Selasa, 11 Desember 2012

Teman Sejati


Sebagai makhluk sosial manusia difitrahkan untuk hidup berkelompok (dalam komunitas), dengan demikian kedudukan teman sangat besar artinya. Karena, tanpa adanya teman mustahil bagi seseorang dapat dikatakan hidup dalam komunitas. Hanya saja, fungsi teman bagi seseorang tidak sebatas agar terbentuk suatu komunitas belaka. Ada azas manfaat di sini. Di mana satu sama lain saling memberi dan menerima manfaat apapun bentuk yang diberi dan diterima tersebut.  
Pengertian teman pun akan berbeda bagi tiap-tiap orang. Satu sama lain memunyai penafsiran masing-masing. Istilah/sebutan yang dipakaipun berbeda-beda pula. Ada yang memberi istilah sahabat karib, kawan seiring-sejalan, teman sejati.
Tapi, apakah sahabat karib, kawan seiring-sejalan, maupun teman sejati pada intinya adalah orang di luar dirinya yang memberi manfaat. Ya, tanpa ada manfaat yang diterima, mustahil bagi seseorang akan menjadikan orang lain sebagaimana sebutan-sebutan tersebut.
Ada Tiga Kategori Teman yang Paling Dibutuhkan
1.  Suami/istri/anak:
Dalam hidup manusia memerlukan teman yang dapat memberikan pertolongan baik disaat dia dalam kondisi sehat terlebih bila dalam kondisi sakit tak berdaya. Dalam kondisi sehat, peran suami/istri dan anak-anak besar manfaatnya untuk mewujudkan rasa nyaman dan bahagia. Demikian halnya dalam kondisi sakit peran suami/istri dan anak-anak sangat dibutuhkan dan luar biasa khasiatnya.
Biasanya yang paling peduli pada seseorang yang sedang tergolek sakit, tak lain adalah keluarga terdekatnya apakah ayah, ibu, kakak, atau adiknya. Bagi suami tentu saja istri dan anak-anaknya, demikian juga bagi istri adalah suami dan anak-anaknya. Orang-orang terdekat ini akan mencurahkan perhatian secara ekstra di masa perawatan, bahkan sampai pemakaman bila upaya penyembuhan tak berhasil malah ajal menjemput.
Tapi, sebatas itulah yang bisa diberikan suami/istri, ayah/ibu, kakak/adik, anak-anak. Sebatas kasih sayang disaat sehat dan lebih-lebih manakala sedang sakit atau meninggal dunia.
2.  Harta Kekayaan:
Dengan harta kekayaan yang melimpah, kenyamanan hidup seperti apapun akan mudah mencapai dan menikmatinya. Demikian juga sebaliknya, seberat apapun penyakit yang diderita akan mudah mengupayakan penyembuhannya. Hendak berobat ke dokter spesialis sesuai penyakit yang diderita atau bahkan berobat di rumah sakit luar negeri sekalipun bukan perkara yang sulit mewujudkannya.
Artinya, dengan harta kekayaan yang melimpah. Jangankan hidup nyaman, sakit nyaman atau bahkan mati dalam kondisi nyaman pun bisa dinikmati. Tapi jangan lupa, hanya sebatas itulah kelimpahan harta benda yang dimiliki memberikan pertolongan kepada tuannya.
3.  Iman dan Amal Soleh:
Suami atau istri, ayah atau ibu, kakak atau adik, dan anak-anak juga hanya akan memberikan pertolongan disaat kita sehat atau sakit. Demikian halnya harta kekayaan, kalau kita sehat dia akan memberikan rasa nyaman dan bahagia. Bila kita sakit ia akan menolong kita untuk mengupayakan kesembuhan melalui pengobatan dengan cara dan jalan apapun. Tapi pertolongan yang mereka berikan sebatas itu saja. Sebatas kita hidup, sebatas kita sakit, dan sampai ajal tiba lalu kita dimakamkan.
Setelah kita dimakamkan, suami atau istri, ayah atau ibu, kakak atau adik, anak-anak akan tinggal di dunia. Lalu, siapa lagi yang akan memberikan pertolongan selanjutnya? Tak lain tak bukan adalah IMAN dan AMAL SOLEH
Selama kita hidup di dunia, orang-orang yang kita cintai  (suami/istri, ayah/ibu, kakak/adik, anak-anak dan harta kekayaan yang kita banggakan dan sayangi hanya akan memberikan pertolongan sebatas hidup itu saja.
Selama kita sehat, keluarga dekat yang begitu kita kasihi  (suami/istri, ayah/ibu, kakak/adik, anak-anak dan harta kekayaan yang kita merasa bahagia karenanya hanya akan memberikan pertolongan sebatas sehat itu saja.
Bahkan disaat sakit pun, keluarga dekat akan mengupayakan kesembuhan dengan memanfaatkan harta kekayaan yang kita punya, akan mencari jalan pengobatan yang tercanggih meski di manapun itu. Kalaupun upaya mencapai  kesembuhan tak berhasil dan mesti mati jua yang mengakhiri derita, dengan sendirinya peran keluarga dekat dan harta kekayaan akan selesai memberikan pertolongannya.

Selanjutnya iman dan amal soleh lah yang akan memberikan pertolongan berikutnya, itupun kalau iman yang kita punya baik mutunya, dan amal soleh yang kita kumpulkan mencukupi. Kualitas iman dan kuantitas amal soleh sangat menentukan apakah dapat memberikan pertolongan atau tidak. Kalau sudah begini, berarti IMAN dan AMAL SOLEH lah TEMAN SEJATI kita. Bukan keluarga dekat yang kita sayangi apalagi harta kekayaan yang kita banggakan dan acapkali membuat kita sombong dan lupa diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.