Minggu, 28 Desember 2014

Anak Kami yang ”Aneh” Itu…

Aneh. Setidaknya ini ungkapan yang tersirat di hati kami orangtua (ayah & ibunya), untuk pantas dipilih dari ungkapan lain, semisal ajaib, luar biasa, hebat, atau apalah, untuk mengekspresikan ketidakpercayaan kami terhadap fakta yang terjadi. Ini tentang anak kami Kemal Fasha Bhaskara. Kisahnya begini, anak bungsu dari dua bersaudara ini adalah korban kemajuan peradaban.
Dia pertama menjadi korban diberlakukannya UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) ketika kelas VI sekolah dasar. Ya, tahun 2010 itu untuk pertama kalinya UASBN diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bagi murid sekolah dasar. Oya, Kemendikbud adalah nama baru setelah masalah ‘kebudayaan’ dikembalikan lagi kepada ‘pendidikan’ sebagai induknya, yang sebelumnya sempat “diceraikan” dan bernama Kementerian Pendidikan Nasional atau disingkat Kemendiknas).
Anehnya. Nah, ini bukti kalau anak kami ini “aneh”. Dia yang memang selalu rangking I mendapat nilai UASBN tertinggi bukan hanya di kelasnya tetapi di sekolahnya, karena kelas VI di sekolahnya ada dua yaitu VI A dan VI B. Cerita tentang rangking, sempat sih rangkingnya “diturunkan” walikelasnya lantaran dia tidak ikut Bimbel sama guru perempuan itu melainkan ikut Bimbel di PRIMAGAMA. Prasangka buruk (su’udzon) saya, ini lantaran karena sentimen guru itu saja, faktanya meski rangkingnya turun di semester ganjil ketika UASBN di semester genap nilainya tertinggi.
Dia jadi korban lagi ketika kelas VIII SMP, waktu itu diberlakukannya Ujian Nasional (UN) dengan variasi soal 10 paket. Berarti sepuluh siswa akan mendapat soal yang berbeda satu sama lain. Maksud pemerintah membuat soal dengan sepuluh variasi tersebut adalah untuk meminimalisasi peluang terjadinya kebocoran soal plus kunci jawaban. Ini tentu saja maksud dan tujuan yang baik. Tapi, faktanya tetap saja terjadi kebocoran dimaksud. Kalau selama oknumnya masih berkeliaran di muka bumi ini, takkan ada habisnya yang namanya persekongkolan terstruktur, sistematis dan masif yang berjenjang dari atas ke bawah, yaitu mulai dari kepala daerah (gubernur, walikota/bupati), kepala dinas pendidikan, dan kepala sekolah.
Ketika hendak masuk SMA dia jadi korban diberlakukannya kuota 50 persen bina lingkungan (biling), yang dipakai walikota di “kota kami” sebagai alat propaganda meraih simpati rakyatnya agar saat nyalon lagi untuk periode jabatan kedua nanti bisa terpilih kembali. Apes memang bagi calon peserta didik baru yang bermodal nilai ebtanas murni (NEM) kecil. Mau tidak mau akan terpental karena kalah bersaing memperebutkan kursi dari 50 persen kuota yang tersisa. Alhasil, pagi mendaftar secara online di SMA Negeri yang tergolong pinggiran, siangnya sudah ketahuan tidak diterima lantaran NEMnya tak kuat bersaing.  
Alhamdulillah dia dapat kursi di sebuah SMA swasta penyandang kualifikasi Grade A dan letaknya di tengah kota. Bicara keberuntungan, jelas dia beruntung banget, secara lingkup pergaulan sekolah di tengah kota begitu adalah nilai tambah (value added) tersendiri. Karena yang bersekolah di SMA itu banyak juga anak dari kalangan the have. Dan akhirnya sampai juga dia merasakan diajak plesir oleh kawannya yang punya mobil ke pantai yang jadi destinasi tersohor di sebuah kabupaten.
Tapi, sebagai siswa baru di SMA ini, kembali dia menjadi korban. Tatkala pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, “memaksakan” diberlakukannya Kurikulum 2013 (K-13) secara serentak di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Jadilah dia sejak semester ganjil kelas X dididik dengan kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter itu. Positifnya jam pelajaran dipadatkan dan hari belajar dikurangi, sehingga start belajar pukul 07.15 dan finish pukul 15.00 sejak hari Senin hingga Jumat, Sabtu-Minggu libur. Negatifnya banyak orangtua menerima keluhan anaknya yang merasa kelelahan dan kurang semangat.
Anehnya, anak kami ini terlihat enjoy-enjoy saja. Di rumah kebiasaanya masih seperti sejak kelas I SD, tak pernah belajar, tak suka baca buku apalagi koran, disuruh baca Quran pun katanya sudah ngaji di sekolah. ”Iya, itu kan di sekolah, kalau sekolahnya libur berarti ngajinya libur, maka diganti ngaji di rumah,” kata kami berdua ibunya. Dia bergeming dan ada pembiaran pula dari kami. Yang penting dia happy. Daripada dipaksa dia gonduk dalam hati. Yang jelas, salatnya tak perlu lagi harus diperintah/disuruh-suruh, namun cukup diingatkan saja “sudah salat belum”.
Anehnya, karena kurikulum baru, sehingga standar penilaiannya pun seperti anak kuliahan, nilainya berupa huruf bukan angka. Dan nilai rapornya ternyata bagus tak ada pelajaran yang harus diremedial, dengan indeks prestasi 3 koma. Padahal kalau dipikir apa iya bisa meraih nilai yang bagus kalau belajar saja ogah. Kenyataannya, begitulah yang terjadi. Sehingga komentar kami (saya dan ibunya), “dengan nggak belajar saja nilai adek bagus, berarti kalau belajar akan lebih bagus lagi”. Dia masih kami panggil “adek” hingga hari ini.
Aneh lagi, tatkala saat mengurus surat izin mengemudi (SIM), tes tertulisnya dia lulus namun gagal di praktik. Kata dia, “nggak masuk akal ujian praktiknya mutar-mutar membentuk angka delapan dan zig-zag, mana ada orang naik motor di jalan zig-zag”. Nah, dalam hatiku, ternyata anak ini ekstremnya kayak saya. Dan, ibunya sering melontarkan ungkapan, “emang anak bapaknya”. Ya… iyalah… emang anak siapa?

