Minggu, 07 Mei 2017

Dress Code


Sebagai rangkaian acara memperingati HUT ke-335 Kota Bandarlampung, (versi saya menulisnya disambung, ada juga yang biasa menulis dipisah, Bandar Lampung), Minggu tadi pagi Pemkot menggelar jalan sehat. Ribuan masyarakat tumpah ruah di jalan protokol kota TAPIS BERSERI ini, sejak start di depan Hotel Whiz Prime (Jl. Ahmad Yani) hingga finish di Bundaran Tugu Adipura atau dikenal juga dengan sebutan Tugu Gajah.
Garis Start, depan Whiz Hotel Bandarlampung

Yang menarik, adalah ditentukannya dress code berwarna merah, khusus untuk kalangan instansi, terutama para guru, mengikuti seragam yang dipakai oleh pasangan Pak dan Ibu Walikota beserta beberapa anggota uspida dan DPRD yang berkesempatan hadir. Sehingga kerumunan massa peserta jalan sehat dominan merah, terutama ibu-ibu guru SD dan SMP yang juga melengkapinya dengan kerudung (hijab) merah. Tak hanya dress code, balon yang hendak dilepasterbangkan juga warnanya hanya merah, bukan warna-warni sebagaimana lazimnya ada di arena party.
Kerumunan massa di seputaran Tugu Gajah

Meski tidak semua merah karena ada juga guru-guru yang kecele. Kadung sudah mengenakan warna biru lalu berangkat sepagi mungkin dan tidak sempat membaca WA pemberitahuan dari wakil kepala sekolah kalau ada perubahan dress code. Sehingga sejauh mata memandang, warna merah memang dominan. Apapun bentuk fashion yang dikenakan. Tapi, setelah berbaur dengan kalangan masyarakat, semarak warna pun menambah keragaman. Ah, betapa indahnya perpaduan bermacam warna.
Kerumunan massa di depan panggung dekat Tugu Gajah

Yang menarik perhatian, di antara dress code yang ditentukan berwarna merah itu, akhirnya yang jadi perhatian utama adalah warnanya bukan bentuk fashion-nya. Sehingga, dari bentuk fashion yang beraneka macam bisa memperlihatkan fashion sense seseorang. Di area seramai itu punya kemampuan sungguh luar biasa untuk mengungkapkan selera busana paling dasar dari setiap individu.
Panggung tempat Walikota Herman HN menekan sirine melepas peserta jalan sehat

Jangankan di acara party yang ada red carpet atau di tempat clubbing paling happening. Di event akbar semacam jalan sehat, semua orang pasti berusaha setengah mati untuk terlihat sempurna. 
Lebih-lebih bila ditentukan dress code warna merah, maka yang harus jadi perhatian, di acara yang akan berpanas-panasan kemudian mandi keringat itu, bahwa baju yang dipakai tidaklah harus fashionable melainkan yang bisa menyerap keringat dan tidak menimbulkan rasa gerah.

Fashionable atau Buta Gaya

Mengamat-amati (cieee... pengamat nih ye...), secara umum paserta jalan sehat HUT Kota Bandarlampung, tadi pagi, busana yang dikenakan adalah setelan baju olahraga, kaus dan celana training spak atau kaus T-Shirt dengan celana training spak atau celana legging (bagi wanita) atau celana kargo selutut atau celana kotak-kotak (bagi pria).

Karena ini adalah acara yang dihelat Pemkot dan bersifat masal, bukan di arena gym yang privat, sehingga tidak dijumpai peserta wanita yang mengenakan busana paduan tank top lengkap dengan sport bra dengan celana legging. Atau jenis crop top, jumpsuit dan track pants. Tapi ada satu dua yang memakai celana short super pendek dari bahan jeans dan atasan kaus yang agak ketat.

Tidak juga ada lelaki yang mengenakan kaus belel atau tank top yang sebenarnya adalah singlet dalaman yang dipadukan dengan celana olahraga alakadarnya. Tapi sempat saya berjumpa dengan satu cowok yang berkaus ala binaragawan lengkap dengan tulisan di bagian punggungnya, dan bawahan celana berbahan kaus yang gombrong dan terlihat nyaman digunakan untuk bergerak.
Peserta jalan sehat mulai menyususri jalan protokol setelah dilepas Walikota

Acara jalan sehat memang bukanlah area untuk mempertontonkan gaya busana yang stylish dan trendi. ’Nyaman nomor satu dan gaya nomor dua’ adalah kecenderungan yang dianut para peserta. Apa pun busana yang mereka pakai, yang penting nyaman melenggang. Dan, niat awalnya untuk berpartisipasi memeriahkan HUT kota kesayangan.

Tentu, semua itu tak juga bisa dilepaskan dari niat sampingan atau keinginan tersembunyi. Sebab acara yang melibatkan banyak sponsor ini, menyediakan puluhan hadiah berupa kipas angin, dispenser, mesin cuci, lemari es, sepeda gunung, LED TV, hingga satu unit mobil. Siapa dong yang nggak rela berpanas-panasan dan sampai sore menunggu pengumuman penarikan kupon undian yang sudah dicemplungkan ke kotak yang telah disediakan panitia. Siapa tahu beruntung, pulang bawa mobil. 
DAAAAN, yang beruntung memboyong hadiah utama, mobil Ayla adalah nenek Susaptarinawati (64), warga Kemiling. Diserahkan langsung oleh Wali Kota Herman HN didamping Ketua Tim Penggerak PKK Eva Dwiana
dan Komandan KODIM 0410/Bandarlampung, Letnan Kolonel Armed Didik H.
(foto: istimewa) 

Tapi, ada juga segelintir peserta yang kiblat fashionnya ’gaya nomor satu nyaman nomor dua’ Bagi golongan manusia seperti ini, apa pun aktivitas yang dikerjakan, yang penting penampilannya terlihat trendi. Mereka ini, seperti yang sudah disinggung di atas, seperti yang mengenakan celana kargo atau celana pendek kotak-kotak, yang sejatinya bukanlah pakaian olahraga tapi membuat mereka terlihat keren. 
Peserta jalan sehat meyusuri Jalan Ahmad Yani

Pasangan (atasan) dari celana kargo atau kotak-kotak itu bisa tank top yang menyembulkan logo brand tertentu di bagian dada kiri atau berupa kaus vintage yang biasanya ’mahal punya’. Atau kalau mau lebih ekstrem, adalah polo shirt. Sedangkan sepatu yang dipakai bukanlah khusus untuk olahraga. Misalnya, converse atau sneakers. Terlepas nyaman atau tidak, yang penting bisa terlihat gaya. Yah, semua tergantung niat awal tadi. Bisa saja pinginnya fashionable tapi justru terlihat ’buta gaya’. Dan, niat saya juga hanya penggembira, tak sepanjang jalur saya telusuri. Saya ambil jalan pintas alias potong kompas. Usai pelepasan balon ke udara, ngacir pulang. Bodo amat hadiah-hadiah itu.
Sebagian Guru dari salah satu SMPN di Bandarlampung yang mengikuti jalan sehat. (foto: istimewa)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.