dalam hal belanja bisa jadi lelaki tak asal beli melainkan penuh pertimbangan barang itu penting atau tidak. Bukan tak punya hasrat untuk membelinya tapi dilihat dari segi manfaatnya terlebih dahulu. Sehingga dalam hal penampilan acapkali lelaki terkesan kurang modis. Dan kepemilikian koleksi busanapun kalah jauh dibanding perempuan. Walaupun ada sih lelaki yang terlihat perlente dan dandy.
Dengan nafsu yang 9 itu, kira-kira bagaimana cara kaum perempuan memuaskannya. Di era kesetaraan gender kini, banyak kaum perempuan tak hanya jadi ibu rumah tangga tapi memiliki pekerjaan dan karir yang baik bahkan jabatan yang hebat, atau menjalankan bisnis sebagai pengusaha. Sehingga kebutuhan keuangannya bisa terpenuhi melalui gaji atau hasil berusaha. Karena itu, tak aneh kiranya kalau ada perempuan yang justru berpenghasilan lebih besar dibanding lelaki.
Akan halnya bagi ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak di rumah, ternyata bisa juga memenuhi keinginan belanjanya dari uang gaji suaminya. Kalaupun sekadar mengandalkan gaji dirasa tidak cukup, maka dia bujuk suaminya untuk korupsi. Jadi, kalau ada pertanyaan mengapa banyak koruptor di negeri ini, jawabnya karena terbujuk nafsu istrinya di rumah, atau mungkin juga istri simpanan di rumah lainnya. Sehingga, perbuatan korupsi adalah hasil persekongkolan jahat antara nafsu perempuan dan akal lelaki yang sama-sama besar.
Lantas, akal lelaki yang 9, kira-kira dimanfaatkan buat apa. Dengan mempunyai pekerjaan mapan bahkan jabatan mentereng, memberi peluang kepada lelaki untuk melakukan apa saja demi nafsunya yang hanya 1 itu. Mungkin cukup hanya dengan nafsu sebanyak itu tapi akal yang besar, seorang lelaki bisa beristri lebih dari satu. Faktanya banyak lelaki memiliki istri simpanan atau sekadar pacar yang bisa dikencani kapanpun. Lalu, bagaimana agar tidak ketahuan istri sahnya. Di sinilah letak fungsi akal yang 9 tadi.
Dengan akal yang 9 itu justru berbagai alasan bisa dikemukakan. Ini juga bisa dikatakan hasil konspirasi jelek antara akal yang 9 dan nafsu yang Cuma 1. Dengan porsi akal yang besar menjadikan lelaki bisa mengarang berbagai alasan. Intinya, bisa ”ngakali”. Semua hal diakal-akali. Jabatan diperoleh karena hasil “ngakali”, proyek diakali agar menghasilkan fee yang banyak, dana anggaran diakali agar bisa dikorupsi sebahagiannya. Pokoknya apapun diakali agar mendatangkan keuntungan.
Menciptakan Keseimbangan
Tapi harap dicamkan, persekongkolan jahat antara nafsu perempuan dan akal lelaki yang sama-sama besar. Juga nafsu yang kecil tapi akal yang besar atau sebaliknya, hanya berlaku bagi perempuan dan lelaki yang nakal. Tidak berlaku bagi perempuan dan lelaki baik-baik, perempuan dan lelaki yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Alloh Subhanahuwata’ala, perempuan dan lelaki yang menjunjung tinggi kesetiaan pada pasangan masing-masing dan memiliki kasih sayang pada anak-anaknya, perempuan dan lelaki yang menciptakan keteladanan bagi anak-anaknya.
Karena terdapat perbedaan mendasar antara kepemilikan nafsu dan akal itulah, sehingga Alloh Subhanahuwata’ala menciptakan perempuan dan lelaki agar hidup berdampingan, untuk menciptakan keseimbangan di antara keduanya. Keseimbangan itu akan tercapai sejauh ada ruang bagi kelenturan. Yaitu tidak ada pemaksaan dari salah satu pihak. Dengan demikian tidak ada ruang bagi kekerasan yang acapkali menjadi pemicu tidak tercapainya kesepakatan. Perempuan dan lelaki yang menciptakan keseimbangan antara nafsu dan akal serta keseimbangan antara dunia dan akhirat, akan selamat dari melakukan tindakan koruptif atau manipulatif. Sebab nafsu cenderung menyesatkan. Sebagaimana Firman Alloh Subhanahuwata’ala berikut ini:
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ

“Karena sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”. (QS. Yusuf : 54)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.