Aneh, Ya, setidaknya begitulah anak bungsu kami ini. Menakjubkan, luar biasa, hebat, dahsyat, busyet, kali bisa juga jadi ungkapan menunjukkan kekaguman pada dia.

Kamis, 04 Desember 2014

Ketika FB Menjadi Berkah

Mark Zukerberg, seperti dikutip Kompas Minggu (15/3/2009) memperkenalkan The FB (namanya saat itu), pada 4 Februari 2004, dari kamarnya di asrama Harvard University. Dengan dibantu beberapa teman, Zukerberg membuat jejaring mahasiswa melalui internet agar dapat saling kenal. Dalam 24 jam, 1.200 mahasiswa Harvard bergabung dan segera jejaring ini menyebar ke kampus lain.
FB kemudian diterjemahkan ke dalam 30-an bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Arab, dan dalam proses penerjemahan ke dalam 60 bahasa lain. Dengan pengguna begitu besar, pada tahun 2007 Microsoft rela membayar 240 juta dollar AS untuk mendapat 1,6 persen saham FB. Ini berarti FB ini bernilai 15 miliar dollar.
”Bila kita ingin berhasil pada abad ini, kita butuh lebih saling berhubungan dan kita butuh lebih mengetahui dari mana orang-orang datang dan kita butuh untuk lebih merasa saling terhubung,” kata Zukerberg (Grown Up Digital, 2009).
Prof BJ Fogg, penyelenggara mata kuliah Psychology of Facebook di Stanford University, menggambarkan bahwa ”Facebook saat ini menang karena menempatkan teman pada posisi terpenting. Cara kita berteman membentuk pengalaman kita di internet. Tidak ada teknologi lebih baik daripada pertemanan kita.”
Keberadaan Facebook (FB) selain membantu orang terhubung kembali dengan teman-teman lamanya satu kelas semasa di sekolah lanjutan atau satu kampus semasa kuliah, atau katakanlah satu sekolah dan satu kampus. Juga membuat orang memiliki banyak teman baru yang, baik strata kelas, status sosial, usia, dan profesi berbeda-beda. Serta membuat orang tergabung dalam sebuah grup (komunitas) yang sengaja diciptakan untuk menghimpun orang-orang dengan kegemaran dan peminatan yang sama.
Namun demikian, tak selamanya FB memberikan semua yang terurai di atas. Contohnya penulis, sejak bergabung pertama di FB pada 3 Juni 2011, sama sekali belum menemukan teman satu kelas di SMA atau di kampus. Penulis seperti kehilangan jejak ke mana mereka saat ini. Agak nelangsa sebenarnya, mengapa teman-teman masa SMA dan kuliah tidak (belum) terlacak satu pun. 
Atau sebenarnya mereka ada di jejaring sosial FB ini. Namun, menggunakan nama yang disamarkan sehingga tidak penulis kenali. Pertanyaannya mengapa mereka harus menggunakan nama samaran? Banyak alasan tentunya. Mungkin demi privasi atau bisa jadi karena ada hal lain yang harus dijaga kerahasiaannya. Tidak ada larangan memang tapi alangkah baiknya pakai nama asli.
Walaupun begitu tak mengapa, toh dengan bergabung ke FB ada nilai tambahnya. Setidaknya memberi kemudahan dalam mengakses informasi seluas-luasnya. Para teman yang membagi sebuah informasi melalui tautan yang mereka share menjadikan sesiapa pun melek akan sesuatu hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Sehingga jadi tahu dan paham, mungkin juga memberi manfaat.
Pendek kata, apa pun yang teman FB kita atau teman mereka share, kita juga akan tahu dan dapat mengaksesnya. Di sinilah kekuatan FB sebagai sebuah jejaring sosial. Sehingga, baik hal yang positif maupun negatif, dalam bentuk tulisan atau gambar akan mudah diakses karena akan muncul di dinding (linimasa) penggunanya. Kekuatan itu membuat FB menjadi media sosial yang paling banyak penggunanya. 
Kalau ada kekuatan, tentu sebaliknya pasti ada kelemahannya. Kalau memperlakukan FB tidak dengan bijak dan akal sehat, alamat akan menjerumuskan ke dalam jurang malapetaka. Banyak kasus orang tersangkut masalah hukum karena dilaporkan ke aparat berwajib oleh pihak yang dirugikan, setelah mengunggah gambar berbau SARA atau melecehkan individu atau institusi tertentu.
Ya, banyak orang melakukan kebodohan melalui laman FB. Mengunggah status atau gambar yang berpotensi melanggar norma sosial atau hukum positif yang berlaku di masyarakat dan negara. Di antara orang bodoh itu, mungkin penulis sendiri, Anda, mereka, dan siapa pun. Baiklah, kalau kita pernah melakukan kebodohan yang sama, anggap saja sebuah kekhilafan besar yang tak boleh diulang lagi di kemudian hari.

Ketika hari ini FB menjadi berkah bagi banyak orang, mungkin pada awalnya sama sekali tak terlintas di benak Zukerberg apa yang semula hanya diperuntukkannya bagi teman satu kampusnya, berubah menjadi jembatan penghubung umat manusia sedunia. Ya, ketika FB menjadi berkah, berkah itu di antaranya FB bisa mempertemukan orang-orang yang lama terpisahkan ruang dan waktu. Berterima kasih kepada FB, patut dihaturkan.



