Selasa, 13 Januari 2015

Rezeki Dipatok Ayam

Hari Sabtu (21/12/14) anakku ikut ujian teori untuk kepemilikan SIM, tes tertulis lulus namun prakteknya gagal. Disuruh kembali untuk mengulang lagi ujian praktek pada tanggal 24, namun berhubung tanggal 23 dia bersama ibunya akan berangkat ke Jogja untuk liburan semester, maka tanggal 22 kami kembali lagi ke Polresta untuk mengajukan dispensasi dengan dibantu teman. Ditolak, disuruh melewati dulu batas tanggal yang ditentukan.
Sepulang dari Jogja, baru tanggal 10 /1/15 kami rencanakan kembali ke Polresta. Saya sudah janjian dengan teman yang akan membantu untuk bertemu pada pukul 11.00. Tapi karena diserang kantuk yang amat berat, saya putuskan tidur dari pukul 07 pagi dengan maksud bangun sekira pukul 09 untuk mandi kemudian salat dhuha. Rupanya prediksi bisa bangun pada waktu tersebut tak terjadi, saya baru dibangunkan anakku saat ada telepon dari teman yang akan membantu, yakni tepat pukul 11.30.
Sial saya rasakan hari itu. Kesialan itu tak lain karena anakku tak membangunkan padahal sudah saya beritahu sebelumnya untuk kembali ke Polresta. Dan padahal juga, sebenarnya dia tahu kebiasaan saya mendawamkan salat dhuha. Gelo rasanya kenapa dia tidak membangunkan saya, dan kenapa pula saya alpa menyetel alarm hp untuk membangunkan pada pukul 08-an. Ternyata tidur saya benar-benar pulas dan akhirnya baru bangun pukul 11.30, dengan mandi secara kilat dan berganti pakaian lalu memacu motor ke arah Polresta. Sial, ternyata pelayanan sudah ditutup setengah hari kerja karena hari Sabtu (akhir pekan). Kembali saya cek hp ternyata pada pukul 11.09.21 ada SMS dari teman bertanya “Dmna pak”. Olala, rezeki dipatok ayam…
Tidak Baik Tidur di Pagi Hari   
Ada orangtua yang menganjurkan agar anak-anaknya ’cepat bangun dan bekerja agar rezeki tidak dipatok ayam’. Benarkah begitu? Karena, nasehat bijak ini seakan menjadi pemeo yang hidup turun temurun di kalangan masyarakat kebanyakan, apapun etnis atau ras dan budayanya.
Bila kita memperhatikan seksama perilaku kehidupan ayam. Hewan berkaki dua ini, yang jantan sejak pagi buta (waktu subuh) telah melengkingkan kokoknya untuk membangunkan sesamanya. Lalu mereka bertebaran mencari makan dengan mematok apa yang mereka ketemukan.
Dengan kokok ayam jantan itu, manusia bisa terjaga dari pulas tidurnya yang panjang semalaman. Lalu, bagi orang yang bersyukur atas nikmat dihidupkan kembali setelah dimatikan sementara oleh Alloh Azza Wajalla, dengan sukacita menyegerakan bangkit dari peraduan dan bergegas mengambil air wudlu kemudian ke masjid untuk salat Subuh berjamaah. Namun, bagi yang malas bangun meski kokok ayam sambung menyambung menggedor gendang telinganya, dia akan tetap saja enggan beranjak dari tempat tidur.
Yang tadi habis salat Subuh berjamaah di masjid, ada yang kembali tidur mungkin untuk sekadar menghangatkan badan atau melanjutkan mimpi semalam yang terputus karena terbangun oleh kokok ayam. Sesungguhnya, tidur kembali seusai salat Subuh inilah yang sebaiknya tidak dilakukan apalagi dilanggengkan. Sebab, bila tidur kembali setelah salat Subuh dikhawatirkan akan bangun kesiangan dan terlambat berangkat ke kantor bagi yang berprofesi pegawai kantoran, terlambat membuka lapak dagangan di pasar bagi pedagang dan malas ke sawah atau ladang bagi petani karena telanjur sudah siang.
Risiko dari keterlambatan bangun seperti di atas, bagi pegawai akan mendapat teguran atasan karena dianggap berkinerja buruk. Bagi pedagang bila telat membuka lapak dagangan tentu akan kehilangan pembeli. Begitu juga bagi petani, kalau kesiangan ke sawah atau ladang niscaya hasil kerjanya tidak maksimal karena baru bekerja setengah hari tahu-tahu matahari sudah surut ke ufuk barat.
Tidak maksimalnya hasil kerja itulah yang dikiaskan sebagai ”rezeki dipatok ayam”.
