Dua hari sebelumnya, tepatnya Kamis, 24 Desember 2015, Abuya HMI mengumpulkan para Kabag dan Redaktur untuk rapat intern persiapan rapat tahunan. Di hari itu beliau sudah mengutarakan bahwa di tahun 2016 tidak akan ikut lagi mengurus manajemen perusahaan, Alasannya, akan rehat dan menyerahkan sepenuhnya kelanjutan usaha kepada para KKLE.
Pada rapat akhir tahun perusahaan, hari Sabtu, 26 Desember 2015, Abuya HMI kembali menegaskan akan mundur dari kegiatan memimpin perusahaan. Secara berseloroh beliau berkata, dirinya mungkin akan mondok di Pesantren di Jawa sana. Semua karyawan yang hadir di rapat tersebut sepenuhnya hanya menyimak uraian panjang lebar darinya. Tak ada yang bisa menerjemahkan dalam pengertian lain apa yang diucapkannya sebagai pertanda untuk istirahat selamanya dari kehidupan.
Baru setelah sekira menjelang pukul 23 WIB rantaian informasi sambung menyambung menyebar lewat pesan SMS dan BBM, mengabarkan kalau Abuya HMI telah mengembuskan napas terakhirnya tadi pada pukul 22.46 WIB di RS Urip Sumoharjo. Barulah terlintas di pikiran, terutama saya, bahwa apa yang dikatakan Abuya di ruang rapat, terselip bahasa isyarat bahwa dirinya di tahun 2016 tidak akan ikut lagi mengurusi perusahaan, karena akan isirahat selamanya dari kehidupan duniawi.
Hari itu, semua urusan telah diselesaikannya. Bahkan sejak jauh hari, sudah ditampakkan pesan-pesan atau isyarat kematian itu. Di antaranya, Abuya minta kepada staf administrasi untuk membingkai semua foto dirinya, merapikan file-file dan dokumen. Tentu saja para staf dengan senang hati menuruti apa keinginan beliau tanpa pernah menduga-duga apa yang akan terjadi sesudahnya.
Seperti yang sudah saya posting dengan judul ”Si Astral itu Bikin Baper” bahwa malam Senin, 27 September 2015, sekira pukul 23.32 tiba-tiba saya mencium bau Kapur Barus yang begitu menyengat. Saya yang tinggal sendirian di ruang redaksi tentu saja merinding dan penuh tanda tanya, pertanda apa itu, isyarat apakah gerangan itu.
Setelah saya hitung waktunya antara kejadian ada aroma Kapur Barus tersebut dengan tanggal meninggalnya Abuya HMI, persis 3 bulan. Tetapi, apakah itu sebagai bahasa yang bisa diterjemahkan sebagai isyarat kematian? Wallahu ’alam. Hanya Allah Swt pemilik keindahan bahasa Al-Quran dan di dalam Kitab Suci tersebut telah jelas bahwa kematian itu adalah kepastian yang niscaya akan datang. Namun, tidak bisa disegerakan dan tidak juga bisa ditunda kedatangannya.
Jadi, mungkin saja aroma Kapur Barus di tengah malam itu sebagai isyarat kematian, bila dihubungkan bahwa tak begitu lama sesudahnya (3 bulan) Abuya HMI dipanggil menghadap Ilahi Rabbi. Tetapi, baru bisa diterjemahkan atau dihubungkan setelah ada kejadian. Begitulah, sesungguhnya ilmu pengetahuan manusia begitu terbatas, tidak bisa menjangkau apalagi melampaui apa pun yang belum terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.