Selasa, 19 Agustus 2014

Prospek Kerja Jurusan Desain Sangat Luas

TIDAK semua orangtua bisa menerima pilihan sang anak saat kuliah. Apalagi ketika jurusan yang dipilih berkaitan dengan dunia seni, seperti desain.
Saat ini lulusan desain memiliki kesempatan karier yang cerah karena bidang kerja yang sangat luas. (Ilustrasi: College Cures)
Ketakutan akan prospek karier lulusan desain menjadi alasan utama orangtua merasa berat menerima pilihan tersebut. Padahal saat ini, bidang desain juga memiliki kesempatan karier yang cerah karena bidang kerja yang sangat luas.
Program Manager untuk Desain University Technology Sydney (UTS): INSEARCH Matthew Holt menyebut, kekhawatiran tersebut memang dialami oleh setiap orangtua. Bahkan, tidak hanya di Indonesia, fenomena tersebut juga terjadi di Negeri Kanguru.
“Itu bukan masalah di Indonesia saja. Di Australia juga sama. Banyak mahasiswa yang akhirnya memilih jurusan tertentu karena orangtua mereka menginginkan hal tersebut,” ujar Holt di Plaza Bapindo, Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (18/8/2014).
Namun, kata Holt, kekhawatiran tersebut bisa diatasi dengan sosialisasi kepada orangtua mengenai prospek karier bidang desain. Sebab, lanjutnya, saat ini kesempatan karier lulusan jurusan desain sangat luas.
“Desain itu beragam dan sangat luas, bisa dipakai dalam bidang apa pun karena desainer punya nilai berbeda saat ini. Mulai dari yang tradisional seperti desain fesyen dan arsitektur hingga desain jasa (service design),” ungkapnya.
Menurut Holt, desain dibutuhkan di semua bidang pekerjaan. Tidak hanya dalam industri tekstil, lulusan jurusan desain juga dibutuhkan dalam dunia penerbangan, pemerintahan, telekomunikasi, dan perbankan.
“Lulusan desain diperlukan di semua bidang, baik perbankan, penerbangan, telekomunikasi, pemerintahan, dan konsultan. Sementara desain jasa ialah bagaimana pengguna bisa berinteraksi dengan produk, seperti yang dilakukan oleh Apple melalui ITunes,” tutur Holt.
OKEZONE.KAMPUS

Senin, 18 Agustus 2014

UTS Kenalkan Dunia Desain ke Pelajar SMA

DESAIN menjadi salah satu jurusan dengan masa depan yang terbilang cerah. Apalagi mengingat Indonesia tengah menumbuhkan sektor industri kreatif, termasuk di dalamnya bidang desain.
Desain menjadi salah satu jurusan dengan masa depan cerah. Karena itulah, University of Technology Sydney (UTS) memperkenalkan bidang ini ke siswa SMA di Indonesia. (Foto: Margaret P/Okezone)
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 2 Januari 2014, sejak 2006, industri kreatif di Indonesia telah bertumbuh hampir 100 persen dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada 2013, industri kreatif Indonesia telah mempekerjakan lebih dari 11,9 juta pekerja dan menyumbangkan sekira tujuh persen terhadap total PDB atau Rp641,8 miliar. Ini merupakan sebuah peningkatan sebesar 10,9 persen dari 2012.
Menyadari hal tersebut, salah satu sekolah desain terbaik Australia, yakni University of Technology Sydney (UTS) Insearch hadir ke Indonesia untuk memberikan informasi mendalam terkait dunia desain kepada para pelajar SMA. Kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk workshop di delapan kota.
“Kami akan mengadakan workshop untuk pelajar SMA di beberapa kota. Mengenalkan mereka dengan proses dalam mendesain. Mulai dari ide, seleksi ide, sampai akhirnya menjadi suatu produk,” kata Program Manager untuk Desain UTS: INSEARCH Matthew Holt di Plaza Bapindo, Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (18/8/2014).
Holt menyebut, workshop tersebut akan berlangsung selama 18-29 Agustus 2014. Apapun kota yang menjadi sasaran ialah Jakarta, Bandung, Malang, Makassar, Semarang, Solo, Denpasar, dan Surabaya.
Channel Markerting Executive UTS:INSEARCH Indonesia Stefani Sugiarto menambahkan, workshop akan dilakukan di 1-2 sekolah mitra di masing-masing kota. Pemilihan sekolah pun beragam baik sekolah negeri, swasta, maupun internasional.
“Ini acara kedua. Animo tahun lalu cukup baik karena sekolah meminta kami untuk kembali mengadakan acara ini. Sekolah yang dipilih macam-macam, baik negeri, swasta, maupun internasional. Di tiap kota akan kami adakan berbeda. Ada yang satu hari ada yang dua hari,” papar Stefani.
OKEZONE.com

Rabu, 30 Juli 2014

Saling Memaafkan, Membuat Hati dan Jiwa Tenang

Setelah menunaikan kewajibab berpuasa Ramadhan sebulan penuh, sampailah saatnya merayakan Idul Fitri. Kata idul Fitri terdiri dari ’id dan al-fithr. Kata ’id berasal dari akar yang sama dengan kata-kata ’awdah atau ’awdatun, ’aadah atau ’aadatun dan isti’aadatun. Di mana kesemuanya mengandung makna asal ”kembali” atau ”terulang”. Kata ’aadat wa isti ’aadatun diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”adat” dan ”istiadat” yang berarti sesuatu yang selalu akan terulang dan diharapkan akan terus terulang, yakni sebagai ”adat kebiasaan”. Dalam bahasa Arab, hari raya diartikan dengan ‘id, karena ia akan selalu datang kembali berulang-ulang secara periodik setiap tahun.

Sedangkan al-fithr adalah satu akar dengan kata al-fihtrah, yang berarti ”kejadian asal yang suci” atau ”kesucian asal”. Secara kebahasaan, fithrah searti dengan khilqah, yaitu ciptaan atau penciptaan. Alloh sebagai Maha Pencipta adalah makna dari kata al-Khaliq atau al-Fathir. Dalam perkembangannya, istilah al-fithrah kemudian berarti “penciptaan yang suci”.

