Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada gencarnya organisasi Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) melancarkan gerakannya untuk merekrut
generasi muda. Pelajar dan mahasiswa jadi sasaran empuk untuk dijadikan relawan
ISIS guna menangguk dana segar masyarakat dengan berbagai cara dan iming-iming,
serta untuk dijadikan ”pasukan” yang dikirim ke Suriah. Ketenangan warga jadi
terusik.
Diberitakan Okezone (Senin, 11/08/2014), aparat Polres
Ambon dan Pulau-Pulau Lease menangkap seorang siswa SMA dan seorang guru
mengaji karena diduga pengikut ISIS. Setelah menjalani pemeriksaan, keduanya
dibebaskan karena tidak terbukti pengikut ISIS. Namun dikenakan wajib lapor walau
tidak dijerat dengan UU Teroris atau pun KUHP.
Diberitakan Kompas.com aparat keamanan Turki telah menahan
16 warga Indonesia yang mencoba menyeberang ke Suriah. Demikian penjelasan juru
bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Kamis (12/3/2015). Ke-16 warga negara
Indonesia (WNI) tersebut terdiri dari tiga keluarga. Rute yang mereka tempuh
untuk menuju Suriah biasa digunakan para simpatisan kelompok Negara Islam Irak
dan Suriah (ISIS). Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah ke-16 WNI itu
hendak bergabung dengan ISIS.
Enam belas warga negara Indonesia dilaporkan menghilang di
Turki saat mengikuti paket perjalanan wisata sebuah biro travel. Mereka
memisahkan diri dari rombongan selepas pemeriksaan Imigrasi Bandara
Internasional Ataturk, Istanbul, Turki. ”Tidak ada kesan aneh terhadap mereka.
Biasa saja. Sepanjang perjalanan, mereka malah tanya-tanya kalau beli karpet di
Turki di mana karena katanya mereka mau bisnis jual beli karpet,” kata President
and CEO Smailing Tour Anthony Akili dalam perbincangan dengan sejumlah
wartawan di Jakarta, Kamis (12/3/2015). Anthony didampingi Vice President
Marketing and Communication Smailing Tour Putu Ayu Aristyadewi dan Group
COO Smailing Tour Davy Batubara.
Menurut Anthony, rombongan ini mengaku sebagai tiga keluarga
dari satu rumpun keluarga besar. Mereka terdiri dari 5 lelaki dewasa, 4
perempuan dewasa, 4 anak-anak, dan 3 bayi. Mereka tergabung dalam rombongan
wisata berjumlah 24 orang dengan satu tour leader. Anthony menuturkan,
16 WNI ini memesan paket perjalanan wisata ke Turki pada pertengahan Januari
2015. Perjalanan berlangsung pada 24 Februari-4 Maret 2015. ”Mereka pesan
tempat untuk16 orang melalui e-mail. Biaya perjalanan dibayar melalui
transfer,” kata Anthony.
Selanjutnya, 16 orang ini langsung bertemu dengan rombongan
lain dan tour leader Smailing Tour di Bandara Soekarno-Hatta pada hari
keberangkatan. ”Menurut tour leader kami, tidak ada hal yang
mencurigakan sepanjang perjalanan di pesawat. Obrolannya juga wajar. Selain
bertanya-tanya soal karpet, mereka juga tanya-tanya soal obat herbal karena
berniat membuka bisnis soal itu di Indonesia,” ujar Anthony.
Selepas pemeriksaan di Imigrasi Bandara Ataturk, ia
melanjutkan, rombongan 16 WNI ini memisahkan diri. Alasannya, mereka ingin
bertemu dengan keluarga mereka di Turki selama dua hari. Mereka berjanji akan
kembali bergabung dengan rombongan pada 26 Februari. ”Sepanjang dua hari, tour
leader kami selalu kontak melalui pesan singkat dan berbalas. Namun, pada 26
Februari, mereka tidak bisa dikontak lagi. Tour leader kami lantas menghubungi
KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di Istanbul untuk membuat laporan,”
tutur Anthony.
KJRI dan polisi lokal setempat berupaya melacak sinyal
telepon seluler rombongan ini, tetapi sinyal telepon sudah hilang. Hingga
kepulangan rombongan ke Tanah Air pada 4 Maret pukul 00.40, ke-16 WNI ini tidak
menampakkan diri.
SOLOENSIS Terjerat ISIS
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
(UMS) Azis Saifudin, mengimbau mahasiswanya untuk berhati-hati memahami Islam.
Imbauan itu muncul setelah mahasiswi Fakultas Farmasi UMS Siti Lestari (26) hilang,
diduga bergabung dengan ISIS. ”Kami prihatin dengan hilangnya anak didiknya
kami. Saya berharap yang bersangkutan segera ditemukan dan kembali di pangkuan
keluarganya,” katanya, kepada wartawan, Rabu (18/03/2015).
Hilangnya Siti diketahui setelah ada laporan dari ayahnya Sugiran
ke Polres Sukoharjo. Awal kecurigaan orang tua Siti, bermula saat Siti
mengirimkan sejumlah barang milikinya ke rumahnya di Demak. Sebelumnya, Siti
sempat minta uang 3,5 juta untuk biaya kuliah dan kos.
Mahasiswi semester X itu hilang kontak dengan keluargnya
sejak Februari lalu. Keluarga Siti di Demak, Jawa Tengah, mengetahuinya setelah
menerima paket berisi lima kardus berisi buku-buku kuliah dan pakaian milik
Siti. Dia diduga pergi ke Suriah atas ajakan Bahrun Naim.
Bahrun Naim adalah pacar Siti, tak lain adalah mantan
terpidana atas kepemilikan senjata api dan amunisi. Pernah dikenalkan Siti ke
orang tuanya, namun orang tua Siti menolak karena Bahrun Naim telah memiliki
istri dan anak. Keduanya ”hidup bersama” di sebuah rumah kontrakan di daerah
Demangan, Kartasura. Berdasar keterangan sejumlah tetangganya, keduanya menutup
diri dan jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
”Berdasar penelusuran, Siti dan Bahrun Naim sudah menikah
secara siri. Petunjuk mengenai siapa yang berada di balik kepergian Siti memang
mengarah kepada Bahrun Naim,” ucap Kapolres Sukoharjo, AKBP Andy Rifai. Kepada wartawan
Andy mengklaim telah mengutus anggota melacak keberadaan Siti melalui Kantor Imigrasi
Surakarta.
Pihak Imigrasi Solo, mengungkapkan adanya dokumen keimigrasian
atas nama Siti Lestari dan Bahrun Naim yang hilang dan diduga pergi ke Suriah
untuk bergabung dengan ISIS. Keduanya
sempat mengajukan permohonan paspor dan di akhir Desember 2014, dan kantor
Imigrasi telah menerbitkan paspor untuk mereka. kepala KASI dan penindakan dan
keimgrasian Solo, Darori menjelaskan, dari data pengajuan paspor semuanya
sesuai prosedur, dengan persyaratan lengkap dan dokumen yang benar, dan tidak
ada yang penyimpangan.
Aduh, Soloensis, Soloensis... dulu di tahun ’80-an bergejolak karena pecahnya kerusuhan bernuansa rasial ”Anti China” Kini, yang meresahkan adalah terjadinya ”gangguan” dari organisasi ISIS yang berupaya menjerat kaum muda (pelajar dan mahasiswa), yang sejatinya dipersiapkan sebagai generasi penerus kepemimpinan Bangsa Indonesia ke depan, dengan cara membentuknya menjadi manusia yang beragama, beriman, berilmu, dan berkarakter (berakhlak mulia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.