Dalam sebuah haditsnya Rasululloh Shallallahu ’alaihiwasallam melarang umatnya untuk tidur kembali setelah salat Subuh. Bunyi haditsnya adalah:   
اذا صليتم الفجرا فلا تنموا
Jika kalian telah salat Fajar (Subuh) maka janganlah tidur.
Dalam Islam, semua perbuatan bisa menjadi ibadah. Begitu juga tidur. Dalam Alquran dan Sunnah Rasul pun disebutkan tentang anjuran untuk tidur. Kecuali ada tiga waktu tidur yang tidak dibolehkan (dilarang) oleh Rasululloh Shallallahu ’alaihiwasallam, yakni:
1.    Tidur di pagi hari setelah salat Subuh (antara pukul 05 sampai 12 siang).
Dari Sakr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallahu ’anhu, bahwasanya Nabi Shllallahu ’alaihiwasallam bersabda:
”Ya Alloh berkahilah bagi umatku pada pagi harinya” (HR. Abu Dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad sahih).
Ibnu Qayyim berkisah tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur. beliau berkata: ”Termasuk hal yang makruh bagi mereka –yaitu orang shaleh– adalah tidur antara salat Subuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Itu adalah awal bergulirnya hari, di waktu itu terjadi pergantian shipt Malaikat yang bertugas malam kepada yang bertugas siang, di saat itu waktu diturunkannya rezeki dengan pembagian dan keberkahannya. Maka seyogianya tidak tidur di waktu tersebut itu.
2.    Tidur setelah salat Ashar (antara pukul 16.30 sampai maghrib).
3.    Tidur sebelum salat Isya’ (antara ba’da maghrib sampai pukul 20.00).
Diriwayatkan dari Abu Barzah radliyallahu ’anhu: ”Bahwasanya Rasulullahi Shallallahu ’ailaihiwasallam membenci tidur sebelum salat Isya’ dan mengobrol setelahnya (begadang semalaman sampai waktu Subuh tiba)” (HR Bukhari 568 dan Muslim 647).      
Alloh Maha Pengatur
Alloh Subhanahuwata’ala sudah mengatur rezeki untuk semua makhluk-Nya. Sehingga bila hari gini masih ada yang bilang ”Ayo bangun, sudah siang. Nanti rezekinya dipatok ayam” maka tak usah terlalu dipikirkan. Secara akal sehat rezeki manusia tidak akan tertukar karena Alloh sudah mengatur rezeki semua makhluk-Nya. Perhatikan firman Alloh di dalam Al-Quranul Karim ini:
ضَرَبَ لَكُم مَّثَلاً مِّنْ أَنْفُسِكُمْ هَل لَّكُم مِّن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَنُكُم مِّن شُرَكَآءَ فِى مَارَزَقْنَكُمْ فَأَنْتُمْ
 فِيهِ سَوَآءٌ تَخَا فُو نَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ كَذَالِكَ نُفَصِّلُ الْأَيَتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
”Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. apakah ada di antara hamba sahayamu yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan padamu; maka kamu sama dengan mereka dalam dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut pada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal”  (Q.S Ar-Ruum : 28).
Dan Rasululloh Shallallahu ’alaihiwasallam bersabda yang artinya: ”Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang rezekinya akan tertukar karena Alloh sudah mengatur rezeki masing-masing makhluk-Nya” (HR Abu Dawud).
Jadi bagi kita yang berakal sehat bersyukur karena akal sehat itu juga rezeki dari Alloh  jadi seluruh makhluk yang ada di dunia rezekinya Insya Alloh bakal tidak tertukar selama Alloh masih mengatur rezeki untuk semuanya. Ubaidillah Ibn Umar pernah menasehati salah seorang sahabatnya dengan berkata “Alloh itu Maha Adil jadi rezeki yang kita dapatkan hari ini adalah bukti Kemahaadilan Alloh dan Alloh tidak akan menukar rezeki semua makhluk-Nya”.

Lalu, masihkah kita percaya dengan pemeo yang hidup di masyarakat turun temurun yang mengatakan ”cepat bangun, sudah siang. Nanti rezekinya dipatok ayam” sebab secara akal sehat rezeki manusia dan hewan sudah diatur oleh Alloh, kita tinggal berikhtiar mencarinya. so good luck and yakinlah pada ketentuan (takdir) Alloh Subhanahuwata’ala. Wallohu ’alam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.