Dalam pengertian di atas, kata Nurcholis Madjid (2000), semua segi kehidupan seperti makan, minum, tidur dan apa saja yang wajar, tanpa berlebihan, pada manusia dan kemanusiaan adalah fithrah. Semua itu bernilai kebaikan dan kesucian karena semuanya itu berasal dari desain penciptaan Tuhan. Karena itu, berbuka puasa atau “kembali makan dan minum” setelah tadinya berpuasa juga disebut ifthar, yang secara harfiah dapat diartikan “memenuhi fitrah” yang suci dan baik. Dengan perkataan lain, makan dan minum adalah baik dan wajar pada manusia, merupakan bagian dari fitrahnya yang suci. Dari sudut pandang ini dapat dimengerti mengapa Islam tidak membenarkan manusia berusaha menempuh hidup suci dengan meninggalkan hal-hal yang wajar seperti makan, minum, tidur, berumah tangga dan lain sebagainya.

Dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulalloh Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Saya mendengar bahwa kamu (Abdullah bin ’Amr bin As) puasa sepanjang siang hari dan bangun untuk selalu salat malam? Benar, Ya Rasulalloh.
Beliau kemudian mengingatkan dengan sabdanya: ”Janganlah berbuat begitu, berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah untuk salat malam, karena sesungguhnya bagi tubuhmu ada hak, bagi kedua matamu ada hak, bagi isterimu ada hak dan bagi tamu juga ada hak”.

Hadis di atas menerangkan bahwa segala tindakan manusia yang meninggalkan kewajaran hidup manusia adalah tindakan melawan fitrah. Berangkat dari pemahaman tentang arti Idul Fitri tersebut, dalam perayaan Idul Fitri -setelah selesai berpuasa selama bulan Ramadhan terkandung makna kembali kepada hakikat yang wajar dari manusia dan kemanusiaan, yaitu wajar untuk memenuhi keperluan makan dan minum sampai kembalinya manusia kepada fitrah dalam arti mentauhidkan Alloh Subhanahu wata’ala dan hanya ingin berbuat yang baik dan benar.
Fitrah terkait dengan hanif, artinya suatu sifat dalam diri manusia yang cenderung memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Nabi saw bersabda:

الْبِرُّ مَااطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ، وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ

Kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat hati dan jiwa merasa tenang, sedangkan dosa adalah sesuatu yang membuat hati gelisah dan menimbulkan kebimbangan dalam dada (HR. Ahmad dan lain-lain. Syekh Al-Albani menilai hadis ini hasan)

Karena itu, idul fitri dapat berarti kembali kepada hati nurani, yang hanya cenderung kepada kebaikan dan kebenaran sesuai dengan fitrahnya. Keadaan ini hanya bisa diraih oleh orang yang benar-benar telah melatih dirinya dengan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Nabi Saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melaksanakan ibadah puasa atas dasar iman dan penuh perhitungan, maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat (HR. al-Bukhari dan Muslim)

*******

Idul Fitri berarti kembali kepada kesucian. Kesucian, kata Quraish Shihab (1992), adalah gabungan tiga unsur: benar, baik dan indah. Sehingga, seseorang yang ber-idul fitri dalam arti ”kembali ke kesuciannya” akan selalu berbuat yang indah, baik dan benar. Bahkan lewat kesuciannya itu, ia akan memandang segalanya dengan pandangan positif. Ia akan selalu mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah. Mencari yang indah melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika dan mencari yang benar menimbulkan ilmu.

Dengan pandangan demikian, ia akan menutup mata terhadap kesalahan, kejelekan dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, selalu dicarinya nilai-nilai positif dalam sikap negatif tersebut. Dan apabila hal itu tak ditemukannya, ia akan memberinya maaf bahkan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.

Karena itu, seiring datangnya Idul Fitri orang dianjurkan untuk saling bermaaf-maafan. Baik secara langsung dengan berjabat tangan atau sekadar mengirim ucapan melalui pesan singkat (SMS) atau status di media sosial (facebook atau twitter). Bila telah saling memaafkan, tentu akan membuat hati dan jiwa tenang karena tak ada lagi ganjalan kesalahan atau dosa terhadap orang lain.  

3 Syawal 1435 H

Sabtu, 31 Mei 2014

Mei

Tak terasa bulan Mei segera berakhir. Inilah bulan penuh penanda sejarah. Penuh luka berdarah bernanah. Penuh jerit tangis dan air mata. Ada kemungkinan banyak peristiwa yang secara kebetulan terjadi di bulan Mei. Dan, dari kemungkinan banyak itu, setidaknya yang melekat dalam ingatan dari generasi kakek-buyut sampai cucu-cicit masa mendatang ialah peristiwa 10 Mei 1963, 13 Mei 1969, dan 12 Mei 1998.
Matahari Departement Store (Mal Klender) dijarah lalu dibakar, banyak korban terpanggang sia-sia

10 Mei 1963, Peristiwa kerusuhan di hari Jumat. Konflik antara ‘geng’ yang beranggotakan mahasiswa etnis Tionghoa dan geng mahasiswa non Tionghoa di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Konflik ini dipicu oleh persaingan  memperebutkan bangku kuliah ketika tiba saat pergantian jam mata kuliah. Pergantian jam mata kuliah diikuti pula pergantian ruang kuliah. Hal ini mengharuskan mahasiswa berpindah ruang atau gedung kuliah. Sehingga menciptakan tradisi booking kursi tempat duduk di antara geng-geng mahasiswa. Mahasiswa etnis Tionghoa karena memiliki sepeda motor cenderung lebih cepat sampai ke ruang/gedung tempat pindah kuliah. Hal ini menimbulkan rasa cemburu di kalangan mahasiswa non Tionghoa, sehingga muncullah sentimen rasial.

