Kamis, 25 April 2013

Kisah Siput dan Pohon Cerry


Pada suatu hari di musim kemarau, seekor siput sedang bersusah payah memanjat sebatang pohon cerry yang sedang meranggas. Di pohon tersebut tidak ada daun satu helai pun, apalagi buahnya. Yang tersisnya hanya ranting–ranting kering yang seolah telah menyerah pada musim kemarau ini.
Di tengah–tengah usahanya memanjat pohon cerry tersebut, datang seekor burung Gagak.
Gagak : Hai Siput! apa yang kau lakukan? apa kau sudah gila!?
Siput :   Hai Gagak! aku sedang memanjat pohon cerry yang buahnya lezat ini.
Gagak : Kau benar–benar sudah gila Siput! semua hewan di wilayah ini tahu, sekarang musim kemarau, dan
  kau juga tahu, tidak ada satu buah pun di pohon ini, daunnya saja tidak ada. Lalu apa yang kamu akan   dapat ketika telah sampai di atas?
Siput :   Berarti kau tidak punya pandangan j auh ke depan wahai Gagak. Mungkin sekarang pohon ini
  memang sedang tidak berbuah, namun ketika aku sampai di puncak pohon ini, buahnya akan sangat
  banyak dan semua binatang di sini akan berkumpul untuk menikmati buahnya .
Dari cerita di atas, kita bisa mengambil hikmah bahwa kita harus berpikir bukan untuk esok atau lusa, namun kita harus berpikir untuk 10 tahun ke depan. Esok dan lusaa adalah bagian dari langkah kita untuk mencapai 10 tahun itu. Kita juga harus mempunyai gambaran terhadap apa yang akan kita peroleh 10 tahun lagi. Itu bisa dilihat dari jerih payah kita, perjuangan kita dan pengorbanan.
Bila kita ingin menjadi orang besar, maka pantaskanlah diri kita untuk dijadikan sebagai orang besar. Bersikap seperti orang besar, berperilaku seperti orang besar dan berpikir seperti orang besar. Maka 10 tahun lagi kita akan menikmati manisnya ”Buah Cerry.”  
(Mario Teguh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.