Rabu, 25 Maret 2015

Ketenangan yang Terusik

Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada gencarnya organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) melancarkan gerakannya untuk merekrut generasi muda. Pelajar dan mahasiswa jadi sasaran empuk untuk dijadikan relawan ISIS guna menangguk dana segar masyarakat dengan berbagai cara dan iming-iming, serta untuk dijadikan ”pasukan” yang dikirim ke Suriah. Ketenangan warga jadi terusik.   
Diberitakan Okezone (Senin, 11/08/2014), aparat Polres Ambon dan Pulau-Pulau Lease menangkap seorang siswa SMA dan seorang guru mengaji karena diduga pengikut ISIS. Setelah menjalani pemeriksaan, keduanya dibebaskan karena tidak terbukti pengikut ISIS. Namun dikenakan wajib lapor walau tidak dijerat dengan UU Teroris atau pun KUHP.
Diberitakan Kompas.com aparat keamanan Turki telah menahan 16 warga Indonesia yang mencoba menyeberang ke Suriah. Demikian penjelasan juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Kamis (12/3/2015). Ke-16 warga negara Indonesia (WNI) tersebut terdiri dari tiga keluarga. Rute yang mereka tempuh untuk menuju Suriah biasa digunakan para simpatisan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah ke-16 WNI itu hendak bergabung dengan ISIS.
Enam belas warga negara Indonesia dilaporkan menghilang di Turki saat mengikuti paket perjalanan wisata sebuah biro travel. Mereka memisahkan diri dari rombongan selepas pemeriksaan Imigrasi Bandara Internasional Ataturk, Istanbul, Turki. ”Tidak ada kesan aneh terhadap mereka. Biasa saja. Sepanjang perjalanan, mereka malah tanya-tanya kalau beli karpet di Turki di mana karena katanya mereka mau bisnis jual beli karpet,” kata President and CEO Smailing Tour Anthony Akili dalam perbincangan dengan sejumlah wartawan di Jakarta, Kamis (12/3/2015). Anthony didampingi Vice President Marketing and Communication Smailing Tour Putu Ayu Aristyadewi dan Group COO Smailing Tour Davy Batubara.
Menurut Anthony, rombongan ini mengaku sebagai tiga keluarga dari satu rumpun keluarga besar. Mereka terdiri dari 5 lelaki dewasa, 4 perempuan dewasa, 4 anak-anak, dan 3 bayi. Mereka tergabung dalam rombongan wisata berjumlah 24 orang dengan satu tour leader. Anthony menuturkan, 16 WNI ini memesan paket perjalanan wisata ke Turki pada pertengahan Januari 2015. Perjalanan berlangsung pada 24 Februari-4 Maret 2015. ”Mereka pesan tempat untuk16 orang melalui e-mail. Biaya perjalanan dibayar melalui transfer,” kata Anthony.
Selanjutnya, 16 orang ini langsung bertemu dengan rombongan lain dan tour leader Smailing Tour di Bandara Soekarno-Hatta pada hari keberangkatan. ”Menurut tour leader kami, tidak ada hal yang mencurigakan sepanjang perjalanan di pesawat. Obrolannya juga wajar. Selain bertanya-tanya soal karpet, mereka juga tanya-tanya soal obat herbal karena berniat membuka bisnis soal itu di Indonesia,” ujar Anthony.
Selepas pemeriksaan di Imigrasi Bandara Ataturk, ia melanjutkan, rombongan 16 WNI ini memisahkan diri. Alasannya, mereka ingin bertemu dengan keluarga mereka di Turki selama dua hari. Mereka berjanji akan kembali bergabung dengan rombongan pada 26 Februari. ”Sepanjang dua hari, tour leader kami selalu kontak melalui pesan singkat dan berbalas. Namun, pada 26 Februari, mereka tidak bisa dikontak lagi. Tour leader kami lantas menghubungi KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di Istanbul untuk membuat laporan,” tutur Anthony.
KJRI dan polisi lokal setempat berupaya melacak sinyal telepon seluler rombongan ini, tetapi sinyal telepon sudah hilang. Hingga kepulangan rombongan ke Tanah Air pada 4 Maret pukul 00.40, ke-16 WNI ini tidak menampakkan diri.
SOLOENSIS Terjerat ISIS
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Azis Saifudin, mengimbau mahasiswanya untuk berhati-hati memahami Islam. Imbauan itu muncul setelah mahasiswi Fakultas Farmasi UMS Siti Lestari (26) hilang, diduga bergabung dengan ISIS. ”Kami prihatin dengan hilangnya anak didiknya kami. Saya berharap yang bersangkutan segera ditemukan dan kembali di pangkuan keluarganya,” katanya, kepada wartawan, Rabu (18/03/2015).
Hilangnya Siti diketahui setelah ada laporan dari ayahnya Sugiran ke Polres Sukoharjo. Awal kecurigaan orang tua Siti, bermula saat Siti mengirimkan sejumlah barang milikinya ke rumahnya di Demak. Sebelumnya, Siti sempat minta uang 3,5 juta untuk biaya kuliah dan kos.
Mahasiswi semester X itu hilang kontak dengan keluargnya sejak Februari lalu. Keluarga Siti di Demak, Jawa Tengah, mengetahuinya setelah menerima paket berisi lima kardus berisi buku-buku kuliah dan pakaian milik Siti. Dia diduga pergi ke Suriah atas ajakan Bahrun Naim.
Bahrun Naim adalah pacar Siti, tak lain adalah mantan terpidana atas kepemilikan senjata api dan amunisi. Pernah dikenalkan Siti ke orang tuanya, namun orang tua Siti menolak karena Bahrun Naim telah memiliki istri dan anak. Keduanya ”hidup bersama” di sebuah rumah kontrakan di daerah Demangan, Kartasura. Berdasar keterangan sejumlah tetangganya, keduanya menutup diri dan jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
”Berdasar penelusuran, Siti dan Bahrun Naim sudah menikah secara siri. Petunjuk mengenai siapa yang berada di balik kepergian Siti memang mengarah kepada Bahrun Naim,” ucap Kapolres Sukoharjo, AKBP Andy Rifai. Kepada wartawan Andy mengklaim telah mengutus anggota melacak keberadaan Siti melalui Kantor Imigrasi Surakarta.
Pihak Imigrasi Solo, mengungkapkan adanya dokumen keimigrasian atas nama Siti Lestari dan Bahrun Naim yang hilang dan diduga pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.  Keduanya sempat mengajukan permohonan paspor dan di akhir Desember 2014, dan kantor Imigrasi telah menerbitkan paspor untuk mereka. kepala KASI dan penindakan dan keimgrasian Solo, Darori menjelaskan, dari data pengajuan paspor semuanya sesuai prosedur, dengan persyaratan lengkap dan dokumen yang benar, dan tidak ada yang penyimpangan.
Aduh, Soloensis, Soloensis... dulu di tahun 80-an bergejolak karena pecahnya kerusuhan bernuansa rasial Anti China” Kini, yang meresahkan adalah terjadinya ”gangguan dari organisasi ISIS yang berupaya menjerat kaum muda (pelajar dan mahasiswa), yang sejatinya dipersiapkan sebagai generasi penerus kepemimpinan Bangsa Indonesia ke depan, dengan cara membentuknya menjadi manusia yang beragama, beriman, berilmu, dan berkarakter (berakhlak mulia).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.