Pada mulanya sentiment rasial terjadi di kalangan mahasiswa intern ITB, tapi kemudian meluas ke kampus lainnya bahkan ke masyarakat umum. Para penggalang solidaritas anti Cina itu di antaranya adalah Siswono Yudohusodo (mahasiswa ITB yang juga aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia/GMNI),  Dedi Krishna (mahasiswa Kimia Teknik ITB dan  anggota Persatuan Mahasiswa Bandung/PMB), Abdul Qoyum Tjandranegara (mahasiswa Kimia Teknik ITB), Muslimin Nasution (mahasiswa Mesin ITB), Parlin Mangunsong (mahasiswa Universitas Padjadjaran/Unpad), Soeripto (mahasiswa Unpad sekaligus aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis/Gemsos) dan Rahman Tolleng (aktivis mahasiswa yang juga kader Partai Sosialis Indonesia/PSI). Tokoh-tokoh ini kemudian mengadakan serangkaian konsolidasi untuk memberikan suatu ‘pelajaran’ kepada mahasiswa-mahasiswa etnis Tionghoa di ITB secara masal.

Kekerasan ‘ala’ mahasiswa ITB itu kemudian menjelma menjadi kerusuhan masal yang mengambil sasaran warga Tionghoa di kota Bandung. Kawasan Dago, Braga, Asia-Afrika, hingga Otista (Jl Otto Iskandardinata) yang memang banyak dihuni warga Tionghoa menjadi sasaran amuk massa. Toko, rumah, dan aset  milik etnis Tionghoa dirusak. Huru hara ini merembet ke kota-kota lain di Jawa Barat seperti Sumedang, Tasikmalaya, Cirebon dan yang terparah di Cianjur dan Sukabumi.
Peristiwa ini menimbulkan banyak reaksi. PKI dan kelompok kiri lainnya dengan segera mengeluarkan pernyataan bahwa peristiwa ini adalah peristiwa rasialis kontra revolusioner yang didalangi oleh sisa-sisa Masjumi dan PSI. Demikian juga Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) mempunyai pandangan yang sama. Sebaliknya Lembaga Pembinaan Kesatuan bangsa (LPKB) di bawah pimpinan Sindhunata mengeluarkan selebaran berisi pernyataan bahwa peristiwa ini disebabkan oleh prilaku orang Tionghoa yang eksklusif dan suka pamer kemewahan. Sudah tentu para pemimpin Baperki memprotes para pimpinan LPKB yang dianggap secara provokatif mengipasi kemarahan massa.

Peristiwa ini terjadi tidak lama setelah kunjungan Liu Shao Chi, Presiden RRT (Republik Rakjat Tjina) yang bertujuan mempererat hubungan kedua negara. Kunjungan ini adalah kunjungan kepala negara RRT yang pertama ke Indonesia. Anggota Baperki dan Partindo dikirim ke Cirebon untuk menolong korban kerusuhan dan menyelidiki sebab-sebab kejadian tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa kerusuhan ini direkayasa oleh para aktivis PSI dan Masjumi. Mereka menggunakan isi pidato Presiden Soekarno sebagai sinyal bahwa orang Tionghoa adalah musuh golongan Islam. Di dalam pidato tersebut, Presiden Soekarno mengucapkan terima kasih kepada pemerintah RRT yang telah membantu pemerintah Indonesia dalam menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA.
*********
13 Mei 1969, peristiwa kerusuhan di Kuala Lumpur, Malaysia. Dipicu oleh kemenangan Democratic Action Party (DAP) —partai terbesar golongan Tionghoa— pada Pemilu yang diadakan 10 Mei di mana Dr Tan Chee Khoon memenangi kursi dengan kelebihan suara yang besar di kawasan Batu di Selangor. Atas kemenangannya itu, Dr Tan Chee Khoon meminta izin kepolisian untuk melakukan pawai kemenangan oleh Partai Gerakan Kebenaran.
Dan secara bersamaan namun tanpa izin kepolisian DAP (sama-sama partai oposisi) juga mengadakan pawai. Namun, arak-arakan peserta pawai menyasar ke distrik Melayu Kampong Bahru sambil mengolok-olok kekalahan Partai UMNO (United Malaysia National Organization) yang menguasai pemerintahan sebelumnya. Tak ayal, olok-olok terhadap UMNO memicu partai-partai oposisi yang ikut pawai membuat keonaran, sehingga pecahlah peristiwa 13 Mei 1969.
Itu hanya pelantar belaka. Pemicu sesungguhnya adalah ketidakadilan yang diperbuat Jepang yang menduduki Tanah Melayu. Jepang menganakemaskan warga Melayu dan mengabaikan warga keturunan Tionghoa karena memang pernah ada benih permusuhan antara Jepang dan China yang pernah terlibat peperangan. Ketidakadilan dalam perlakuan pendudukan Jepang ini melahirkan permusuhan antara orang-orang Melayu dan China.
*********
12 Mei 1998, peristiwa kerusuhan yang dikenal sebagai “Tragedi Trisakti”. Pemicunya adalah ketidaksenangan kalangan aktivis mahasiswa dipilihnya kembali Soeharto menjadi Presiden RI untuk masa jabatan periode 1998-2002 oleh MPR.     
Tak terasa dua windu sudah peristiwa 12 Mei 1998 berlalu meninggalkan jejak sejarah paling kelam di negeri ini. Meninggalkan kenangan buruk bagi keluarga syuhada Trisakti yang begitu mendambakan buah hati mereka menggapai cita-cita yang diidamkan. Sejarah tentang gejolak anak bangsa yang memberontak menuntut reformasi setelah jenuh deformasi.

Kerusuhan yang berlangsung beberapa hari tersebut telah banyak memakan korban jiwa dan materi. Bila dibandingkan dengan kerusuhan-kerusuhan sebelumnya, kerusuhan Mei 1998 merupakan kerusuhan terburuk yang pernah terjadi di Indonesia. Dalam kerusuhan tersebut, menurut TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta), korban meninggal sebanyak 1.217 orang, luka-luka 91 orang, dan hilang 31 orang. 4 orang Mahasiswa Universitas Trisakti tewas ditembak Aparat Militer. Mereka adalah Elang Mulyana Lesmana (19), Hery Hartanto (21), Hendriawan Sie (20), dan Hafidhin Royan (21). Keempat mahasiswa tersebut dikenang sebagai Pahlawan Reformasi.

