Selasa, 07 Agustus 2012

Tali Kur Warna Ungu

Setelah pasti piranti dan pernak pernik apa yang akan dibawa ke Solo bagi keperluan osmaru. Mulailah upaya melengkapinya, pertama si anak brows internet untuk mendapatkan prototipe papertoys yang akan diduplik, dari banyak pilihan dicomotlah spiderman, superman, dan ironman. Dan tugas mendesain ID Card saya harus terlibat karena si anak belum gapah ngoperasiin perangkat lunak satu ini. Pake Photoshop CS5 bikin saya terseok lantaran di kantor biasa Photoshop CS3 atau 4. Setelah jadi desainnya diselipkan di flashdisc lalu hunting tempat nge-print. Sebab ukurannya melampaui A4 tapi kurang dari A3, jadi gak ketemu ada printer yang sesuai. Dibawa lagi pulang di-cut jadi dua bagian, nah ketemu dah solusinya baru bisa diprint.
Ada yang bikin ngilu tulang, memacu motor berburu tali kur warna ungu. Berboncengan dengan nyonya, perburuan dimulai dari toko Surya gedungmeneng nggak ada, lanjut ke arah kota menikmati jebakan kemacetan, harus cerdas memilih jalur agar bisa nyelip di sela-sela kendaraan lainnya. Sampailah di toko Fajar Agung, wah banyak rupanya tapi gak ketemu warna yang dimaksud. Bergeser ke Gramedia, hanya ada tiga warna kuning, merah, biru. Nyoba nguber ke Hypermart Central Plaza, jangankan warnanya tali kurnya pun malah nggak ada sama sekali. Segera ngibrit karena tenggat waktu semakin mendesak. Harus nyampe rumah sebelum beduk tanda berbuka ditabuh dan adzan magrib berkumandang. Sempat mampir beli bahan berbuka di depan pasar Koga untuk teman es nata de coco yang nanti disiapkan di dapur. Belum enteng perasaan karena masih digayuti penasaran, iseng aja ah mampir lagi di fotokopian depan UMITRA kali aja ada tali kur itu, nihil juga akhirnya.
Lega rasanya karena ada sisa waktu cukup untuk meracik es nata de coco. Lega juga ternyata si anak yang tadi pergi memberesi urusan print papertoys dan ID Card ternyata nemu tali kur warna ungu tersebut di toko kawasan Kemiling atas. Ah, ibunya gelo karena si anak enggan banget sms ngasih tawu kalo dah dapet tali kur itu, sementara ibunya kepikiran banget gimana kalo sampe nggak dapet padahal besok harus berangkat ke Solo. Kekhawatiran seorang ibu manakala anaknya baru mau belajar merantau, yang selama ini tawu-tawu segalanya beres. Yah, lumrah….
Ngomong-ngomong urusan mengemas pakaian ke dalam koper. Pat dilipat sedapat mungkin muat. Telah diselipkan sajadah berikut sarung, ini properti paling dibutuhkan bila ingin berurusan dengan Allah swt, tapi si anak ‘ngajak ribut’ memaksa agar sarung dikeluarkan. Oke daripada berantem beneran, sarung saya cabut dari celah-celah pakaian yang sudah menyesaki koper itu. Setelah si anak benar-benar pergi dari rumah menuju standplat bus yang akan mengangkutnya ke Solo, baru melintas di ingatan kalau ternyata lupa membawakan seprei dan sarung bantal padahal di kamar kosnya tentu saja hanya disediakan kasur dan bantal minus pembungkusnya.
Ah, beruntung saja pembungkus tititnya tidak kelupaan. Ah, saya jadi ingat apa yang dilakukan bokapnya Raditya Dika (sesuai apa yang saya baca di bukunya Dika itu lho) manakala Dika hendak kuliah di benua Kanguru apa sewaktu Dika hendak ikut pertukaran pelajar ke Jepang (agak lupa setting ceritanya gimana… ya… takut nanti Dika marah dan nuduh saya ngaco), atas suruhan bokapnya Dika sopir pribadi mereka tergopoh-gopoh ke bandara hanya untuk nganterin bungkusan CD untuk nambah-nambah takut kalau Dika kehabisan CD di sana. Dika begitu sewotnya seraya ngomong gini; ngapain mang banyak-banyak mbawain CD, kayak di sana nggak ada jualannya aja…. Ah, saya kembali ketawa geli, seperti saat baca buku itu. Yah, pikiran anak dan bokap tidak akan pernah klop karena berangkat dari dasar yang berbeda. Bokap khawatir kalau nanti anaknya sampai kehabisan ‘busana si kecilnya’ sedang anak tak berpikir sejauh itu. Bedakan dasarnya.  
Di perjalanan, entah malaikat apa syetan yang menggugah si anak untuk mengirim sandek (pesan pendek) ke hape ibunya untuk menanya ulang “Abi jadi dibawain sarung gak sih?” Ibunya membalas sandek itu dengan jawaban tegas: “nggak.” Sebenarnya apa susahnya bawa sarung yang udah rapi jali di dalam koper wong tinggal angkat aja kopernya kebawa tuh sarung. O, ya, tentang papertoys. Akhirnya yang benar-benar dirakit (assembled) adalah superman dan agar nggak penyok dimasukkan kotak sepatu. Untung sepatu baru, kalo sepatu dah lama dipake dan malas nyucinya, bisa pening palak tuh superman asemblingan.
   Sungguh pamali rasanya bila hendak bepergian ‘dibumbui’ keributan antara yang hendak berangkat dan yang ditinggal. Sedapat mungkin jangan dijadikan kebiasaan dan diusahakan menghindarinya. Dikhawatirkan bakal jadi sinyal bagi kejadian yang tidak diinginkan, misalnya ditimpa musibah sewaktu dalam perjalanan (bagi yang berangkat) atau terjadi kemalangan (bagi yang ditinggalkan). Kedengarannya mengerikan, tapi serius kalau urusan sepele dan remeh temeh ini tidak boleh diabaikan demi keselamatan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.