Setelah pasti
piranti dan pernak pernik apa yang akan dibawa ke Solo bagi keperluan osmaru.
Mulailah upaya melengkapinya, pertama si anak brows internet untuk mendapatkan prototipe
papertoys yang akan diduplik, dari banyak pilihan dicomotlah spiderman,
superman, dan ironman. Dan tugas mendesain ID Card saya harus terlibat karena si
anak belum gapah ngoperasiin perangkat lunak satu ini. Pake Photoshop CS5 bikin
saya terseok lantaran di kantor biasa Photoshop CS3 atau 4. Setelah jadi
desainnya diselipkan di flashdisc lalu hunting tempat nge-print. Sebab
ukurannya melampaui A4 tapi kurang dari A3, jadi gak ketemu ada printer yang
sesuai. Dibawa lagi pulang di-cut
jadi dua bagian, nah ketemu dah solusinya baru bisa diprint.
Ada yang bikin
ngilu tulang, memacu motor berburu tali kur warna ungu. Berboncengan dengan
nyonya, perburuan dimulai dari toko Surya gedungmeneng nggak ada, lanjut ke
arah kota menikmati jebakan kemacetan, harus cerdas memilih jalur agar bisa
nyelip di sela-sela kendaraan lainnya. Sampailah di toko Fajar Agung, wah
banyak rupanya tapi gak ketemu warna yang dimaksud. Bergeser ke Gramedia, hanya
ada tiga warna kuning, merah, biru. Nyoba nguber ke Hypermart Central Plaza,
jangankan warnanya tali kurnya pun malah nggak ada sama sekali. Segera ngibrit
karena tenggat waktu semakin mendesak. Harus nyampe rumah sebelum beduk tanda
berbuka ditabuh dan adzan magrib berkumandang. Sempat mampir beli bahan berbuka
di depan pasar Koga untuk teman es nata de coco yang nanti disiapkan di dapur.
Belum enteng perasaan karena masih digayuti penasaran, iseng aja ah mampir lagi
di fotokopian depan UMITRA kali aja ada tali kur itu, nihil juga akhirnya.
Lega rasanya
karena ada sisa waktu cukup untuk meracik es nata de coco. Lega juga ternyata
si anak yang tadi pergi memberesi urusan print papertoys dan ID Card ternyata
nemu tali kur warna ungu tersebut di toko kawasan Kemiling atas. Ah, ibunya gelo
karena si anak enggan banget sms ngasih tawu kalo dah dapet tali kur itu,
sementara ibunya kepikiran banget gimana kalo sampe nggak dapet padahal besok
harus berangkat ke Solo. Kekhawatiran seorang ibu manakala anaknya baru mau
belajar merantau, yang selama ini tawu-tawu segalanya beres. Yah, lumrah….
Ngomong-ngomong
urusan mengemas pakaian ke dalam koper. Pat dilipat sedapat mungkin muat. Telah
diselipkan sajadah berikut sarung, ini properti paling dibutuhkan bila ingin
berurusan dengan Allah swt, tapi si anak ‘ngajak ribut’ memaksa agar sarung
dikeluarkan. Oke daripada berantem beneran, sarung saya cabut dari celah-celah
pakaian yang sudah menyesaki koper itu. Setelah si anak benar-benar pergi dari
rumah menuju standplat bus yang akan mengangkutnya ke Solo, baru melintas di
ingatan kalau ternyata lupa membawakan seprei dan sarung bantal padahal di
kamar kosnya tentu saja hanya disediakan kasur dan bantal minus pembungkusnya.
Ah, beruntung
saja pembungkus tititnya tidak kelupaan. Ah, saya jadi ingat apa yang dilakukan
bokapnya Raditya Dika (sesuai apa yang saya baca di bukunya Dika itu lho)
manakala Dika hendak kuliah di benua Kanguru apa sewaktu Dika hendak ikut
pertukaran pelajar ke Jepang (agak lupa setting ceritanya gimana… ya… takut
nanti Dika marah dan nuduh saya ngaco), atas suruhan bokapnya Dika sopir
pribadi mereka tergopoh-gopoh ke bandara hanya untuk nganterin bungkusan CD
untuk nambah-nambah takut kalau Dika kehabisan CD di sana. Dika begitu sewotnya
seraya ngomong gini; ngapain mang banyak-banyak mbawain CD, kayak di sana nggak
ada jualannya aja…. Ah, saya kembali ketawa geli, seperti saat baca buku itu.
Yah, pikiran anak dan bokap tidak akan pernah klop karena berangkat dari dasar
yang berbeda. Bokap khawatir kalau nanti anaknya sampai kehabisan ‘busana si
kecilnya’ sedang anak tak berpikir sejauh itu. Bedakan dasarnya.
Di perjalanan,
entah malaikat apa syetan yang menggugah si anak untuk mengirim sandek (pesan
pendek) ke hape ibunya untuk menanya ulang “Abi jadi dibawain sarung gak sih?”
Ibunya membalas sandek itu dengan jawaban tegas: “nggak.” Sebenarnya apa
susahnya bawa sarung yang udah rapi jali di dalam koper wong tinggal angkat aja
kopernya kebawa tuh sarung. O, ya, tentang papertoys. Akhirnya yang benar-benar
dirakit (assembled) adalah superman dan agar nggak penyok dimasukkan kotak
sepatu. Untung sepatu baru, kalo sepatu dah lama dipake dan malas nyucinya,
bisa pening palak tuh superman
asemblingan.
Sungguh pamali rasanya bila hendak bepergian
‘dibumbui’ keributan antara yang hendak berangkat dan yang ditinggal. Sedapat
mungkin jangan dijadikan kebiasaan dan diusahakan menghindarinya. Dikhawatirkan
bakal jadi sinyal bagi kejadian yang tidak diinginkan, misalnya ditimpa musibah
sewaktu dalam perjalanan (bagi yang berangkat) atau terjadi kemalangan (bagi
yang ditinggalkan). Kedengarannya mengerikan, tapi serius kalau urusan sepele
dan remeh temeh ini tidak boleh diabaikan demi keselamatan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.