Kerusuhan rasial di mana etnis Tionghoa diperkosa lalu dibunuh dan harta bendanya dijarah, toko-toko, bank, mal/supermarket dijarah dan dibakar. Tragedi ini menjadi babak baru sejarah Indonesia yang selama 32 tahun dibelenggu pemerintahan Orde Baru. Memang tak bisa dipungkiri, pemerintahan yang telah membuat kehidupan begitu nyaman dengan segala fasilitas subsidi yang diberikan dan harga komoditas yang dikondisikan tidak pernah bergerak naik maupun turun. Stabilitas. Ya, begitu paham yang dianut.

Namun, meski dinyamankan kondisi stabilitas yang terkendali, ketika krisis moneter sejak Juli 1997 yang melanda Thailand, Korea Selatan dan menyebar ke negara lainnya tak urung Indonesia terkena imbas juga. Kondisi harga mulai merambat naik tak terkendali, membuat masyarakat kelimpungan. Lalu, dari sinilah huru-hara dimulai. Krisis moneter itu memicu terjadinya krisis politik di dalam negeri, apalagi ketika Soeharto masih ngoyo untuk naik tahta kekuasaan pada Pemilu 29 Mei 1997.
Menghadapi demonstrasi yang bertubi-tubi dan kerusuhan yang tidak terkendali atas desakan dari berbagai elemen masyarakat termasuk tokoh-tokoh politik deklarator Ciganjur saat itu seperti Abdurachman Wahid (Gus Dur), Amien Rais, Megawati Soekarno Putri, Sultan Hamengkubuwono X, Emha ainun Nadjib (Cak Nun), Nurcholis Madjid (Cak Nur) dan lainnya mendesak Presiden Soeharto untuk segera turun dari jabatannya guna menghindari kerusuhan yang lebih besar, Ketua MPR Harmoko yang dua bulan sebelumnya meminta Soeharto untuk kembali memimpin Republik Indonesia karena alasan bahwa seluruh rakyat Indonesia masih menginginkan Soeharto untuk memimpin Indonesia, pada saat itu kembali menarik ucapan bahwa ternyata rakyat Indonesia sudah tidak menginginkan Soeharto untuk memimpin Indonesia dan mengharap Presiden Soeharto segera lengser keprabon.

Sebenarnya pendukung Soeharto saat itu sangat besar, namun untuk menghindari adanya korban jiwa dan materi yang semakin banyak, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 Presiden Soeharto membacakan pidato tentang pengunduran dirinya dan secara konstitusional memberikan jabatan presiden kepada  Wakil Presiden BJ Habibie untuk melanjutkan tampuk kekuasaan di Indonesia. Dari pemerintahan Presiden Habibie inilah kemudian reformasi digulirkan dengan agenda-agenda perbaikan  di berbagai bidang kehidupan berbangsa baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan maupun pertahanan dan keamanan.

Dan, yang paling menyita perhatian dunia adalah keputusan BJ Habibie membuka celah dilaksanakannya "memorandum" bagi rakyat Timor Timur untuk menentukan nasib apakah masih akan tetap bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau mendirikan negara merdeka. Hasil pemungutan suara menentukan mayoritas rakyat Timor Timur menginginkan memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan negara sendiri yang meredeka dan berdaulat. Maka, sejak itu Timor Timur bukan lagi merupakan salah satu provinsi yang ada dalam bagian NKRI.

dari berbagai sumber...

*********
Gema Seribu Bahasa

Mengenang: Elang Mulya Lesmana, Hery Hertanto,
Hendriawan Sie, Hafidin Royan.
syuhada tragedi Trisakti, 12 Mei 1998
juga: M. Yusuf Rizal dan Saidatul Fitriah
syuhada tragedi UBL Lampung, September 1997

sewindu sudah
bagi mereka mungkin begitu gampang melupakanmu
tapi tidak bagiku
tiap kali aku lewati
jalan aspal di mana tubuhmu tersungkur
aroma amis darah tercium lagi
tiap kali aku kecup
selongsong peluru yang dulu merebahkan tubuhmu
wangi rambutmu tercium lagi

sewindu sudah
selongsong peluru yang kupungut di depan kampus itu
kusimpan baik-baik
untuk mengenang jejak-jejak yang tertinggal
irama reformasi yang dulu mengalun kencang
kini hanya tinggal gema belaka
karena jalan yang dilaluinya berbelok ke mana-mana
sehingga tidak pernah sampai pada tujuan

sewindu sudah
alangkah cepat waktu menghapus tapak lars itu
dan oknum aparat yang dulu menghempaskan peluru
entah ke mana pergi dan di mana kini
kian jauh dari sentuhan hukum yang menggapai lunglai
yang tinggal, jejak sejarah yang terluka
kini perihnya kadang terasa
bila pikiran ibumu menziarahi kenangan masa kecilmu
bila sedu sedannya yang tertahan memecah sunyi
tiap kali menyeka beku embun yang menggenangi bingkai fotomu
dan desis lirihnya lewat angin yang mengusung mimpi
memetakan kembali apa yang diidamkannya
berfoto bersama saat kau diwisuda
dan kau mengabdi bagi ibu pertiwi dengan idealisme yang tinggi
tapi semua hanya angan yang melayapi sepi

sewindu sudah
mata ibumu membasah jika mengenang lagi:
semua temanmu sudah pada sarjana,
sudah pada bekerja, sudah pada berkeluarga,
tapi juga sudah pada lupa hakikat reformasi yang diperjuangkan,
karena sudah pada terjebak perangkap birokrasi,
hukum alam; selagi di luar teriak sampai parau,
begitu duduk di belakang meja diam seribu bahasa
apatis terhadap apa yang diperjuangkan saat unjuk rasa
terpacak diam di ujung kegalauan
getirnya dunia nyata tidak seperti teori yang diajarkan
apalagi di zaman yang semakin edan ini
sopo sing ora melu edan ora keduman

sewindu sudah
teman-temanmu coba mengenang lagi perjuangan dulu
akhirnya mereka menertawakan diri sendiri
menertawakan orang-orang yang terus berjuang
orang-orang yang terus merobohkan pagar gedung dewan
”ah… nanti kalian seperti saya,” desisnya
dulu teriak lantang, kini hanya bisa bungkam
omong kosong reformasi,
bila kehilangan esensi
omong kosong unjuk rasa,
selalu saja ada provokator mengacaukannya
negara milik mahasiswa saat unjuk rasa
selebihnya milik pemerintah yang berkuasa

