Kamis, 09 Agustus 2012

Jangan Pernah Berhenti

     Alkisah ada seorang anak yang terlahir dengan kedua matanya buta. Tapi ibunya mencari di balik kekurangan anaknya pasti tersembunyi kelebihan. Si ibu menemukan bahwa anaknya punya kemampuan bernyanyi dengan vokal yang berkarakter. Dan oleh si ibu bakat ini diasah tanpa henti, akhirnya si anak bisa tampil di muka publik dalam sebuah acara televisi.

Ludwig Van Beethoven, komposer hebat ini begitu terkenal dengan lagu-lagu klasik yang digubahnya sebelum dia mengalami kehilangan pendengaran dan akhirnya tuli secara permanen. Stevie Wonder, meski buta punya kemampuan menciptakan lagu dan menyanyikannya, juga menjadi produser rekaman. 

Tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu esensi manusia justru terletak pada ketidaksempurnaannya itu. Membaca kisah-kisah orang sukses, mereka bukanlah manusia sempurna tanpa kekurangan. Banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri mereka. Hanya saja mereka mencoba untuk mengeksplor kelebihannya dan fokus sehingga dapat menyembunyikan segala kekurangan yang mereka miliki.

Alexander Graham Bell mengatakan; “Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi acapkali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup. Sehingga, kita tidak mampu melihat pintu yang telah dibuka untuk kita.”

Selain nama-nama di atas, banyak nama lain yang memiliki kekurangan secara fisik (penyandang difabel), tapi mereka menggali potensi yang ada dalam diri mereka untuk menjadi bermanfaat dan menginspirasi banyak orang. Sebut saja misalnya Habibie Afsyah, pemuda kelahiran Jakarta, 6 Januari 1988. 
Habibie Afsyah

Sejak usianya belum genap setahun, penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker menggerogotinya, merusak saraf motorik di otak kecilnya, membuat massa tubuhnya tidak bisa tumbuh sempurna, dan sebagian besar anggota badannya tidak bisa digerakkan. Tapi dari kekurangannya itu dia kembangkan kelebihan yang dimilikinya, sehingga penyandang disabel ini ngetop dengan statusnya sebagai Suhu Internet Marketing dengan bermula sebagai mitra atau affiliate Amazon.com lalu AdSense.com, dari bisnis online ini dia berhasil meraup komisi puluhan ribu dolar. Dia bersama ibunya getol mengampanyekan forum Be Your Self. Melalui forum ini tersebut, mereka mengajak anak-anak berkebutuhan khusus untuk menggali potensi dan mengembangkan diri agar mandiri, tidak tergantung orang lain. Juga mendirikan yayasan Habibie Afsyah dan mimpinya membangun IDCC = Indonesia Difable Care Community.


    Ferrasta Soebardi alias Pepeng. Dia menang lomba lawak mahasiswa pada tahun 1978 sebagai juara pertama. Juara keduanya adalah Krisna Purwana dan juara ketiga Nana Krip. Ketiganya lalu membentuk grup lawak bernama Bahana Joke dan juga FKR 246. Sempat pula mendirikan grup musik humor GMSelo (Gerak Musik Seloroh). Pada tahun 1986 ketiganya diajak Sys NS bergabung dalam Sersan Prambors, sebuah program di radio Prambors. 

Subhanallah!!! Meski dalam "belenggu" kursi roda
    Pepeng tetap istikomah untuk menunaikan ibadah 
    sholat. Cerminan orang yang memiliki pendalaman 
agama yang kuat mengakar dalam jiwa.

Sukses di kancah musik humor, dunia film kemudian dirambah Pepeng. Film yang dibintanginya antara lain Rojali dan Juleha (1979), Sama-Sama Enak (1986), dn Anunya Kamu (1986). Pada tahun 1987 Sersan Prambors bubar, nama Pepeng pun menghilang dari blantika hiburan. Pepeng memilih berkarier sebagai pegawai kantor. Dia jadi pegawai Bank Pinaesaan (1988) lalu pindah ke Bakrie Brothers (1989). Pada 1992, nama Pepeng kembali mencuat dan langsung bikin heboh. Dia muncul dengan gayanya yang ekstrem dalam membawakan sebuah acara kuis. Padahal waktu itu seorang pembawa acara kuis selalu tampil dengan elegan. Kuis itu dikenal dengan nama Telekuis Jari-Jari, sebuah program acara interaktif melelui telepon selama tiga menit di layar kaca RCTI.

Pepeng terkena penyakit langka yang dikenal dengan nama Multiple Sclerosis (MS) yakni sebuah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan memunculkan terjadinya proses imflamasi (peradangan) pada tulang belakang. Penyakit ini akan mengganggu penyampaian ”pesan” antara otak dan bagian-bagian tubuh lainnya. Penyakit MS yang dideritanya menyebabkan mantan presenter kondang ini mengalami kelumpuhan dan setiap saat merasakan nyeri yang luar biasa dari pinggang hingga ujung kaki. Akibat penyakit ini mengharuskannya memakai kursi roda. Di tengah rasa sakit yang menyiksa Pepeng bergulat dengan TA (tugas akhir) karya tulis setingkat thesis, akhirnya Pepeng bisa menyelesaikan studinya di Pasca Sarjana Psikologi Universitas Indonesia, jurusan Psikologi Intervensi Sosial pada tanggal 4 Agustus 2006 dengan nilai sangat memuaskan (A). 

   Kisah Habibie Afsyah dan Pepeng yang memberdayakan diri sendiri dari kekurangan menjadi kelebihan. Ada juga penyandang tuna rungu dan tuna wicara yang diberdayakan sebagai karyawan pada sebuah pencucian mobil di daerah Batujajar, Bandung, Jawa barat. Para pelanggan yang mencucikan mobilnya mengomunikasikan keperluannya tentu saja harus dengan bahasa isyarat sebagaimana yang biasa dipergunakan para penyandang cacat pendengaran dan percakapan tersebut. Semuanya bisa terjadi berkat dukungan orang-orang di sekitar mereka. 

  
  Ketika diminta untuk berpidato pada acara wisuda di Universitas Oxford, Winston Churchill, mengonsep naskah pidatonya berjam-jam. Ketika saat pidato itu tiba, Churchill hanya mengucapkan tiga patah kata "never give up" (jangan pernah berhenti). Pejuang kemanusiaan Nelson Mandela dan Kim Dae Jung mengalami penyiksaan, hampir dibunuh, bahkan dipenjara, tetapi toh tidak berhenti berjuang.
   
  Kesuksesan orang-orang hebat di atas, tidak serta merta mereka raih dengan mudah. Banyak kegagalan mereka alami dan penolakan yang mereka terima dari berbagai pihak. Tapi terus mencoba dan tak berhenti adalah kunci menggapai kesuksesan yang mereka nikmati sekarang.
                       

Referensi:


-       id.wikipedia.org/wiki/Pepeng

-       http://cahcilik4869.blogspot.com /2012/06/penyandang-cacat-juga-berhak-mendapat.html

-       Gede Prama; Jangan Pernah Berhenti, Surat Kabar ”TRANS SUMATERA”, Sabtu, 7 April 2001.
-       Rivaldo Fortier; Belajar kepada Srigala, BukuBiru, Jogjakarta, Juli 2012. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.