Sebagai rangkaian acara memperingati HUT ke-335 Kota Bandarlampung, (versi saya menulisnya disambung, ada juga yang biasa menulis dipisah, Bandar Lampung), Minggu tadi pagi Pemkot menggelar jalan sehat. Ribuan masyarakat tumpah ruah di jalan protokol kota TAPIS BERSERI ini, sejak start di depan Hotel Whiz Prime (Jl. Ahmad Yani) hingga finish di Bundaran Tugu Adipura atau dikenal juga dengan sebutan Tugu Gajah.
Garis Start, depan Whiz Hotel Bandarlampung |
Yang menarik, adalah ditentukannya dress code berwarna merah, khusus untuk kalangan instansi, terutama para guru, mengikuti seragam yang dipakai oleh
pasangan Pak dan Ibu Walikota beserta beberapa anggota uspida dan DPRD
yang berkesempatan hadir. Sehingga kerumunan massa peserta jalan sehat dominan
merah, terutama ibu-ibu guru SD dan SMP yang juga melengkapinya dengan kerudung
(hijab) merah. Tak hanya dress code, balon yang hendak dilepasterbangkan juga warnanya hanya merah, bukan warna-warni sebagaimana lazimnya ada di arena party.
Kerumunan massa di seputaran Tugu Gajah |
Meski tidak semua merah karena ada juga guru-guru yang kecele. Kadung sudah mengenakan warna biru lalu berangkat sepagi mungkin
dan tidak sempat membaca WA pemberitahuan dari wakil kepala sekolah kalau ada
perubahan dress code. Sehingga sejauh mata memandang, warna merah memang dominan. Apapun bentuk fashion yang dikenakan. Tapi, setelah berbaur dengan kalangan masyarakat, semarak warna pun menambah keragaman. Ah, betapa indahnya perpaduan bermacam warna.
Kerumunan massa di depan panggung dekat Tugu Gajah |
Yang menarik perhatian, di antara dress code yang ditentukan berwarna merah itu, akhirnya yang jadi
perhatian utama adalah warnanya bukan bentuk fashion-nya. Sehingga, dari bentuk fashion yang beraneka macam bisa memperlihatkan fashion sense seseorang. Di area seramai
itu punya kemampuan sungguh luar biasa untuk mengungkapkan selera busana paling
dasar dari setiap individu.
Panggung tempat Walikota Herman HN menekan sirine melepas peserta jalan sehat |
Jangankan di acara party
yang ada red carpet atau di tempat clubbing paling happening. Di event akbar
semacam jalan sehat, semua orang pasti berusaha setengah mati untuk terlihat
sempurna.
Lebih-lebih bila ditentukan dress
code warna merah, maka yang harus jadi perhatian, di acara yang akan
berpanas-panasan kemudian mandi keringat itu, bahwa baju yang dipakai tidaklah
harus fashionable melainkan yang bisa
menyerap keringat dan tidak menimbulkan rasa gerah.
Fashionable atau Buta Gaya
Mengamat-amati (cieee... pengamat nih ye...), secara umum
paserta jalan sehat HUT Kota Bandarlampung, tadi pagi, busana yang dikenakan
adalah setelan baju olahraga, kaus dan celana training spak atau kaus T-Shirt dengan celana training spak atau celana legging
(bagi wanita) atau celana kargo selutut atau celana kotak-kotak (bagi pria).
Karena ini adalah acara yang dihelat Pemkot dan bersifat
masal, bukan di arena gym yang
privat, sehingga tidak dijumpai peserta wanita yang mengenakan busana paduan tank top lengkap dengan sport bra dengan celana legging. Atau jenis crop top, jumpsuit dan track pants. Tapi ada satu dua yang memakai
celana short super pendek dari bahan jeans dan atasan kaus yang agak ketat.
Tidak juga ada lelaki yang mengenakan kaus belel atau tank top yang sebenarnya adalah singlet dalaman yang dipadukan dengan
celana olahraga alakadarnya. Tapi sempat saya berjumpa dengan satu cowok yang
berkaus ala binaragawan lengkap dengan tulisan di bagian punggungnya, dan
bawahan celana berbahan kaus yang gombrong dan terlihat nyaman digunakan untuk
bergerak.
Peserta jalan sehat mulai menyususri jalan protokol setelah dilepas Walikota |
Acara jalan sehat memang bukanlah area untuk mempertontonkan
gaya busana yang stylish dan trendi. ’Nyaman
nomor satu dan gaya nomor dua’ adalah kecenderungan yang dianut para peserta.
Apa pun busana yang mereka pakai, yang penting nyaman melenggang. Dan, niat awalnya untuk berpartisipasi memeriahkan HUT kota kesayangan.
Tentu, semua itu tak juga bisa dilepaskan dari niat sampingan atau keinginan tersembunyi. Sebab acara yang melibatkan banyak sponsor ini, menyediakan puluhan hadiah berupa kipas angin, dispenser, mesin cuci, lemari es, sepeda gunung, LED TV, hingga satu unit mobil. Siapa dong yang nggak rela berpanas-panasan dan sampai sore menunggu pengumuman penarikan kupon undian yang sudah dicemplungkan ke kotak yang telah disediakan panitia. Siapa tahu beruntung, pulang bawa mobil.
Tentu, semua itu tak juga bisa dilepaskan dari niat sampingan atau keinginan tersembunyi. Sebab acara yang melibatkan banyak sponsor ini, menyediakan puluhan hadiah berupa kipas angin, dispenser, mesin cuci, lemari es, sepeda gunung, LED TV, hingga satu unit mobil. Siapa dong yang nggak rela berpanas-panasan dan sampai sore menunggu pengumuman penarikan kupon undian yang sudah dicemplungkan ke kotak yang telah disediakan panitia. Siapa tahu beruntung, pulang bawa mobil.
Tapi, ada juga segelintir peserta yang kiblat fashionnya
’gaya nomor satu nyaman nomor dua’ Bagi golongan manusia seperti ini, apa pun
aktivitas yang dikerjakan, yang penting penampilannya terlihat trendi. Mereka
ini, seperti yang sudah disinggung di atas, seperti yang mengenakan celana
kargo atau celana pendek kotak-kotak, yang sejatinya bukanlah pakaian olahraga
tapi membuat mereka terlihat keren.
Peserta jalan sehat meyusuri Jalan Ahmad Yani |
Pasangan (atasan) dari celana kargo atau kotak-kotak itu
bisa tank top yang menyembulkan logo brand tertentu di bagian dada kiri atau
berupa kaus vintage yang biasanya
’mahal punya’. Atau kalau mau lebih ekstrem, adalah polo shirt. Sedangkan sepatu yang dipakai bukanlah khusus untuk
olahraga. Misalnya, converse atau sneakers. Terlepas nyaman atau tidak, yang
penting bisa terlihat gaya. Yah, semua tergantung niat awal tadi. Bisa saja pinginnya fashionable tapi justru terlihat ’buta gaya’. Dan, niat saya juga hanya penggembira, tak sepanjang jalur saya telusuri. Saya ambil jalan pintas alias potong kompas. Usai pelepasan balon ke udara, ngacir pulang. Bodo amat hadiah-hadiah itu.
Sebagian Guru dari salah satu SMPN di Bandarlampung yang mengikuti jalan sehat. (foto: istimewa) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.