Bandarlampung, Mei 2006


Sabtu, 15 Februari 2014

Februari

Tahun 1994 tepatnya hari Selasa tanggal 15 Februari, sehari sehabis orang-orang asyik masyuk merayakan Valentine’s Day, gelegar hebat mengguncang Liwa (Lampung Barat) berkekuatan 6,5 skala richter, pusat gempa Sesar Semangko, Samudra Hindia. Dari situs id.wikipedia.org dinyatakan hampir semua bangunan permanen di Liwa rata dengan tanah. Tak kurang dari 196 jiwa dari beberapa desa dan kecamatan di Lampung Barat tewas, sementara jumlah korban yang terluka hampir mencapai 2.000 orang. Rata-rata mereka tewas dan terluka karena tertimpa reruntuhan bangunan. Jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal hampir mencapai 75 ribu. Dampak gempa terasa hingga radius 40 kilometer dari ibu kota Kabupaten Lampung Barat tersebut. Fasilitas umum dan akses transportasi serta komunikasi lumpuh total. (baca lengkap di https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Liwa_1994

Peta isoseismal gempa Krui 23 Agustus 2011
Liwa dan sekitarnya memang merupakan daerah rawan gempa karena kerap terjadi pergesekan dua lempeng, yakni Eurasia dan Indo Australia. Sejak 1994 secara periodik gempa sering terjadi, Minggu 29 Mei 2011 sekitar pukul 07.00 WIB, gempa berkekuatan 6,3 skala richter kembali mengguncang sebagian daerah di Kabupaten Lampung Barat. Menurut Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa itu berada pada kedalaman 10 kilometer pada lokasi 6.01 Lintang Selatan dan 103.24 Bujur Timur, sekitar 119 kilometer Barat Darat Daya Krui. Selasa 23 Agustur 2011 sekitar pukul 03.12 WIB terjadi gempa berkekuatan 6,2 skala richter dengan pusat 140 kilometer Barat Daya Krui atau berlokasi di 6,45 Lintang Selatan 103,91 Bujur Timur dengan kedalaman 10 kilometer.
Gempa berkekuatan 5,9 skala richter kembali mengguncang Krui, Lampung Barat, pukul 16.18 WIB kemarin (hari dan tanggal ?). Informasi yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung menyebutkan, gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Pusat gempa berada di laut dengan kedalaman 25 kilometer atau di 6,60 Lintang Selatan, 103,74 Bujur Timur, atau 158 km dari barat daya Krui. Gempa terjadi akibat lempeng Indo Australia menyusut di bawah lempeng Eurasia.

Pijar api pada letusan Gunung Kelud
Tahun 2014 tepatnya hari Kamis tanggal 13 Februari, sehari sebelum orang-orang asyik masyuk merayakan Valentine's Day, didahului petir menyambar lalu gelegar Gunung Kelud memancarkan pijar api dan memuntahkan abu vulkanik disertai bebatuan. Gempa Vulkanik yang terjadi pada pukul 22.50 WIB itu kontan membuat warga sekitarnya panik.
Ketinggian Awan dari erupsi Sinabung
Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah pada tanggal 26 Oktober 2010 ketinggian awan panasnya mencapai 1,5 kilometer. Gulungan awan panas itu meluncur menyapu permukiman penduduk dukuh Kinahrejo, desa Umbulharjo, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, pada radius 5 kilometer dari puncak Merapi. Sehingga menewaskan lebih dari 200 orang, salah satu yang jadi korban adalah Raden Mas Ngabehi Surakso Hargo alias Mbah Maridjan yang bernama asli Mas Panewu Surakso Hargo, kuncen (juru Kunci) Gunung Merapi. Meski demikian, letusan Gunung Kelud lebih dahsyat dari Merapi. Sehingga merupakan salah satu letusan gunung berapi terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia. Sedangkan ketinggian awan pada erupsi Gunung Sinabung melebihi Gunung Etna.

Banyaknya korban tewas pada erupsi Merapi, dipengaruhi faktor kesetiaan kepada Mbah Maridjan oleh penduduk setempat. Meski telah diperingatkan berulang kali agar warga turun ke tempat pengungsian yang telah disediakan, namun karena Mbah Maridjan bertahan tidak mau mengikuti anjuran untuk turun, maka sebagian penduduk pun ikut bertahan di kediamannya. Ketika erupsi Merapi makin menjadi dan luncuran awan panas yang oleh penduduk setempat dinamai wedus gembel makin dahsyat menyapu, akhirnya rumah-rumah yang umumnya terbuat dari bangunan semi permanen berupa anyaman bambu tak urung luluh lantah, dan penghuninya tercatat sebagai korban tewas.

Suasana hujan abu di kawasan Jalan Malioboro pascaerupsi Gunung Kelud
Kelud memuntahkan abu vulkanik yang begitu dahsyat sehingga membuat gelap di beberapa kota, seperti Jogjakarta dan Solo dilanda hujan abu hebat sehingga membuat jarak pandang hanya 10 meter dan membahayakan paru-paru bila tidak menggunakan masker. Kota Mojokerto, Tulung Agung, Malang dan Surabaya serta Blitar tidak begitu dahsyat hujan abu sehingga cukup aman. Solo, DIY (termasuk Kabupaten Bantul) memang cukup parah hujan abunya, mungkin karena faktor hembusan angin dari timur ke barat yang membawa abu Kelud terlontar jauh ke barat. Dan memang lontaran abu vulkanik Gunung Kelud mencapai ketinggian 1,5 kilometer, itu juga yang memengaruhinya bisa mengenai daerah Jawa Tengah sekiatarnya.

Jauh sebelum Kelud menghadiahi momen Valentine's Day hujan abu untuk Jogja-Solo dan sekitarnya, erupsi Gunung Sinabung di Tanah Karo (Sumatera Utara) telah mendahuluinya. Meski hanya ada 14 korban tewas dan 3 luka-luka, namun letusan Gunung Sinabung yang terjadi Sabtu, 1 Februari 2014 itu membuat 17 ribu warga dari 21 desa di dekat Gunung Sinabung mengungsi.

ring of pink
Kedatangan bulan Februari tahun 2014 ini diwarnai suasana gelap di mana-mana. Gelap di barat karena paparan debu akibat erupsi Gunung Sinabung. Gelap di timur akibat hujan abu dari erupsi Gunung Kelud. Ya, tanggal 14 Februari, ditandai sebagai hari kasih sayang (Valentine's Day), orang-orang yang menggilai romatisme dan mengkultuskan perayaan, tentu akan menyambut gembira dengan menyiapkan segalanya demi merayakan hari spesial tersebut. Valentine's Day bagi orang yang merayakannya, biasanya ditandai dengan coklat, bunga mawar, dan warna pink.

Mengapa Valentine's Day selalu identik dengan coklat, mawar, dan warna pink? Entahlah. Saya tidak bisa memberi penjelasan secara detil. Yang, jelas mengapa gempa Liwa terjadi sehari sesudah Valentine's Day dan Gunung Kelud meletus sehari sebelum Valentine's Day? Ini yang harus dicari jawabnya. Setidaknya suasana gelap melanda cakrawala Indonesia akibat hujan abu dari erupsi Sinabung dan Kelud, menjadi bahan pemikiran bahwa jangan hanya suasana terang warna pink dan segar aroma mawar yang mesti dinikmati indera pernapasan kita. Cobalah sesekali nikmati sesaknya bau belerang yang dikirim Sinabung dan Kelud.

Jadikanlah bencana yang melanda sebagai wadah introspeksi, ciptakan ruang sunyi untuk menikmati kesendirian. Mungkin bukan hanya kita yang tidak merayakan Valentine's Day, bisa jadi banyak orang tak merayakannya dan tak menikmati rasa coklat, romantisme warna pink, dan aroma mawar. Tentu, saudara-saudara kita yang dilanda erupsi Sinabung dan Kelud lebih menderita dari kita yang sekedar tak merayakan Valentine's Day tahun ini. Mungkin bukan hanya kita yang tidak punya pasangan. Banyak lajang di luar sana yang melewati momen spesial hari kasih sayang dengan sendiri. Mungkin ada yang kehilangan pasangan akibat bencana Sinabung dan Kelud. Dan bisa jadi, sejak jauh hari mereka telah menyepakati janji untuk merayakan Valentine's Day, tapi apa daya salah satu di antara mereka harus pergi jauh dan tak kembali. Artinya, jangankan merayakan hari kasih sayang berdua, pasangan yang dicinta pun telah tiada.

Berbahagia memang, pasangan Muhammad Ismail dan Ema Pepayosa Br Ginting yang sempat melangsungkan pernikahan di tenda pengungsian Gunung Sinabung. Sedih tentunya, bagi seseorang yang (jangankan menikah) kekasih hati pun hilang untuk selama-lamanya.


Muhammad Ismail sedang melafalkan Ijab Kabul untuk sang pengantin wanita di hadapan penghulu akad nikah
MESKI tinggal di pengungsian, tidak menyurutkan niat sepasang kekasih ini Muhammad Ismail (22) dan Ema Pepayosa Br Ginting (19) untuk menikah. Pernikahan itu berlangsung di lokasi pengungsian Meka Mehuli di Jalan Samura, Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), Senin (3/2), disaksikan keluarga dan para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung lainnya.
Pengantin laki-laki, Ismail merupakan pengungsi asal Desa Gung Pinto, Kecamatan Naman Teran. Sedangkan, Ema berasal dari Desa Biak Nampe, Kecamatan Munte. Sepasang kekasih ini menjadi pengungsi bersama 644 jiwa atau 170 keluarga lainnya.
Pantauan di lokasi, kedua mempelai duduk berdampingan di atas tikar di bawah tenda pengungsian yang terbuat dari rangka besi. Pengantin wanita mengenakan busana dan kerudung berwarna merah, sedangkan mempelai pria mengenakan kopiah, baju koko dan celana jeans biru. Untuk maharnya, Ismail menyerahkan sehelai kain sarung merek Wadimor.
"Sudah empat tahun kami dekat. Dulu pernikahan direncanakan September 2013, tapi dibatalkan karena bencana Sinabung dan belum berhenti juga. Ya akhirnya niat itu kami laksanakan menikah di pengungsian saja," kata Ismail.
Setelah mengulang lafaz ijab kabul dua kali, sekitar pukul 11.00 WIB proses pernikahan selesai. Petugas pencatat nikah Kecamatan Kabanjahe, Muhammad Nur, yang memimpin proses ijab kabul itu juga bertindak sebagai wali nikah bagi Ema kendati ayah kandungnya Ahmad Joni Muslim juga hadir di lokasi pernikahan.
Usai nikah, kedua mempelai menyalami semua pihak keluarga yang hadir. Tak ada makanan dan minuman yang disajikan saat itu, hanya kebahagiaan terpancar dari seluruh yang hadir. Jika gunung sudah tenang, mungkin resepsi bisa digelar secara patut. "Meski sudah menikah, kayaknya kami tetap tinggal di pengungsian sampai Gunung tidak meletus lagi," kata Ismail lirih. (kabar3.com)